BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Era globalisasi menciptakan persaingan dan kompetisi dalam sebuah pekerjaan. Indonesia sebagai negara berkembang dalam menghadapi globalisasi telah meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri yang
modern. Pekerjaan pada industri modern tentu memakai mesin-mesin
produksi berteknologi tinggi yang bertujuan untuk mempermudah pekerjaan, menghasilkan hasil produksi yang berkualitas serta mengefesiensikan waktu dan tenaga kerja dalam kegiatan produksi. Mesin-mesin produksi tersebut memberi kemudahan dalam kegiatan produksi, akan tetapi di sisi lain juga menghasilkan bunyi atau suara yang bising (Sumar’mar, 2014). Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Permenker, 2011). Alat-alat atau mesin produksi tersebut bekerja otomatis dalam proses produksi, namun masih memerlukan campur tangan dari pekerja untuk mengoperasikannya. Pekerja yang bekerja, berperan dalam pengawasan dan pengendalian kegiatan produksi, kondisi tersebut membuat pekerja sering terpapar langsung dengan sumber bising dalam waktu yang lama (Kurniawidjaja, 2012). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.13/Men/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja menyebutkan bahwa intensitas kebisingan selama 8 jam kerja adalah maksimal 85 desibel (dB) dalam sehari
1
2
(Permenker, 2011). Bising dengan intensitas 85 dB atau lebih dalam waktu yang cukup lama (10–15 tahun) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti (Rambe. A, 2003). Masa kerja yang lama bagi pekerja yang terpapar bising dengan intensitas tinggi melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat menyebabkan pekerja mempunyai risiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising atau Noise Induce Hearing Loss (Suma’mur, 2014). Noise Induce Hearing Loss (NIHL) adalah tuli akibat terpapar bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja (Soetirto, 2001). Thorne, et al (2008) melaporkan dalam Study Epidemiology Noise Induce Hearing Loss (NIHL) di Selandia Baru, menjunjukan terjadinya peningkatan kasus NIHL. World Health Organization in South East Asia Regional Office (WHO-SEARO) Intercountry Meeting (2002), menyebutkan bahwa kebisingan merupakan salah satu yang menjadi masalah utama dalam penyebab terjadinya gangguan pendengaran di Indonesia. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan (Rambe. A, 2003). Hal tersebut dapat didukung penelitian Tana, (1998) menunjukan dari 22 orang yang terpajan bising dengan intensitas 85-108 dB didapatkan 31,81% mengalami NIHL, empat orang diantaranya dengan masa kerja tiga sampai lima tahun telah mengalami NIHL. Penelitian Tana (2002), menunjukan dari 35 orang yang terpapar bising kurang dari sepuluh tahun, didapatkan 29% mengalami NIHL.
Kebisingan juga dapat menyebabkan
perubahan fisiologi berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan
3
nadi, konstriksi pembuluh darah perifer (Prabu, 2009). Hal tersebut didukung oleh penelitan Adriati (2003), menyebutkan terdapat hubungan kebisingan dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik pekerja dengan rata-rata sistolik 13 mmHg dan diastolik 12 mmHg). Perseroan Terbatas Sarana Agra Gemilang (PT. SAG) Kupang adalah perusahaan yang bergerak dalam industri processing antara lain industri semen. PT. SAG Kupang beroperasi mulai dari tahun 2009 sejak menjalin Kerja Sama Operasi (KSO) dari PT. Semen Kupang. Depertemen produksi merupakan depertemen yang mengatur kegiatan proses produksi semen mulai dari bahan baku mentah sampai semen jadi. Departemen produksi mempunyai bagian seperti Crusher, Raw Will, Kiln, Cement Mill, dan Peker yang mengatur tahap pengelolaan selama proses produksi semen, yang mana pada tempat ini terdapat alat-alat produksi seperti mesin generator, mesin pengiling, mesin penghalus, dan mesin pembakaran
dan
mesin
packing
produk
semen.
Mesin-mesin
tersebut
menghasilkan suara bising dengan intensitas berbeda dan suhu yang panas, dengan beroperasi selama 24 jam setiap hari tanpa henti. Pengaturan waktu kerja pada bagian produksi PT. SAG Kupang
dilakukan
dengan cara pembagian Shift jam kerja yaitu setiap 8 jam/hari. Lamanya masa kerja dan waktu shift jam kerja pekerja sejak beroperasinya pabrik dalam kegiatan produksi menjadi pertimbangan lamanya pekerja terpapar dengan suara bising mesin produksi. Hasil pengamatan selama peneliti bekerja di PT. SAG Kupang, fenomena yang terjadi pada pekerja dari bagian produsksi yaitu ditemukan adanya keluhan, dimana pekerja mengatakan adanya perubahan pendengaran setelah
4
meninggalkan lingkungan kerja yang bising seperti telinga berdenging, perubahan pendengaran atau menangkap pembicaraan, merasa pusing dan haus. Pengambilan data awal didapatkan hasil pengukuran rata-rata tigkat kebisingan diperhitungkan pada area produksi masing-masing pada intensitas bising di bagian Cruser sebesar 95 dB, Raw Will sebesar 90 dB, kiln sebesar 86 dB, Cement Mill yaitu sebesar 95 dB dan Peker sebesar 86 dB. Tampak jelas dari hasil pengukuran diketahui bahwa intensitas kebisingan di bagaian produksi telah melebihi NAB yang telah ditetapkan. Pengukuran tekanan darah pada lima orang pekerja sebelum dan sesudah bekerja selama 8 jam menunjukan kenaikan rata-rata tekanan sistolik 13 mmHg dan kenaikan rata-rata tekanan diastolik 11 mmHg. Kondisi pekerja yang terpapar langsung dengan lingkungan fisik kebisingan di atas NAB dalam lama waktu perpapar bising berakibat pada risiko timbulnya gangguan pendengaran dan peningkatan tekanan darah bagi pekerja yang ada di departemen produksi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan, sudah dilakukan di PT. SAG Kupang dalam upaya pengendalikan kebisingan melalui administratif control berupa pengawasan penakaian alat pelinding telinga dan personal control antara lain mewujudkan pengunaan APD (Ear Plug dan Ear Muff), melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menerima atau menempatkan pekerja, dan penyediaan pelayanan kesehatan salah satunya seperti pengontrolan tekanan darah bagi
pekerja di Poliklinik PT. SAG. Pasal tiga menjelaskan
pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat
5
kesehatan tenaga kerja yang sudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usah pencegahan (Permenker,1980). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakuakan penelitian mengenai “Hubungan Kebisingan Terhadap Tajam Dengar Dan Tekanan Darah Pada Pekerja Di Departemen Produksi PT. SAG Kupang”.
1.2 Rumusan Masalah “Apakah ada hubungan kebisingan terhadap tajam dengar dan tekanan darah pada pekerja di Departemen Produksi PT. SAG Kupang?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kebisingan terhadap tajam dengar dan tekanan darah pada pekerja di Departemen Produksi.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mengetahui intensitas kebisingan di Departemen Produksi
pada bagian
Crusher, Raw Will, Kiln, Cement Mill, Peker PT. SAG Kupang b. Mengetahui nilai tajam dengar pekerja yang terpapar kebisingan di Departemen Produksi bagian Crusher, Raw Will, Kiln, Cement Mill, Peker PT. SAG Kupang c. Mengetahui tekanan darah pekerja yang terpapar kebisingan di Departemen Produksi bagian Crusher, Raw Will, Kiln, Cement Mill, Peker Kupang
PT. SAG
6
d. Mengetahui hubungan kebisingan terhadap tajam dengar dan tekanan darah pada pekerja di Departemen Produksi bagian PT. SAG Kupang.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan belajar dan meningkatkan wawasan pengetahuan khusunya tentang hubungan kebisingan terhadap tajam dengar dan tekanan darah pada pekerja di departemen produksi PT. SAG b. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai akibat yang ditimbul bagi yang pekerja yang terpapar bising dengan intensitas di departemen produksi PT. SAG c. Diharapkan pekerja menyadari pentingnya pengunaan alat pelindung diri (telinga) sebagai salah satu alternatif untuk mengendalikan kebisingan d. Diharapkan perusahaan atau pengambil kebijakan dapat meminimalisir kebisingan yang melebihi NAB e. Sebagi usaha untuk mengurangi risiko timbulnya gangguan pendengaran dan peningkatan tekanan darah melalui upaya pemeriksaan berkala.
1.4.2
Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitin ini digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Keperawatan Komunitas pada kelompok khusus dilingkup keselamatan dan kesehatan kerja b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan informasi awal untuk melakukan penelitian selanjutnya.
7
8