BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut David McClelland dalam bukunya “The Achieving Society” suatu negara bisa makmur apabila minimal 2% penduduknya menjadi pengusaha (Faozi, 2008). Indonesia pada tahun 2010 memiliki jumlah pengusaha sebesar 0,18% dari jumlah penduduknya dan kemudian meningkat ke angka 0,24% di tahun 2011 dan mencapai angka 1,56% di tahun 2012. Miller et al. (2009) dalam Paco et al. (2011) mengungkapkan bahwa kewirausahaan merupakan bagian penting dari sudut pandang ekonomi, memberikan kesempatan dan lapangan kerja bagi sejumlah besar orang. Dengan demikian kegiatan yang mendorong terbentuknya pengusaha yang mendukung ekonomi suatu Negara dinilai sangat penting. Di sisi lain, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran terbuka di Indonesia per Februari 2013 mencapai 7,17 juta orang atau 5,92% dari total angkatan kerja dengan pengangguran terbuka tertinggi berasal dari SLTA umum yaitu sebesar 1,84 juta (25,68%), diikuti oleh SLTP sebesar 1,82 juta (25,42%), Sekolah Dasar sebesar 1,42 juta (19,83%), SLTA kejuruan sebesar 0,84 juta (11,81%), belum/ tidak tamat SD sebesar 0,51 juta (7,16%), universitas sebesar 0,42 juta (5,88%), diploma I/II/III/ akademi sebesar 0,24 juta (3,18%) dan yang terendah tidak/ belum pernah sekolah sebesar 0,10 juta (1,53%).
1
Dari data BPS tersebut terlihat bahwa secara umum 98,47% pengangguran tinggi terbuka merupakan seorang pelajar dimana pelajar lulusan SLTA dan universitas jika digabungkan memberikan kontribusi pengangguran terbuka tertinggi yaitu sebesar 43,38%. Pengangguran merupakan salah satu masalah negara yang terbesar akibat dari jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan lapangan kerja yang tersedia. Dalam kondisi tersebut, maka terdapat masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya permasalahan – permasalahan sosial seperti kemiskinan, kesenjangan sosial bahkan dapat mempengaruhi tingkat kriminalitas dan timbulnya masalah sosial lainnya sehingga upaya untuk meningkatkan jumlah pengusaha yang dapat menyerap tenaga kerja menjadi sangat penting. Intensi kewirausahaan merupakan salah satu faktor yang dipercaya mendorong terbentuknya pengusaha. Falck et al. (2010) dalam Schroder et al. (2011) mengutarakan bahwa intensi kewirausahaan yang dimiliki pelajar berhubungan erat dengan kemungkinan pelajar tersebut menjadi pengusaha pada saat dewasa. Intensi kewirausahaan pada pelajar dapat dibangun di sekolah melalui pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu pencapaian yang paling signifikan dari sistem pendidikan modern dan merupakan faktor kunci dalam kemajuan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja.
2
Berdasarkan data BPS tersebut di atas, pelajar lulusan SLTA dan universitas memberikan kontribusi pengangguran terbuka tertinggi. Melihat pentingnya jumlah pengusaha bagi kemajuan suatu negara, pemerintah sejak tahun ajaran 2010 – 2011 mulai menerapkan konsep kurikulum pendidikan berbasis kewirausahaan di Indonesia yang diwajibkan bagi pelajar di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan kewirausahaan dinilai sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah pengangguran dan menjembatani dunia pendidikan dengan dunia pekerjaan (Litbang SI, 2012). Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengkaji intensi dan perilaku kewirausahaan para mahasiswa (Indarti et al. 2010; Wu dan Wu, 2008; Lee et al. 2012) dan juga perilaku pelajar sekolah menengah (Mansor et al. 2011; Paco et al. 2011). Dalam penelitiannya, para peneliti mengangkat berbagai macam faktor yang mempengaruhi intensi dan perilaku seseorang untuk menjadi pengusaha yang secara garis besar terdiri dari faktor - faktor pribadi (seperti kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan demografi) dan faktor lingkungan (sosial ekonomi, politik, infrastruktur, dan faktor lainnya). Melihat intensi kewirausahaan pelajar memiliki peran yang penting bagi pembentukan pengusaha di Indonesia, maka penelitian mengenai faktor – fakor penentu intensi kewirausahaan pelajar di Indonesia menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Pada penelitian ini faktor – faktor yang diangkat adalah intensi kewirausahaan, kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan kesiapan instrumen yang difokuskan pada uji beda berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan latar belakang sekolah. 3
1.2 Rumusan Masalah Kebutuhan suatu negara atas pengusaha untuk menunjang ekonomi nasional menjadi sebuah isu yang sangat penting sehingga Indonesia mulai menerapkan kurikulum pendidikan kewirausahaan untuk pelajar di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Penelitian intensi kewirausahaan di level mahasiswa dan sekolah menengah atas di luar Indonesia sudah cukup sering dilakukan (Franco et al. 2010; Wu dan Wu, 2008; Lee et al. 2012; Mansor et al. 2011; Paco et al. 2011), sedangkan di Indonesia belum banyak dilakukan (Indarti et al. 2010; Adita, 2013; Mushofa, 2011). Untuk itu penelitian mengenai intensi kewirausahaan dan faktor – faktor yang mendukung intensi kewirausahaan pelajar di Indonesia menjadi relevan untuk diteliti lebih lanjut. Faktor – faktor yang dimaksud mendukung intensi kewirausahaan tersebut adalah kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan kesiapan instrumen. Untuk mendapatkan gambaran dari pelajar tersebut maka penelitian difokuskan pada uji beda intensi kewirausahan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan latar belakang sekolah. 1.3 Pertanyaan Penelitian Banyak faktor penentu intensi kewirausahaan yang digunakan untuk suatu penelitian. Penelitian ini akan difokuskan pada empat faktor yaitu kebutuhan
4
untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan faktor lingkungan (kesiapan instrumen). Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah: 1. Seberapa besar tingkat intensi kewirausahaan pelajar dilihat dari aspek kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan kesiapan instrumen. 2. Bagaimana
gambaran
intensi
kewirausahaan
pelajar
berdasarkan
pengelompokan jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan latar belakang sekolah. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan profil intensi kewirausahaan dan faktor penentu intensi kewirausahaan (kebutuhan untuk berprestasi, lokus kontrol, efikasi diri dan faktor lingkungan) dari pelajar di Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Memberikan kontribusi untuk kepentingan akademisi dan menambah informasi mengenai profil pelajar di Indonesia terhadap faktor – faktor penentu intensi kewirausahaan serta sebagai bahan evaluasi kurikulum pendidikan kewirausahaan yang telah diterapkan bagi pihak – pihak yang berkepentingan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Sampel yang diambil adalah pelajar dari enam sekolah menengah atas di area Jakarta Barat sbb:
5
Tabel 1.1 Responden Sekolah Menengah Atas Nama Sekolah Kepemilikan Sekolah SMK Bethel Swasta SMK Ibu Pertiwi Swasta SMKN 17 Negeri SMKN 56 Negeri SMU Regina Pacis Jakarta Swasta SMUN 16 Negeri Penelitian ini mencari gambaran profil pelajar di Indonesia terhadap faktor – faktor penentu intensi kewirausahaan namun belum melihat keterkaitan faktor penentu intensi kewirausahaan tersebut terhadap intensi kewirausahaan. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis terdiri dari lima bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan dan saran. Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan, manfaat dan ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan. Bab II menguraikan beberapa kajian literatur yang terkait dengan definisi entrepreneur, faktor-faktor intensi kewirausahaan dan hipotesis. Bab III menggambarkan metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini termasuk desain penelitian, definisi operasional, responden dan penelitian data, serta metode analisis data. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh. Bab V berisi simpulan dan saran yang dapat ditarik dari hasil penelitian.
6