BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan profesional guru sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu dan setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tetapi hal ini tidak mungkin tercapai apabila tidak disertai usaha dari guru itu sendiri untuk senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar.1 Undang-undang No. 14 Tahun. 2005 tentang guru dan dosen, juga menjelaskan bahwasanya guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.2 Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru, oleh karena itu usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. Peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan 1
Moh Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1993), hlm. 1. 2
Syiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2000), hlm. 1
1
2
kemampuan dan usaha mereka sendiri. Namun sering kali guru masih memerlukan bantuan orang lain, karena ia belum mengetahui atau memahami jenis, prosedur dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka.3 Kualifikasi atau kualitas tenaga pendidik (guru) perlu ditingkatkan lagi, mengingat tenaga pendidik adalah salah satu komponen yang sangat penting yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia dibidang pembangunan.
Oleh karena itu, pendidik harus berperan secara
aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang. Artinya, bahwa setiap pendidik mempunyai tanggung jawab terhadap peserta didiknya pada suatu kedewasaan. Dalam rangka ini pendidik tidak hanya sebagai “transfer
of knowledge” tetapi juga melakukan “transferofvalues” dan
sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan arahan dan menuntun siswa dalam belajar. Oleh sebab itu, tenaga pendidik yang kualifikasinya belum memenuhi standar harus ditingkatkan lagi atau harus berstrata 1 (S1). Tenaga pendidik dan kependidikan dalam
proses pendidikan
memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik dalam masyarakat
3
Depdiknas. Undang-undang Nomer 20 Tahun. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang Nomer. 14 Tahun. 2005 Tentang Guru dan Dosen (Bandung : Citra Umbara, 2006), hlm. 2.
3
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat pesat. Hal ini terbukti bahwa dalam proses pembelajaran yang diperankan oleh pendidik tidak dapat digantikan
oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya
dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.4 Personalia pendidikan atau para pelaksana pendidikan merupakan personal yang perlu diperhatikan. Di samping ia merupakan salah satu sub sistem manajemen yang perlu mendapat perhatian yang sama dengan sub sistem manajemen yang lain, ia merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Orang-orang dalam organisasi pendidikan merupakan penentu keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Sebab walau sumber yang lain lengkap, misalnya dana mencukupi, media lengkap, tersedia, sarana
dan
bahan
pelajaran
prasarana baik, lingkungan belajar karya, tetapi
pelaksana-pelaksana pendidikan tidak berkompetensi dan tidak berdedikasi belum tentu tujuan pendidikan akan tercapai. Tidak banyak
siswa atau
mahasiswa mampu belajar tanpa guru atau dosen.5 Guru profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS). Dalam perwujudannya, tanggung jawab perlu ditekankan dan dikedepankan, karena pada saat ini banyak 4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 229 5
109
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2004), hlm.
4
lulusan pendidikan yang cerdas dan trampil, tetapi tidak memiliki tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya sehingga seringkali
menimbulkan
masalah
bagi
masyarakat,
menjadi
beban
masyarakat dan bangsa bahkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya standar kompetensi dan sertifikasi tenaga pendidik (guru), agar nantinya memiliki tenaga pendidik (guru) profesional yang memiliki standar dan lisensi yang sesuai dengan kebutuhan.6 Kualitas proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kinerja guru, oleh karena itu usaha untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. Peningkatan ini akan jauh lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemampuan dan usaha mereka sendiri. Namun sering kali guru terutama guru PAI masih memerlukan bantuan orang lain, karena ia mengetahui atau memahami jenis, prosedur dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka.7 Sehingga sangat diperlukan peran seorang Kepala sekolah sebagai pejabat formal, manajer, pemimpin, pendidik dan juga sebagai staf dalam pendidikan. Untuk membina dan meningkatkan profesionalitas tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar dalam hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab dari kepala sekolah. mengingat tugas guru sedemikian
6
E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet.3, hlm. 5-6 7
Soetjipo, Profesi Keguruan (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 230.
5
beratnya, maka kepala sekolah sebagai seorang yang bertanggung jawab terhadap mutu lembaga pendidikan hendaknya mengetahui tentang kekurangan dan kelebihan seorang akan lebih memudahkan bagi kepala sekolah dalam memberikan bimbingan dalam rangka pengembangan profesionalitas guru, terutama guru Pendidikan Agama Islam. Kepala sekolah sebagai pendidik, administrator, pemimpin dan supervisor, diharapkan dengan sendirinya dapat mengelola lembaga pendidikan kearah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan masa depan. Oleh sebab itu keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah sebagai pemimpin dilembaganya, maka harus mampu membawa lembaga kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan kepala sekolah harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan dalam mengatur dan mengelola sekolah secara formal kepada atasannya atau informal kepada masyarakat yan telah menitipkan anak didiknya. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang penting dalam lembaga pendidikan, khususnya sekolah. kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik
6
sebagai individu maupun sebagai kelompok. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Untuk itu peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran disekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor, pembina dan atasan langsung, karena masalah profesi akan selalu ada dan terus menerus berlanjut seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bimbingan dan pembinaan yang profesional dari kepala sekolah akan selalu dibutuhkan oleh guru secara berkesinambungan. Pembinaan tersebut disamping untuk meningkatkan semangat kerja guru, juga diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap profesi guru. Melihat pentingnya guru bagi dunia pendidikan, maka kepala sekolah mempunyai peran sentral dalam mengelola personalia khususnya tenaga pendidik (guru) disekolah, sehingga sangat penting kepala sekolah untuk memahami dan menerapkan pengelolaan personalia dengan baik. SMA Negeri 4 Pekalongan merupakan salah satu lembaga pendidikan sekolah menengah atas negeri yang trakhir setelah SMA Negeri satu, dua dan tiga. Secara umum masyarakat memandang bahwa lembaga pendidikan yang trakhir biasanya kurang bagus dan sedikit di minati, akan tetapi di SMA Negeri 4 Pekalongan ini tidak demikian, justru memiliki daya saing yang bagus baik di bidang akademik maupun non akademik. Dengan bukti pada tahun 2014 salah satu siswa SMA Negeri 4 Pekalongan dapat meraih juara 1 mata pelajaran kimia dan juara 1 mata pelajaran kebumian dalam OSN
7
(Olimpiade Sains Nasional) tingkat kota Pekalongan serta pada tahun 2015 siswa SMA Negeri 4 Pekalongan mengikuti seleksi nasional mata pelajaran kimia di Lombok NTB. Begitu pula pada bidang non akademiknya, SMA Negeri 4 Pekalongan pernah meraih juara 1 cabang beladiri dan juara 1 cabang atletik. Dari bukti-bukti ini menjadi tolak ukur bahwa sekolah negeri yang terakhir belum tentu paling jelek statusnya, namun masing-masing lembaga pendidikan memiliki kesempatan untuk meningkatkan prestasi dan kemajuan sekolah tersebut.8 Menjadi hal yang unik ketika dikatakan sekolah rangking akhir namun memiliki daya saing yang hebat, sehingga dalam ini peneliti akan mengadakan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana kepala sekolah dalam memberikan semangat dan mengatur para pegawainya sehingga memiliki kekuatan yang besar . Tentu saja hal ini tidak lepas dari upaya kepala sekolah sebagai supervisi dan pengatur serta pengelola lembaga sekolah ini. Tidak kalah pentingnya lagi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru PAI khususnya, dikarenakan visi SMA Negeri 4 Pekalongan tidak hanya berprestasi di bidang akademik dan non akademik namun Tercetaknya kader
bangsa
Islami
yang
beriman,
bertaqwa,
berakhlaq
mulia,
berkemampuan akademik, dan berketrampilan sesuai dengan potensinya sehingga menjadi salah satu garapan guru PAI. Dalam hal ini peneliti akan mengeksplorasi bagaimana upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas para guru khususnya guru PAI. Sehingga peneliti
8
Profil singkat SMA N 4 Pekalongan Tahun Pelajaran 2015, hlm. 6
8
akan lebih fokus pada “upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI di SMA Negeri 4 Pekalongan”.
B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis dapat memberi batasan dan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profesionalitas guru PAI di SMA Negeri 4 Pekalongan? 2. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI di SMA Negeri 4 Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengeksplorasi profesionalitas guru PAI di SMA Negeri 4 Pekalongan? 2. Untuk mengeksplorasi upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI di SMA Negeri 4 Pekalongan?
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Kegunaan teoritis a. Sebagai konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk meningkatkan profesionalitas guru PAI pada satuan pendidikan tingkat atas.
9
b. Memberikan khasanah keilmuan yang baru dalam dunia pendidikan mengenai upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI 2.
Kegunaan praktis a.
Dapat memberi masukan pada lembaga pendidikan, khususnya Guru PAI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Pekalongan.
b.
Memberikan manfaat kepada kepala sekolah sebagai langkah upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru PAI dilembaga pendidikan /sekolah.
E. Kerangka Teori 1. Kepala sekolah Menurut Najib Sulhan, kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan perjalanan sekolah. Sebagai orang yang berada ditataran paling atas, kepala sekolah dituntut untuk mampu mengendalikan sekolah, baik kedalam maupun keluar. Kedalam artinya kepala sekolah bertanggung jawab untuk memberdayakan guru, staf sekolah dan tanaga lainnya. Adapun keluar kepala sekolah mampu berkomunikasi serta melibatkan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah. selain itu juga bertanggung jawab secara kedinasan ke atasnya.9
9
Najib Sulhan, Pengembangan karakter pada Anak Didik: Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif (Surabaya : Intelektual Club, 2006), hlm. 101.
10
Sedangkan menurut Wahjosumidjo kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. 10 Seorang kepala sekolah harus berjiwa nasionalis dan memiliki falsafah hidup yang sesuai dengan falsafah dan dasar negara kita. Adapun syarat kepala sekolah adalah sebagai berikut: 1) Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 2) Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis sakolah yang dipimpinnya. 3) Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifatsifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan. 4) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya. 5) Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya. 11 Berkaitan dengan hal ini pemerintah juga telah menetapkan standar yang lebih rinci melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
10
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 83. 11
Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), hlm. 91.
11
13 tahun 2007 tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah yaitu : a. Kualifikasi Kualifikasi Kepala Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum, dan Kualifikasi Khusus yaitu : 1) Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut: a) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi; b) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi tingginya 56 tahun; c) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanakkanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan d) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.12 2) Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah meliputi: a) Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut: 12
Salinan asli Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah (Jakarta : 2007), hlm.3
12
-
Berstatus sebagai guru TK/RA;
-
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan
-
Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
b) Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut: -
Berstatus sebagai guru SD/MI;
-
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan
-
Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
c) Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai berikut: -
Berstatus sebagai guru SMP/MTs;
-
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan
-
Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
d) Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah sebagai berikut: -
Berstatus sebagai guru SMA/MA;
-
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan
-
Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
13
e) Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut: -
Berstatus sebagai guru SMK/MAK;
-
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan
-
Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah
f) Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/ Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa/
Sekolah
Menengah
Atas
Luar
Biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB) adalah sebagai berikut: -
Berstatus
sebagai
guru
pada
satuan
pendidikan
SDLB/SMPLB/SMALB; -
Memiliki
sertifikat
pendidik
sebagai
guru
SDLB/SMPLB/SMALB; dan -
Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
g) Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut: -
Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah;
-
Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan; dan
14
-
Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.13
b. Kompetensi 1) Kepribadian a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah. b) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah. d) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. e) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah. f) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. 2) Manajerial a) Menyusun
perencanaan
sekolah/madrasah
untuk
berbagai
tingkatan perencanaan. b) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan. c) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ d) Madrasah secara optimal. 13
Salinan asli Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah (Jakarta : 2007), hlm.4
15
e) Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajar yang efektif. f) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. g) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara h) Optimal. i) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal. j) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah. k) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. l) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional. m) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. n) Mengelola ketata usahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
16
o) Mengelola unit
layanan khusus
sekolah/madrasah
dalam
mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah. p) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan. q) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah. r) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.14 3) Kewirausahaan a) Menciptakan
inovasi
yang
berguna
bagi
pengembangan
sekolah/madrasah. b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. c) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah. d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah. e) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. 14
Salinan asli Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah (Jakarta : 2007), hlm.5
17
4) Supervisi a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap
guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. c) Menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan d) Profesionalisme guru. 5) Sosial a) Bekerja
sama
dengan
pihak
lain
untuk
kepentingan
sekolah/madrasah b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. c) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.15 2. Guru profesional Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 16 Menurut Sugeng sebagaimana dikutip oleh Zainal Aqib bahwa kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruan dengan penuh tanggung 15
Salinan asli Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah (Jakarta : 2007), hlm.6 16
hlm. 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
18
jawab dan dedikasi tinggi dengan sarana penunjang berupa bekal pengetahuan yang dimilikinya.17 Karena dalam hal ini adalah Kompetensi profesional guru dalam pelaksanaan pembelajaran maka dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas dalam pembelajaran dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi dengan sarana
penunjang
berupa
bekal
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan. Guru
wajib
memiliki
Kualifikasi
Akademik,
kompetensi,
Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi Guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.18 a. Kompetensi pedagogik, Kompetensi
pedagogik
merupakan
kemampuan
yang
berkenaan dengan pemahaman anak didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Dalam UU No. 19 tahun 2003 tentang standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a
17
Zainal Aqib, Profesional Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya : Cendekia Sugeng 2002), hlm. 10 18
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2007 Tentang Guru.
19
dikemukakan bahwa kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.19 b. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.20 Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang yang dipimpinnya.
c. Kompetensi sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik/tenaga kependidikan lain, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.21 Sedangkan menurut Hamzah B. Uno kompetensi sosial artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala 19
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan, (Jakarta : Prestasi Pustaka Published, 2007), hlm. 85. 20
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru yang Sehat di Masa Depan, (Yogyakarta : Grafindo Litera Media, 2009), hlm. 122 21
Imam Wahyudi, Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Prestasi Pustakatya, 2012), hlm. 69.
20
sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.22 Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. d. Kompetensi profesional Merupakan
kemampuan
dalam
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing Kompetensi
peserta profesional
didik guru
memenuhi merupakan
standar
kompetensi.
kompetensi
yang
menggambarkan kemampuan khusus yang sadar dan terarah kepada tujuan-tujuan tertentu.23 Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 3. Guru PAI Sedangkan dalam GBPP sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
22 23
Djam’an Satori, dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hlm. 69.
Imam Wahyudi, Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Prestasi Pustakatya, 2012),hlm. 23
21
dalam meyakini dan memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.24 Menurut M. Arifin, guru agama Islam adalah orang yang membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam.25 Menurut Abdul Rachman Shaleh tugas dan tanggung jawab guru meliputi tugas dan tanggung jawab terhadap: upaya pengembangan kurikulum, tanggung jawab dalam pengembangan profesi, dan tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.26 Guru Pendidikan Agama Islam dituntut memiliki kemampuan seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. Guru sebagai pembimbing memberikan penekanan kepada tugasnya memberikan bantuan dan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh anak didik, sehingga tugas ini lebih populer mendidik. Sedangkan guru sebagai
24
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 75-76. 25 26
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 98.
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 292.
22
administrator
kelas
pada
hakikatnya
merupakan
jalinan
antara
ketatalaksanaan bidang pelajaran.27
F. Kajian Pustaka Dalam telaah pustaka ini peneliti akan mendeskipsikan beberapa karya ilmiah yang mendukung penelitian ini: Pertama, tesis saudara Budi Utomo yang berjudul “Upaya Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI SMA Negeri 4 Semarang” tahun 2007 merupakan tesis pada fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dalam tesis ini dijelaskan bahwa sekolah memberi kesempatan kepada semua guru PAI untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme baik yang bersifat intern maupun ekstern dan melakukan evaluasi atau penilaian yang dilakukan secara periodik.28 Kedua, tesis saudara Darmansyah yang berjudul “Konstribusi Kepemimpinan Guru terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di kabupaten Brebes” tahun 2007 merupakan tesis pada fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Berdasarkan hasil penelitian maka kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan sebagai edukator, manajer, supervisor, leader, inovator, motivator dan profesionalisme guru yang meliputi komitmen, tanggung jawab, keterbukaan, orientasi rerhadap reward, kemampuan guru
27
Isjoni, Gurukah Yang Dipersalahkan?: Menakar Posisi Guru Di Tengah Dunia Pendidikan Kita (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 16-17. 28
BudiUtomo, Upaya Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI di SMA Negeri 4 Semarang, Tesis Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)
23
dalam melaksanakan tugas selaku pendidik pendidik agar menjadi lebih baik untuk meningkatkan kinerja guru dalam menyusun, melaksanakan dan menilai pembelajaran di sekolah.29 Ketiga, tesis saudari Nihayatus Sholikhah yang berjudul “Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Kompetensi Pedagogik MTs Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen” tahun 2007 merupakan tesis pada fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Membahas tentang tanggapan seorang guru tentang kepala sekolah yang mempunyai peran pemimpin yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik di MTs Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen.30 Dari beberapa penelitian di atas mempunyai persamaan yaitu meneliti tentang upaya meningkatkan profesionalitas guru, tetapi belum fokus pada upaya
yang
dilakukan
oleh
kepala
sekolah
dalam
meningkatkan
profesionalitas guru. Penelitian yang dilakukan oleh Nihayatus Sholikhah dan Darmansyah masih membahas tentang upaya yang dilakukan oleh sekolah secara umum dalam meningkatkan profesionalitas guru sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Budi Utomo tentang kepala sekolah dalam membina
29
Darmansyah, Konstribusi Kepemimpinan Guru terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes, Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Semarang, (Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007) 30
Nihayatus Sholikhah, Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Kompetensi Pedagogik MTS Darussalam Bulus kecamatan Petahanan Kabupaten Kebumen, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)
24
profesionalitas guru secara keseluruhan dalam satu sekolahan. Merujuk beberapa hasil penelusuran karya ilmiah sebelumnya, secara beragam samasama membahas tentang peningkatan keprofesionalitasan melalui kegiatankegiatan penunjang oleh sekolah maupun kepala sekolah. Akan tetapi, penelitian tentang peningkatan profesionalitas guru PAI oleh kepala sekolah belum penulis temukan. Atas dasar itulah, penulis mengangkat judul “Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru PAI di SMA Negeri 4 Pekalongan”.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian a. Pendekatan penelitian Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menekankan pada proses, bukan hasil. Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses menyimpulkan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.31 Oleh karena itu penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu menguraikan secara teratur seluruh konsep yang ada relevansinya dengan
31 32
pembahasan.32
Dalam
arti
penelitian
ini
mencoba
Syaefudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 5
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru, 1989), hlm. 197
25
mendeskripsikan
tentang
bagaimana
kepala
sekolah
dalam
meningkatkan profesionalitas guru SMA Negeri 4 Pekalongan dalam proses pembelajaran. Subyek dalam penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam, kepala sekolah dan dan guru di SMA Negeri 4 Pekalongan. Bagaimana upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan guru di SMA Negeri 4 Pekalongan. b. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai struktur gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan, artinya tidak untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggunakan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.33 Dalam
penelitian
ini
peneliti
juga
akan
melakukan
penggabungan dari penelitian lapangan (field reseach) yang didukung oleh data pustaka. Artinya data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka dengan mengambil dari berbagai sumber dan literatur yang terkait dengan rumusan masalah kemudian hasil penelitian tersebut di lengkapi dengan data yang di peroleh dari studi
33
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hlm. 234
26
lapangan dengan cara mengamati, mencatat dan mengumpulkan berbagai informasi dan data yang ditemukan di lapangan.34 Peneliti menjadikan SMA Negeri 4 Pekalongan sebagai obyek penelitian dengan difokuskan pada strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam peningkatan mutu tenaga pendidik sehingga dapat diketahui langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh kepala sekolah SMA Negeri 4 Pekalongan dalam meningkatkan mutu gurunya. Selain itu, penulis juga melakukan observasi untuk mengetahui kondisi mutu guru tersebut. 2. Sumber data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Sumber data penelitian dikelompokkan menjadi : a. Sumber data primer Sumber data primer yaitu data-data yang diperoleh dari sumber pertama.35 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan guru PAI SMA Negeri 4 Pekalongan. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder antara lain mencakup dokumendokumen resmi, buku-buku, dan hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya Sumber data sekunder dalam penelitian ini
34 35
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 157.
27
antara lain informasi dari Tata Usaha (TU) dari masing-masing SMA Negeri 4 Pekalongan yang bersangkutan. 3. Metode pengumpulan data Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan dan di dukung dengan kajian membaca berbagai sumber kepustakaan. Dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode sebagai berikut : a. Observasi Observasi adalah metode penelitian dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.36 Dalam metode ini, diadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek penelitian melalui pemusatan perhatian. Sedangkan menurut Marzuki dalam buku statistika terapan untuk penelitian sosial karya Salafudin, mengemukaan bahwa metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki.37 Metode
ini
digunakan
untuk
melihat,
mendengarkan dan mencatat langsung bagaimana
mengamati, profesionalitas
guru PAI dan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan guru PAI di SMA Negeri 4 Pekalongan
36 37
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 1, (Yogyakarta : Andi Offset, 2005), hlm. 136
Salafuddin, Statistika Terapan Untuk Penelitian Sosial (Pekalongan : STAIN Press, 2008), hlm. 12
28
b. Interview (wawancara) Interview adalah suatu percakapan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hal ini merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.38 Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara pembicaraan informal, artinya pertanyaan itu bergantung pada wawancara itu sendiri, bergantung pada spontanitas dalam megajukan pertanyaan kepada terwawancara. Wawancara ini dilakukan secara perorangan saling bertatap muka. Peneliti menggunakan wawancara
mendalam (indepth
interview) yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan tanpa
menggunakan
pedoman
(guide)
wawancara,
dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.39 Dengan cara mengadakan pertemuan langsung antara peneliti dengan informan. Informan yang akan diwawancara dalam penelitian ini antara lain Kepala SMA Negeri 4 Pekalongan, Guru Pendidikan Agama Islam dan siswa-siswi SMA Negeri 4 Pekalongan. Adapun waktu pelaksanaannya di laksanakan di instansi tempat bekerja dan ada
38 39
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research, (Bandung : Alumni, 1980), hlm. 171.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 111.
29
beberapa yang dilanjutkan di rumah yang bersangkutan dengan menggunakan alat bantu perekam suara dan catatan wawancara. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah
penelitian dengan meneliti
dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansinya dengan tujuan penelitian.40 Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh datadata tentang dokumen yang berkaitan dengan profesionalitas guru PAI SMA Negeri 4 Pekalongan. Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan data guru PAI yang ada di Kota Pekalongan, administrasi guru yang dimiliki oleh guru PAI yang bersifat dokumen. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah, seperti yang diungkapkan oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong, yaitu: 1) Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, karya, dan mendorong; 2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian; 3) Sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks; 4) Relatif murah dan mudah diperoleh; 5) Tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan
dengan teknik
kajian isi;
40
Tajab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surakarta : Karya Abdi Tama, 1994), hlm. 5.
30
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.41 4. Teknik/ uji keabsahan data Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya tahapan pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terjadi data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi. Pada proses analisis data dalam memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan metode triangulasi dilakukan dengan menguji pemahaman peneliti
dengan
pemahaman
informan
tentang
hal-hal
yang
diinformasikan informan kepada peneliti.42 Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah: a. Triangulasi sumber Menurut
Moleong,
triangulasi
dengan
sumber
adalah
membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, mengecek data yang diperoleh dari seorang informan, kemudian data tersebut dicek dengan bertanya pada
41
Lexy J. Moloeng Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.161. 42
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 260.
31
informan lain secara terus menerus sampai terjadi kejenuhan data artinya sampai tidak ditemukan data baru lagi.43 b. Triangulasi dengan metode Triangulasi dengan metode menurut Patton dalam Moleong adalah: 1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, peneliti mengecek data atau informasi yang diperoleh melalui metode wawancara kemudian data tersebut dicek dengan dokumentasi, dan begitu juga sebaliknya. 2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama,44 peneliti mengecek data atau informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan seorang informan kemudian data yang diperoleh tersebut dicek pada informan yang bersangkutan pada waktu yang berbeda. 5. Teknik analisis data Analisis data adalah proses penyederhanaan suatu data dalam bentuk yang mudah untuk dibaca dan diinterprestasikan.45 Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari wawancara dan dokumentasi
hasil
observasi,
secara sistematis untuk meningkatkan
43
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metodik, (Bandung, Tarsito, 1999), hlm. 330. 44
Lexy J. Moloeng Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.331 45
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hlm. 131
32
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).46 Dalam memberikan penjelasan mengenai data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang bersifat sekarang. 47 Jadi penulis menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan peningkatan mutu tenaga pendidik di SMA Negeri 4 Pekalongan. Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh tiga langkah utama dalam penulisan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, bahwa aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.48 a. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam 46
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996),
hlm. 104 47
Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru, 1989), hlm. 64. 48
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2006), hlm. 91
33
rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data merupakan langkah awal dalam analisis data, dimana semua data yang dari hasil penelitian yang berupa hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dikumpulkan untuk di reduksi dan dianalisis. b. Reduksi data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti, dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Disini data mengenai upaya meningkatkan profesionalitas guru yang diperoleh dan terkumpul, baik dari hasil penelitian lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman. c. Penyajian data Penyajian data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.49 Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian
tentang
upaya
meningkatkan profesionalitas guru di SMA Negeri 4 Pekalongan. Artinya data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian. 49
167.
Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Angkasa, 1993), cet.1, hlm.
34
d. Verifikasi/ kesimpulan Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian dilapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir keseluruhan
dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga permasalahan
mengenai
upaya
meningkatkan
profesionalitas guru di SMA Negeri 4 Pekalongan dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya.
H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan tesis ini di bagi menjadi lima bab yang masingmasing terdiri dari beberapa bab dan sub bab, yaitu: Bab Satu Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab Dua Landasan Teori tentang kepala sekolah dan kompetensi profesional guru yang membahas. Sub bab pertama membahas tentang kepala sekolah yang meliputi: konsep kepala sekolah, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Sub bab kedua tentang kompetensi profesional guru yang meliputi: pengertian kompetensi guru, urgensi kompetensi guru, macam-macam kompetensi guru.
35
Bab Tiga Hasil Penelitian yang meliputi gambaran umum
SMA
Negeri 4 Pekalongan dan Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru di SMA Negeri 4 Pekalongan. Bab Empat analisis Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru di SMA Negeri 4 Pekalongan Bab Lima Penutup, yang terdiri dari kesimpulan, aran-saran dan kata penutup Bagian akhir yang meliputi lampiran-lampiran.