perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Reaksi tubuh terhadap pembedahan dapat merupakan reaksi yang ringan atau berat, lokal, atau menyeluruh. Reaksi yang menyeluruh ini melibatkan perubahan endokrin, metabolik, dan biokimia tubuh. Sistem hormon neuro endokrin dan mediator inlamasi terlibat di dalamnya. Reaksi ini disebut sebagai “respon stres” (Gulobovska dan Vanags 2008). Stres pembedahan mengaktivasi sistem neuro endokrin, menstimulasi jalur aksis hipotalamus-pituitari-adrenal dan sistem adrenergik. Stimulasi hipotalamus menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang kemudian memicu pengeluaran ACTH (Adrenocorticotropin Hormone) dari pituitari. Pengeluaran ACTH menyebabkan pengeluaran glukokortikoid, salah satunya kortisol, dari kelenjar adrenal. Secara bersamaan, terjadi juga respon sistem adrenergik dengan pelepasan katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin dari kelenjar adrenal dan pre sinap saraf terminal. Stimulasi pada pankreas
menyebabkan
peningkatan
glukagon
dan
penghambatan
pengeluaran insulin (Shilling dan Raphael 2008, Desborough 2000). Perubahan hormonal dan sistem simpatis ini menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskuler dan perubahan metabolisme terhadap glukosa, asam amino, dan asam lemak (Nilson 1990). Pelepasan kortisol, efinefrin, dan commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
norefinefrin sebagai akibat dari stres pembedahan ini akan meningkatkan aktivitas metabolik, seperti glukoneogenesis dan glikogenolisis yang pada akhirnya akan menyebabkan hiperglikemi (Guyton dan Hall 1997). Kondisi hiperglikemi selama pembedahan merupakan penanda hasil klinis yang buruk, bahkan dapat meningkatkan mortalitas (Umpierres et al. 2007). Hiperglikemi mengakibatkan penurunan perfusi oksigen ke jaringan seperti jantung, otak dan ginjal. Keadaan hiperglikemi yang tidak terkontrol akan berakibat fatal bagi pasien. Penelitian observasional Pomposelli et al. (1998) serta Noordzij et al. (2007), menunjukkan bahwa pada pasien bedah, baik dengan riwayat Diabetes Melitus maupun tidak, kontrol gula darah yang baik secara positif dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Terjadinya hiperglikemia terbukti menyebabkan lamanya waktu perawatan di rumah sakit, infeksi, gangguan fungsi sosial setelah pulang dari rumah sakit, dan bahkan kematian (Umpierres et al. 2007). Hasil penelitian lain menunjukkan hiperglikemi pasca pembedahan dengan kadar glukosa serum lebih dari 110 mg/dL meningkatkan resiko terjadinya infeksi dari luka operasi (Ata et al. 2010).
Sedangkan
pencegahan
terhadap
hiperglikemi,
maka
dapat
menurunkan kejadian komplikasi pasca operasi, lama perawatan dan mortalitas (Frisch 2010). Pemberian ajuvan opioid morfin intrathecal untuk anestesi regional telah menunjukkan keunggulan dalam menghasilkan analgesia tanpa blokade motorik, dan regulasi kadar gula darah yang baik melalui mekanisme blokade di susunan saraf pusat (Borgdorff 2004). Penambahan ajuvan opioid atau commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Klonidin pada anestesi spinal juga dapat menyebabkan hemodinamik yang tidak stabil, mual, muntah, retensi urin, depresi nafas, dan perlambatan pemulihan blokade motorik (Yun et al. 2007). Pemberian Midazolam dapat mengurangi respon hormonal dan autonom terhadap stes operasi. Hal ini diperlihatkan dengan adanya penurunan kadar katekolamin dan kortisol darah setelah pemberian Midazolam melalui penghambatan aksis pituitari-adrenal (Nilsson 1990). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jerjes et al (2005), didapatkan hasil pemberian Midazolam dapat mengurangi stes operasi yang ditunjukkan adanya penurunan kadar kortisol saliva dibandingkan dengan kontrol. Musyaddad
dkk
(2010)
melakukan
penelitian
dengan
memberikan
Midazolam 0,1mg/kg berat badan intra vena sesaat sebelum tindakan anestesi spinal pada pasien yang menjalani prosedur ginekologi. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil terjadinya penurunan kadar gula darah setelah 30 menit pemberian Midazolam. Akan tetapi kadar gula darah yang diukur pasca pembedahan justru mengalami kenaikan. Pemberian Midazolam secara intra vena ini juga dapat menyebabkan efek depresi nafas, penurunan tekanan darah, dengan disertai efek takikardi (Jerjes et al. 2005). Pemberian Midazolam secara intra vena juga tidak dapat dilakukan pada semua prosedur pembedahan. Pada kasus pembedahan tertentu, seperti prosedur TURP (Transurethral Resection of the Prostate), menghendaki kondisi pasien tidak tersedasi selama operasi. Pada kasus Secsio Cesaria pemberian Midazolam commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada pasien sebelum janin lahir sebaiknya juga dihindari karena dapat menyebabkan depresi janin (Morgan et al. 2006). Pemberian Midazolam sebagai ajuvan Bupivacain pada anestesi spinal terbukti memberikan efek analgetik yang baik setelah operasi, disertai efek anti emetik dan sedasi ringan (Sen et al. 2001). Akan tetapi belum ada penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Midazolam intrathecal terhadap kadar glukosa darah dalam kaitannya sebagai respon stres operasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pemberian ajuvan Midazolam intratechal pada anestesi spinal dengan Bupivakain efektif mencegah peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh respon stres pembedahan.
B. Rumusan Masalah Apakah pemberian ajuvan Midazolam pada anestesi spinal dengan Bupivakain efektif mencegah peningkatan kadar gula darah?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui efektifitas pemberian ajuvan Midazolam pada anestesi spinal dengan Bupivakain terhadap pencegahan peningkatan kadar gula darah 2. Tujuan khusus a. Mengukur kadar gula darah pada sesaat sebelum tindakan anestesi spinal commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Mengukur kadar gula darah sesaat setelah irisan pertama, 30 menit setelah irisan pertama, sesaat setelah penutupan luka, 3 jam setelah penutupan luka, dan 6 jam setelah penutupan luka c. Menilai efek samping depresi nafas, mual muntah, dan menggigil
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Membuktikan adanya efektifitas pemberian ajuvan Midazolam pada anestesi spinal dengan Bupivakain terhadap pencegahan peningkatan kadar gula darah 2. Manfaat klinis a. Mengurangi stres operasi akibat pembedahan b. Mencegah hiperglikemi perioperatif c. Mengurangi morbiditas dan mortalitas pembedahan d. Mengurangi masa perawatan di rumah sakit e. Mengurangi biaya perawatan di rumah sakit. 3. Manfaat bidang kedokteran keluarga Memberikan pemahaman pentingnya pengendalian stres dan pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan secara teratur.
commit to user