BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Sektor industri kecil terutama industri rumah tangga mulai bermunculan. Persaingan antar perusahaan pun menjadi semakin ketat. Persaingan menjadi tantangan untuk pengusaha guna mempertahankan kontinuitas usahanya. Oleh karena itu, informasi biaya harus diperoleh secara akurat. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menentukan harga pokok produksi mulai dari pembelian bahan baku sampai produk siap untuk dijual. Penentuan harga pokok produksi harus dilakukan secara tepat agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi. Jika harga terlalu mahal maka produk tidak akan diminati konsumen. Selanjutnya, apabila harga terlalu murah akan menyebabkan laba rendah guna menutup biaya. Menurut Haryadi dalam Setyaningrum (2013) menyatakan bahwa ketidaktepatan
penentuan
harga
pokok
produksi
mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh manajemen. Penentuan harga pokok produksi meliputi pemisahan antara biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Menurut Hansen dan Mowen dalam Setyaningrum (2013) menyatakan bahwa harga pokok produksi mencerminkan total biaya yang selesai dalam
1
periode berjalan untuk suatu barang. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa perusahaan kurang tepat dalam mengelompokkan dan menghitung harga pokok produksi diantaranya adalah Permata (2012) menyatakan bahwa pengklasifikasian unsur-unsur biaya produksi kurang tepat, Erawati dan Syafitri (2013) menyatakan bahwa kesalahan pengklasifikasian bahan baku utama yang seharusnya masuk ke biaya overhead pabrik, dan Nugroho (2014) menyatakan bahwa perhitungan harga pokok produksi masih menggunakan cara sederhana dan terdapat komponen biaya yang belum dimasukkan. Beberapa perusahaan masih salah mengklasifikasikan bahan baku langsung dan penolong. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan perusahaan salah dalam menentukan harga jual, sehingga tidak mampu bersaing dengan kompetitor. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan perhitungan biaya produksi secara tepat. Pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh cara produksi suatu perusahaan yaitu berdasarkan proses dan pesanan. Penelitian ini menggunakan metode harga pokok pesanan (job order costing) untuk mengklasifikasikan biaya-biaya produksi secara jelas. Penentuan harga pokok produk masih menjadi masalah bagi UMKM. Permasalahan dalam penentuan harga pokok produk dikarenakan pengusaha tidak melakukan pencatatan akuntansi secara baik. Pelaku UMKM tidak terbiasa melakukan pencatatan akuntansi dan menyusun laporan keuangan. Harga pokok produksi dapat menentukan laba atau rugi perusahaan. Apabila perusahaan kurang tepat dalam menentukan harga pokok produksi maka akan terjadi kesalahan dalam menentukan laba atau rugi. Oleh karena itu,
2
diperlukan ketelitian dan ketepatan dalam menentukan harga pokok produk (Ilham, 2013). Penentuan harga pokok produksi kerajinan gerabah Pagerjurang menggunakan beberapa macam pertimbangan diantaranya adalah bentuk, tingkat kesulitan, bahan baku, dan proses finishing. Perhitungan harga jual pada gerabah didasarkan pada pokok, resiko, dan profit. Sejak tahun 1998, UMKM mampu bertahan ditengah krisis. Hingga saat ini, UMKM mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Sriyana dalam Purba dan Sudiarso (2013) menyatakan bahwa UMKM di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data statistik UMKM tahun 2010-2011, jumlah UMKM pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan yaitu 2,57 persen dari 53.823.732 menjadi 55.206.444 unit. UMKM mendominasi pelaku usaha nasional yang mencapai 99,99 persen pada tahun 2011. Proporsi unit usaha pada sektor ekonomi UMKM yaitu (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (3) Pengangkutan dan Komunikasi; (4) Industri Pengolahan; serta (5) Jasa-jasa yang masingmasing sebesar 48,85 persen, 28,83 persen; 6,88 persen; 6,41 persen; dan 4,52 persen. UMKM memiliki peran dalam penciptaan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Pada tahun 2010 dan 2011 UMKM mampu menyumbang PDB nasional menurut harga berlaku tercatat Rp 3.466,4 triliun dan Rp 4.303,6 triliun yang mengalami peningkatan sebesar Rp 837,2 triliun. Selain itu, UMKM berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Pada
3
tahun 2011, tenaga kerja yang terserap sebanyak 101.722.458 orang atau naik 2,33 persen dari 2.320.683 pada tahun 2010. Gerabah dalam bahasa Jawa berarti produk yang dibuat dari tanah liat yang melalui proses pembakaran. Jika di daerah Sumatera, gerabah dikenal dengan istilah tembikar. Gerabah dibuat sejak peradaban masa lalu yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia hingga sekarang.
Munculnya kerajinan ini tidak terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia seperti makan, minum, mandi, dan lain-lain. Di Indonesia, daerah penghasil gerabah antara lain di Desa Kasongan dan Panjangrejo, Pundong di Kabupaten Bantul, serta di Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah (Suharson, 2011:1). Daerah pengrajin gerabah di Klaten berada di Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Industri ini telah berlangsung selama enam ratus tahun. Gerabah muncul ketika Sunan Pandanaran menyebarkan Islam. Sunan Pandanaran memiliki banyak murid. Kemudian murid-muridnya disuruh mengisi jung dengan air. Akan tetapi ketika diisi secara terus menerus, air tersebut habis. Selanjutnya, mereka berpikir bagaimana agar air tersebut tidak habis. Setelah Sunan Pandanaran kembali, jung tersebut telah terisi air. Berbagai produk pun mulai dibuat oleh masyarakat Desa Melikan. Produk yang dihasilkan hingga saat ini antara lain vas, piring, celengan, pot, mangkuk, dan lain sebagainya. Industri ini mulai berkembang dengan pangsa pasar nasional dan internasional. Pasar di dalam negeri yaitu di Yogyakarta, Solo, Surabaya, 4
Jakarta, Semarang, Malang, Bali, Magelang, Lampung, dan Bandung. Sementara itu, di luar negeri telah mencapai Jepang, Belanda, dan Australia (Mawarti, 2013). Gerabah tradisional Indonesia mampu bersaing dengan gerabah asal Vietnam, Thailand, India, dan Cina. Dari uraian permasalahan yang dijelaskan diatas, penelitian ini bertujuan melakukan perhitungan harga pokok produksi secara tepat pada kerajinan gerabah Pagerjurang, Klaten. Oleh karena itu saya mengambil judul “Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Usaha Kerajinan Gerabah di Pagerjurang, Klaten (Studi Kasus Pada Industri Bapak Tri Pedan dan Bapak Suharno )”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan yang diajukan adalah bagaimana perhitungan harga pokok produksi kerajinan gerabah di Pagerjurang, Klaten menurut masing-masing pengusaha?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi kerajinan gerabah di Pagerjurang, Klaten oleh masing-masing pengusaha.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi mahasiswa 5
a) Meningkatkan pengetahuan mengenai siklus produksi kerajinan gerabah. b) Meningkatkan
kemampuan
untuk
meneliti
dan
menelaah
permasalahan terutama perhitungan harga pokok produksi. c) Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari universitas. 2.
Bagi pelaku usaha a) Menambah pengetahuan pelaku usaha mengenai perhitungan harga pokok produksi. b) Mendapatkan konsultasi maupun masukan dari mahasiswa tentang perhitungan harga pokok produksi secara tepat.
3.
Bagi Universitas Menjadi bahan bacaan mahasiswa/i Universitas Gadjah Mada tentang produksi kerajinan gerabah di Pagerjurang, Klaten.
1.5
Kerangka Penelitian Alur penelitian untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi pada kerajinan gerabah di Pagerjurang, Klaten adalah sebagai berikut.
6
Industri Gerabah Pagerjurang
Industri Bapak Tri
Industri Bapak
Pedan
Suharno
Pesanan 01
Pesanan 01
Mengklasifikasikan biaya produksi Harga Pokok Produksi
Gambar 1.
1.6
Kerangka Penelitian
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
7
BAB II: GAMBARAN UMUM PENELITIAN Bab ini berisi mengenai deskripsi objek penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta jenis dan sumber data. BAB III: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai perhitungan biaya produksi, penentuan harga pokok produksi, dan pencatatan dalam jurnal. BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran hasil pembahasan.
8