BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, ilmu, dan pengetahuan. Berkomunikasi dengan bahasa lisan dan tulisan, selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar juga dapat memperluas wawasan keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, membaca, menulis, dan berbicara (Tarigan,
1986:1).
Menulis
adalah
menurunkan
lambang-lambang
yang
menggambarkan bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat mengetahui lambang tersebut
(Tarigan, 1986:261). Dalam tulisan, terdapat
komunikasi antara penulis dan pembaca. Tulisan juga dapat melambangkan suatu identitas. Seseorang akan memberikan kartu nama kepada orang lain saat pertama kali bertemu. Hal itu menunjukkan bahwa tulisan akan mengantarkan seseorang untuk mengetahui seseorang yang lain. Selain digunakan untuk berkomunikasi, bahasa juga digunakan untuk mengidentifikasi suatu hal, seperti nama benda, nama tempat, atau nama kegiatan. Di dalam mengidentifikasi suatu hal terdapat permainan kata yang bertujuan untuk menarik perhatian orang lain untuk mengenal lebih dekat dari sasuatu yang diidentifikasi tersebut. Kegiatan mengidentifikasi suatu hal pada umumnya bersifat
1
2
singkat, padat, dan jelas. Hal itu dimaksudkan agar orang yang membaca akan mudah melafalkan dan mengingat. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata (Husain, 1994:20). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013:29) dan dalam Ejaan Yang Disempurnakan (2010:95) dijelaskan bahwa akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan yang dilafalkan sebagai kata yang wajar. Hampir setiap kota dan kabupaten di pulau Jawa memiliki slogan yang merupakan akronim dari kata pembentuknya. Akronim dibentuk dengan memperhatikan keserasian kombinasi vokal dan konsosnan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim (Sugono, 2013:29). Akronim banyak digunakan untuk mempermudah pengidentifikasian suatu hal yang bersifat padat dan ringkas. Penamaan dengan akronim sudah digunakan di berbagai kalangan, mulai dari politik, ekonomi, budaya, kesehatan, dan pergaulan pada dewasa ini. Pada ranah politik, akronim digunakan sebagai penamaan suatu partai misalnya Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), penamaan suatu kegiatan seperti Pemilihan Umum (pemilu), Pemilihan Kepala Daerah (pilkada). Pada ranah kebudayaan, akronim salah satunya digunakan sebagai penamaan nama kesenian seperti Seni Drama dan Tari (sendratari). Dalam ranah kesehatan,
3
penggunaan akronim di antara digunakan untuk penamaan nama tempat dan kegiatan misalnya Pos Pelayanan Terpadu (posyandu), Pusat Kesehatan Masyarakat (pukesmas), penamaan nama benda misalnya bayi di bawah lima tahun (balita), bayi di bawah tiga tahun (batita). Dalam pergaulan kemasyarakatan dewasa ini, penggunakan akronim pun marak. Masyarakat, khususnya remaja, menggunakan akronim untuk mempersingkat dan mempermudah percakapan. Selain itu, penggunaan akronim dalam ranah pergaulan menjadikan bentuk baru dalam kosa kata bahasa pergaulan, seperti bawa perasaan (baper), cari perhatian (caper), kurang pergaulan (kuper), lemah otak (lemot). Tanpa disadari, akronim menjadi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi. Setiap benda, baik yang berukuran kecil maupun yang berukuran kompleks, menggunakan bahasa sebagai media dalam menunjukkan identitas. Dalam hal ini, setiap kota dan kabupaten di Indonesia memiliki identitas yang berupa slogan, moto, visi, dan semboyan. Beberapa hal tersebut memiliki perbedaan yang jelas. Slogan merupakan perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi golongan, organisasi, atau sebagainya. Moto adalah kalimat atau frasa yang digunakan sebagai pedoman atau prinsip. Visi merupakan pandangan atau wawasan ke depan dan kemampuan untuk melihat inti persoalan. Semboyan adalah perkataan atau kalimat pendek yang digunakan sebagai dasar tuntunan.
4
Selain dalam ranah-ranah yang telah disebutkan di atas, akronim juga digunakan dalam slogan kota dan kabupaten di Indonesia, di pulau Jawa khususnya. Pulau Madura, walaupun termasuk dalam daerah administrasi Jawa Timur, tidak dimasukkan ke dalam penelitian dikarenakan secara geografis, pulau Madura bukan termasuk ke dalam pulau Jawa. Pada dasarnya, kota dan kabupaten di Indonesia memiliki slogan yang berakronim namun mayoritas kota dan kabupaten yang memiliki slogan berakronim hanya di Pulau Jawa. Beberapa kota dan kabupaten di pulau lain selain pulau Jawa juga memiliki slogan yang berakronim, namun jumlahnya masih sedikit. Penggunaan slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa memiliki keunikan tersendiri yaitu, walaupun sudah melalui proses akronimisasi tetapi slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa masih dalam berbentuk kata yang jelas misalnya Purworejo BERIRAMA; Blora MUSTIKA; Kudus SEMARAK. Bentuk BERIRAMA, TEGAR BERIMAN, dan SEMARAK merupakan bentuk dari beberapa kelas kata yaitu kata kerja, kata benda, dan kata sifat. Kepanjangan dari bentuk-bentuknya pun berisi kata-kata positif yang berusaha mencerminkan sifat dari suatu kota, misalnya Purworejo BERIRAMA yang memiliki kepanjangan Bersih, Indah, Rapi, Aman, Makmur. Blora MUSTIKA yang memiliki kepanjangan Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah, Kontinyu, Aman. Kudus SEMARAK yang memiliki kepanjangan Sehat, Elok, Maju, Aman, Rapi, Asri, Konstitusional.
5
Selain itu, bentuk-bentuk dari akronim slogan kota dan kabupaten di pulau Jawa juga digunakan untuk mengutarakan sesuatu. Dalam hal ini, slogan merupakan cerminan yang hendak diutarakan kepada masyarakat bahwa suatu kota atau kabupaten memiliki sifat-sifat yang tertera dalam slogan tersbut. Slogan bukan hanya bentuk cerminan tetapi juga bentuk harapan penduduknya agar kota atau kabupaten tersebut memiliki sifat-sifat yang terkandung dalam slogannya. Dari beberapa penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa yang terbentuk dari proses akronimisasi. Hal itu dikarenakan proses yang terjadi serta hasil yang diperoleh dari proses pembentukan slogan kota dan kabupaten unik. Dalam hal ini, bentuk akronim merupakan bentuk utuh dari leksem yang memang ada dalam kosa kata bahasa Indonesia bukan seperti bentuk akronim pada umumnya yang merupakan bentuk baru. Konten yang terdapat dalam kepanjangan slogan pun unik, yaitu berisikan katakata positif yang berusaha mencerminkan sifat penduduknya baik masyarakatnya maupun pemerintahnya. Di samping itu, penelitian mengenai akronim dalam slogan kota dan kabupaten belum pernah dilakukan. Penelitian ini bukan hanya membahas dari segi konteks kebahasaan tetapi juga membahas makna yang terkandung dalam slogan sebagai cerminan identitas suatu kota dan kabupaten. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang ada, maka terdapat beberapa masalah, di antaranya:
6
1. Bagaimana proses terbentuknya akronim dalam slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa? 2. Apa saja bentuk akronim dalam slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa? 3. Apa makna yang terkandung dalam slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa dalam lingkupnya sebagai identitas suatu kota?
1.3 TUJUAN Dari rumusan masalah yang ada, muncul tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui proses terbentuknya akronim dalam slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa; 2. Untuk menjelaskan bentuk dari akronim dalam slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa; 3. Untuk menguraikan makna yang terkandung dalam slogan kota dan kabupaten di Pulau Jawa dalam lingkup sebagai identitas suatu kota.
1.4 MANFAAT Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah studi pustaka bagi penelitian mengenai fenomena kebahasaan yang mengandung proses akronimisasi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengenalkan beberapa slogan kota dan kabupaten yang jarang diketahui oleh masyarakat luas.
7
1.5 RUANG LINGKUP Suatu kota atau kabupaten memiliki slogan, semboyan, dan moto sebagai identitas lain dari kota atau kabupaten tersebut. Semboyan dan moto biasanya berbentuk kalimat dalam bahasa daerah dan biasanya tertulis pada logo dari suatu kota atau kabupaten. Dalam penelitian ini, hal yang dibahas adalah slogan beberapa kota dan kabupaten di Pulau Jawa yang memiliki proses akronimisasi. Slogan kota dan kabupaten biasanya tertera di tugu atau gapura di perbatasan wliayah atau di tempat-tempat penting di suatu kota misalnya di pinggir jalan utama, di depan kantor pemerintahan, atau di alun-alun kota. Hal itu bertujuan agar slogan dapat dikenal oleh masyarakat luas. Tidak semua kota dan kabupaten di Pulau Jawa memiliki slogan yang berakronim. Beberapa kota dan kabupaten hanya memiliki slogan utuh dan bukan merupakan slogan berakronim. Negara Indonesia memiliki banyak kota dan kabupaten namun hanya beberapa kota dan kabupaten yang memiliki slogan berakronim. Mayoritas kota dan kabupaten yang memiliki slogan berakronim terdapat di Pulau Jawa. Hal itu ditunjukan oleh keterbatasan data yang telah dicari. Data diperoleh dari laman di internet, yaitu laman Wikipedia.com, laman facebook.com melalui akun-akun komunitas, dan laman kaskus.com melalui akun-akun komunitas pula. Selain bersumber dari internet, data diperoleh dari wawancara kepada masyarakat yang berasal dari suatu kota di Pulau Jawa. Data juga diperoleh dari tugu-tugu di beberapa kota dan kabupaten di Pulau Jawa.
8
Penelitian ini melingkupi kajian morfologi dan sematik. Kajian morfologi terdapat dalam pembahasan proses pembentukan slogan kota di Pulau jawa dan pembahasan klasifikasi bentuk slogan kota di Pulau Jawa. Selain itu, penelitian ini melingkupi kajian semantik. Hal ini merujuk pada pembahasan makna yang terkandung dalam slogan kota di Pulau Jawa pembentukan penggunaan kata sebagai identitas suatu kota. 1.6 TINJAUAN PUSTAKA Syamsiah (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Akronim dalam Ranah Kepolisian” menjelaskan bentuk-bentuk, proses pembentukan, pemakaian, dan fungsi pemakaian pada akronim dalam ranah kepolisian. Bidang yang dikaji adalah bidang kepangkatan seperti KOMJEN POL yang memiliki kepanjangan Komisaris Jenderal Polisi; bidang jabatan seperti KORSPRIPIM yang memiliki kepanjangan Koordinator Staf Pribadi Pimpinan; bidang satuan wilayah seperti KAPOLRI yang memiliki kepanjangan Kepala Kepolisian Republik Indonesia; pembidangan satuan kerja seperti ITWASDA yang memiliki kepanjangan Inspektorat Pengawasan Daerah; dan kriminalitas seperi CURANMOR yang memiliki kepanjangan pencurian kendaraan bermotor. Supriyati (2004) dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Bahasa Gaul dalam Majalah Remaja menjelaskan akronim sebagai bagian dalam proses pembentukan satuan lingual bahasa gaul. Beberapa contoh akronim dalam
9
penggunaan bahasa gaul adalah curhat yang memiliki kepanjangan curahan hati, saltum yang memiliki kepanjangan salah kostum, jaim yang memiliki kepanjangan jaga imej, dan kuper yang memiliki kepanjangan kurang pergaulan. Zaka (2013) dalam tesisnya yang berjudul “Akronim yang Menjadi Leksikon dalam Bahasa Indonesia memaparkan bahwa akronim merupakan proses morfologis dalam bahasa Indonesia. Akronim dibentuk dengan berbagai proses pengambilan fonem pada komponen-komponen pembentuk, misalnya CERPEN (cerita pendek), CEKAL (cegah dan tangkal), DISTRO (distributor oulet), HANSIP (pertahanan sipil), dan KLOTER (kelompok terbang). Dalam tesisnya, Zaka menginventarisasi akronim-akronim,
mendeskripsikan
pola-pola
pembentukan
akronim,
dan
memdeskripsikan karakteristik akronim yang menjadi leksikon dalam bahasa Indonesia. Puspitandari (2004), dalam skripsinya yang berjudul “Ragam Bahasa Short Message Service (SMS)”, memaparkan bentuk penyingkatan dalan layanan SMS. Puspitandari mendeskripsikan mengenai bentuk lengkap kata, pola suku kata, bentuk singkatan, dan pola singkatan. Terdapat beberapa pola penyingkatan yang dikemukakan oleh Puspitandari dalam skripsinya, yaitu penyingkatan berupa gabungan huruf yang berasal dari satu kata, seperti kalau membentuk singkatan kl, lagi membentuk singkatan lg, rumah membentuk singkatan rmh, bapak membentuk singkatan bpk, lengkap membentuk singkatan lgkp, sekarang membentuk singkatan
10
skrg; penyingkatan berupa gabungan huruf yang berasal dari dua atau tiga kata, seperti by the way membentuk singkatan btw, hand phone membentuk singkatan hp. Wahyu (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Slogan Perusahaan Berbahasa Indonesia Tinjauan Sosiopragmatik” mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan dalam slogan
perusahaan,
mendeskripsikan
situasi
tutur
slogan
perusahaan,
dan
mendeskripsikan aspek fungsi sosiolonguistik dari slogan perusahaan. Wahyu mengatakan bahwa slogan perusahaan memiliki karakteristik khusus yang berkaitan erat dengan penanaman pengaruh pada masyarakat atau konsumen tentang brand name dari perusahaan yang pada akhirnya sangat berpengaruh pada pembentukan persepsi tentang suatu perusahaan. Terdapat beberapa konstruksi slogan perusahan yang dikemukakan dalam tesis “Slogan Perusahaan Berbahasa Indonesia Tinjauan Sosiopragmatik”, di antaranya pemanfaatan bunyi, misalnya Alfamart belanja puas harga pas. Slogan tersebut memiliki persajakan dalam konsonannya, yaitu pada bunyi [a] dan [s]. Handoko (2009) mengemukakan identifikasi slogan iklan rokok, sarana pragmatik yang berpengaruh dalam slogan iklan rokok, dan pengaruh aspek sosial dalam slogan iklan rokok dalam skripsinya yang berjudul “Slogan Iklan Rokok Kajian Sosiopragmatik”. Dalam skripsi ini, salah satunya, terdapat pembahasan mengenai pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan dalam slogan iklan rokok, misalnya terdapat nama produk dalam slogan iklan rokok, seperti U are U, huruf U merujuk
11
pada produk U Mild; Buktikan Merahmu, kata merah merujuk pada produk Gudang Garam Merah. Yarhamniya (2015) membahas aspek kebahasaan, macam-macam bentuk, jenis makna, jenis bahasa dan motif dalam skripsinya yang berjudul “Penamaan Judul-Judul Film Indonesia Genre Drama”. Terdapat pembahasan mengenai bentuk kebahasaan judul-judul film Indonesia genre drama, misalnya bentuk kata yang terdapat pada film yang berjudul Hijab, Tania, Jokowi, Cinta, dan Sepuluh; terdapat pula bentuk frasa dalam judul film Indonesia genre drama, misalnya Turis Romantis, Sepatu Dahlan, Habibie Ainun, 5 cm, 3600 detik, dan Merah Putih; terdapat pula bentuk kalimat yang menjadi judul film Indonesia genre drama, misalnya Maaf Saya Menghamili Istri Anda, Masih Adakah Cinta Kita?, dan Emak Ingin Naik Haji. 1.7 LANDASAN TEORI Kridalaksana (1982:4) menyatakan bahwa akronim merupakan kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan secara wajar. Selain itu, Kridalaksana juga mengemukakan bahwa abreviasi merupakan proses pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (1989:159). Abreviasi (pemendekan) merupakan proses penggabungan leksem menjadi kata kompleks, akronim, atau singkatan. Ada beberapa jenis abreviasi, yaitu pemenggalan, kontraksi, akronimi, dan penyingkatan. Dalam pemenggalan dan
12
kontraksi, input-nya adalah leksem tunggal dan output-nya adalah kata kompleks seperti yang terdapat pada afiksasi dan reduplikasi.
Leksem Tunggal
Afiksasi, Reduplikasi, Pemenggalan, Kontaraksi
Kata Kompleks
Dalam akronimi dan penyingkatan, input-nya merupakan dua leksem atau lebih dan output-nya akronim atau singkatan (Kridalaksana, 1989:12—13).
Dua leksem atau lebih
Akronimi, Penyingkatan
Akronim, Singkatan
Kridalaksana mengatakan bahwa membuat klasifikasi atas bentuk-bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia bukan suatu pekerjaan yang mudah. Vries (dalam Kridalaksana, 1989:165) mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia,
13
singkatan tidak memiliki sistematikanya namun ternyata sistem tersebut ada hanya sebagian kecil saja dari semua kependekan yang diselidiki yang sulit diklasifikasikan dan fakta ini merupakan ciri morfologis suatu bahasa, yaitu ada proses yang teratur dan ada tambahan serta kekecualian. Pada beberapa bentuk kependekan sering terdapat tumpang tindih, baik pada bentuk kependekan yang berupa lambang huruf maupun pada singkatan yang berbentuk akronim. Arifin dan Junaiyah (2009:13) mengatakan abreviasi adalah proses morfologis yang mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi kependekan. Jadi, pemendekan kata merupakan salah satu cara proses pembentukan kata, yaitu menyingkat kata menjadi huruf, bagian kata, atau gabungan sehungga membentuk suatu kata. Pemendekan memiliki beberapa jenis, yaitu penggalan, singkatan, dan akronim. Penggalan merupakan kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan, misalnya lab untuk laboratorium (Chaer, 2003:191—192). 1.8 DATA DAN METODE PENELITIAN Sebelum memulai penelitian, data dikumpulkan dengan menggunakan teknik pancing, teknik cakap bertemu muka, teknik cakap tidak bertemu muka, dan teknik sadap. Teknik pancing digunakan penulis ketika berada di dalam suatu percakapan yang secara tidak langsung memancing narasumber untuk menjawab pertanyaan.
14
Teknik cakap bertemu muka dilakukan ketika penulis bertemu dengan narasumber yang berasal dari suatu kota kemudian peneliti menanyakan secara langsung kepada narasumber. Teknik cakap tidak bertemu muka dilakukan saat penulis menemukan laman atau situs komunitas di media online kemudian penulis menanyakan melalui media online tersebut. Teknik sadap merupakan teknik dasar yang melaksanakan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang (Kesuma, 2007:43). Teknik sadap dilakukan oleh penulis ketika mencari data yang diakses via media online yang bersifat menyediakan berita, seperti Wikipedia.com. Dari 125 kota dan kabupaten di pulau Jawa, hanya 77 kota dan kabupaten yang memiliki slogan berakronim. Selebihnya tidak diketahui slogannya atau memiliki slogan yang tidak memiliki akronim. Selain dari teknik-teknik pengumpulan data di atas, penulis juga mencari langsung data ke pusat kota dan kabupaten di Pulau Jawa. Metode agih menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini.metode agih merupakan metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:54). Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik perluas. Teknik perluas adalah teknik analisis data dengan cara memperluas satuan kebahasaan yang dianallisis dengan mengguanakan satuan kebahasaan tertentu. Perluasan dapat dilakukan ke kanan dan ke kiri (Kesuma, 2007:59). Metode ini digunakan untuk menganalisis bentuk verba dalam slogan kota dan kabupaten di pulau Jawa. Kabupaten Boyolali memiliki slogan tersenyum. Kata tersenyum merupakan verba yang cirinya adalah tidak dapat diikuti
15
oleh bentuk ter- yang brmakna paling dan tidak dapat diberi bentuk yang memiliki makna kesangatan, misalnya (a) *tertersenyum (b) *paling tersenyum (c) *sangat tersenyum Selain metode agih dengan teknik perluas, digunakan pula metode agih dengan teknik bagi unsur langsung. Teknik ini adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi. Teknik ini digunakan untuk menentukan bagian-bagian fungsional suatu konstruksi (Kesuma, 2007:55—56). Metode ini digunakan untuk menganalisis kelas kata yang terdapat dalam slogan, misalnya dalam menganalisis bentuk nomina pada slogan kota dan kabupaten di pulau Jawa. Kabupaten Purbalingga berslogan perwira. Untuk menganalisis kelas kata pada slogan tersebut digunakan teknik bagi unsur langsung (a) Perwira terlihat tangguh. S
P
Pel.
(b) Adik melihat perwira. S
P
O
16
Selain metode agih, analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari suatu bahasa (Sudaryanto, 1993:13). Metode yang digunakan adalah metode padan pragmatis. Metode ini digunakan dalam menganalisis aspek-aspek yang terkandung dalam slogan kota dan kabupaten di pulau Jawa. Setiap kota atau kabupaten memiliki slogan yang kepanjangannya mengandung suatu ungkapan yang hendak disampaikan kepada masyarakat luas. Kabupaten Sragen memiliki slogan asri yang memiliki kepanjangan aman, sehat, rapi, indah. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek yang hendak disampaikan kepada masyarakat luas mengenai identitas yang dimiliki oleh kabupaten Sragen. Dengan demikian, masyarakat luas diharapkan dapat mengenal kabupaten Sragen melalui slogannya. Hasil analisis data disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Penyajian hasil data secara formal adalah penyajian hasil analisis data menggunakan kaidah. Dalam ilmu bahasa, kaidah dapat diartikan sebagai pernyataan formal yang menghubungkan unsur-unsur konkret dari suatu sistem yang abstrak dengan model dari sistem tersebut, pernyataan umum tentang suatu keteraturan atau suatu pola dalam dalam bahasa, suatu sarana untuk menguraikan atau meramalkan derivasi suatu satuan ari bentuk asal yang dipostulasikan, atau aturan tata bahasa atau lafal yang harus diikuti (Kridalaksana via Kesuma, 2001:73). Penyajian data secara informal adalah penyajian hasil analisis data menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto via Kesuma, 2007:71).
17
1.9 SISTEMATIKA Penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab pertama berisi latar belakang, ruang lingkup, ruusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua berisi pembahasan mengenai proses pembentukan dari slogan kota di Pulau Jawa. Bab ketiga berisi pembahasan mengenai klasifikasi bentuk-bentuk slogan kota dan kabupaten di pulau Jawa. Bab keempat berisi pembahasan mengenai makna yang terkandung dalam slogan kota di Pulau Jawa dalam lingkup sebagai identitas suatu kota. Bab lima berisi pembahasan mengenai aspek-aspek yang terkandung dalam slogan kota dan kabupaten di pulau Jawa. Bab enam berisi kesimpulan.