1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya tujuan para investor menginvestasikan modalnya adalah untuk memperoleh return atas modal yang mereka investasikan. Oleh karena itu, para investor perlu melakukan penilaian dengan sebaik-baiknya mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di masa yang akan datang sebelum melakukan investasi. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Salah satu tujuan perusahaan yaitu menghasilkan laba semaksimal mungkin dan mengoptimalkan nilai perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan berbagai bidang usaha saling bersainguntuk dapat bertahan dan menjadi yang terbaik. Segala usaha dilakukan dengan berbagai inovasi dan strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan. Good corporate governance adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan publik dewasa ini untuk menarik minat investor dalam berinvestasi pada suatu perusahaan atau negara.
Good corporate
governancetermasuk pilar suatu sistem ekonomi pasar, karena berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.
Prinsip corporate
governance
Cooperation
OECD
(Organization
for
Economic
and
Development) menyebutkan bahwa kerangka tata kelola perusahaan (corporate governance) harus melindungi hak-hak pemegang saham dan
1
2
memfasilitasi hak-hak pemegang saham (Indonesia Corporate Governance Roadmap). Penelitian yang dilakukan oleh McKinsey (2002) juga menguatkan pernyataan tersebut, bahwa para investor cenderung mengindari perusahaanperusahaan yang memiliki predikat buruk dalam penerapan good corporate governance. Perhatian yang diberikan para investor terhadap GCG sama besarnya dengan perhatian kepada kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan para investor yakin bahwa perusahaan yang menerapkan good corporate governance dengan baik telah berupaya mengurangi resiko, sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan dan hal ini tentu saja akan memberikan return yang baik pula bagi para investor. Pada tahun 1997 dunia dihebohkan oleh krisis ekononomi yang terjadi di kawasan Amerika Latin dan Asia serta kejatuhan perusahaan-perusahaan publik di Amerika dan Eropa, termasuk Enron Corporation, WorldCom dan HIH Insurance Company Ltd.
Hal ini diyakini terjadi karena kegagalan
penerapan good corporate governance.
Iskandar dan Chamlou (2000),
mengatakan bahwa krisis yang terjadi di kawasan Asia Tenggara dan negara lainnya bukan hanya akibat dari faktor ekonomi makro, namun juga karena lemahnya corporate governance, seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan yang belum mapan, lemahnya pengawasan komisaris, modal yang masih under-regulated dan terabaikannya hak minoritas. Good corporate governancetidak hanya berpengaruh pada pemegang saham, namun juga bagi masyarakat luas yang berupa pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, lembaga-lembaga ekonomi 2
3
dan keuangan dunia seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank sangat berkepentingan terhadap penegakan implementasi dari corporate governance di negara-negara penerima dana. World Bank mendefenisikan Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien,
guna
menghasilkan
nilai
ekonomi
jangka
panjang
yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. (Effendi, 2009).
Prinsip-prinsip dasar yang dimiliki
goodcorporate governance, yaitu transparency (keterbukaan), diclosure (pengungkapan), independence (independensi), accountability, responsibility dan fairness, yang diyakini akan membantu perusahaan dan perekonomian negara yang tertimpa krisis menuju ke arah yang lebih baik, mampu bersaing, dapat dikelola secara dinamis serta profesional hingga tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, terutama bagi perusahaan yang telah berkembang. Corporate governance digunakan untuk mengendalikan perusahaan dan bertindak untuk kepentingan eksternal dan internal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka.
Mekanisme corporate governance dibagi
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal dilakukan oleh kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komite audit dan proporsi dewan komisaris independen, sedangkan mekanisme eksternal terdiri dilakukan oleh kepemilikan institusional. Jika kedua mekanisme tersebut berjalan dengan baik secara bersamaan, maka 3
4
sistem corporate governance perusahaan akan mendorong motivasi manajer agar memaksimalkan nilai pemegang saham atau return saham. Dengan demikian investor akan memperoleh return saham sesuai dengan yang diharapkan.
Laba per saham pun akan meningkat, sehingga saham
perusahaan banyak diminati oleh investor-investor lain. Sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia pada pertengahan tahun 1997, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami krisis terparah dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkan kondisi perekonomiannya. Kurs rupiah pada terhadap dollar pada saat itu jatuh hampir mendekati titik Rp. 16.000, kredit macet mengalami peningkatan menjadi 70% di sektor perbankan dalam negeri, suku bunga simpanan meningkat sebesar 65% pertahun, sektor rill berhenti beroperasi dan jumlah pengangguran meningkat drastis. Asian Develompment Bank (ADB) melakukan analisa terhadap krisis yang terjadi di Indonesia dan mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya krisis tersebut adalah karena lemahnya corporate governance, seperti: pertama, kepemilikan saham pada perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektif dan efisiennya
fungsi
pengawasan
dewan
komisaris;
ketiga,
rendahnya
transparansi prosedur pengendalian akuisisi dan merjer perusahaan; keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan yang kelima adalah tidak memadainya pengawasan oleh para kreditor (Daniri, 2006). Hal ini tercermin dari peringkat Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia dan juga menduduki peringkat terendah dalam pengimplementasian corporate governance di Asia.
Kenyataan ini telah diungkapkan oleh 4
5
beberapa
komunitas
internasional
juga,
seperti
Standard
&
Poor,
CLSA,Pricewaterhouse Coopers, Moody`s Morgan, and Calper`s yang menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi good corporate governance. Adapun hasil kajian Pricewaterhouse Coopers, yang merupakan salah satu dari The Big Four Auditor, yang dimuat di dalam Report on Institusional Investor Survey (2002) menempatkan Indonesia berada di urutan paling bawah bersama India dan China dengan nilai 1,96 untuk keterbukaan dan transparansi. Berikut adalah hasil peringkat corporate governance watch market score dari tahun 2003 - 2014 berdasarkan Asian Corporate Governance Association
(ACGA)
dan
skor
corporate
governance
berdasarkan
kategorinya. TABEL 1.1 MARKET RANKINGS: CG QUALITY
Hongkong Singapore Japan Thailand Malaysia Taiwan India Korea China Philipines Indonesia
2003 (%)
2004 (%)
2005 (%)
2007 (%)
2010 (%)
2012 (%)
2014 (%)
73 77 46 55 58 66 55 43 37 32
67 75 53 60 55 62 58 48 50 40
69 70 50 56 52 61 50 44 46 37
67 65 52 47 49 54 56 49 45 41 37
65 67 57 55 52 55 48 45 49 37 40
66 69 55 58 55 53 51 49 45 41 37
65 64 60 58 58 56 54 49 45 40 39
Perubahan 2012 ke 2014 -1 -5 +5 +3 +3 +3 -1 +2
Sumber : Asian Corporate Governance Association, CLSA Asia-Pacific Markets
5
6
Badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan (Bapepam-LK) sebagai pihak yang mengawasi segala praktik yang terjadi di pasar modal Indonesia pun menyadari akan pentingnya kualitas transparansi (keterbukaan informasi). Bapepam melihat bahwa laporan tahunan emiten dan perusahan publik merupakan sumber informasi yang penting bagi para pemegang saham dan masyarakat untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dan dalam rangka meningkatkaan kualitas transparansi dalam penyusunan laporan keuangan emiten dan perusahaan publik. Melalui peraturan Bapepam-LK No. X.K.6, menyatakan aturan terkait kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten dan perusahaan publik. Beberapa penelitian terdahulu yang mencoba membahas kualitas pengungkapan corporate governance masih memberikan hasil yang berbedabeda. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak membahas mengenai pengaruh pengungkapan corporate governance terhadap kinerja keuangan. Yani (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh perubahan penerapan corporate governance berdasarkan peraturan Bapepam-LK X.K.6 dengan kinerja perusahaan dengan menggunakan retun saham dan price to book value sebagai independen variabelnya, dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa perubahan corporate governance
yang diukur
berdasarkan perubahan peraturan tidak berpengaruh terhadap return saham, namun berpengaruh pada price to book value. Junaedi (2005) melakukan penelitian terkait penerapan corporate governance berdasarkan peraturan Bapepam-LK X.K.6 dalam pengungkapan
6
7
informasi, menyatakan bahwa pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan melalui laporan keuangan tahunan belum dapat dijadikan sebagai salah satu informasi yang penting dalam menentukan keputusan berinvestasi oleh para investor dan dalam menentukan besarnya return saham yang mereka harapkan. Penelitian
Nuswandari
(2009)
menyatakan
bahwa
corporate
governance tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Cahyani menambahkan bahwa pengaruh corporate governance dapat dilihat dalam jangka panjang karena terkait tingkat kepercayaan para investor. Monalisa (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh GCG terhadap Kinerja Keuangan di BEI, menyatakan bahwa goodcorporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROE dan NPM. Penerapan good corporate governance pada perusahaan-perusahaan besar, terutama perusahaan yang sudah go public sangat memberikan dampak yang besar bagi para investor.
Para investor percaya bahwa, jika suatu
perusahaan sudah menerapkan corporate governance dengan baik maka perusahaan akan memberikan perlindungan kepada pemegang saham. Para pemegang saham akan merasa aman akan investasi yang mereka tanamkan, karena cenderung akan memperoleh return sesuai dengan yang mereka harapkan.
Pelaksanaan good corporate governance ini akan membuat
investor memberikan respon positif terhadap nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan return saham.
Good Corporate
Governance (GCG) juga memberikan kepastian bahwa investasi yang
7
8
diberikan oleh para investor akan dipergunakan secara tepat dan efisien oleh perusahaan atau pihak manajemen. Pada penelitian ini, peneliti memilih perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 di BEI, karena perusahaan-perusahaan yang ada pada LQ45 merupakan perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Tidak semua perusahaan dapat masuk dalam kriteria LQ45, karena perusahaan-perusahaan tersebut harus masuk dalam peringkat 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular, selain itu juga perusahaan yang terdaftar di LQ45 juga akan direview paling tidak setiap enam bulan untuk review. Jadi tidak mudah bagi semua perusahaan untuk bisa masuk dan bertahan di posisi tersebut. Peneliti ingin mengetahui apakah perusahaanperusahaan yang sudah memiliki likuiditas dan kapitalisasi yang tinggi sudah menerapkan
good
corporate
governance
dan
bagaimana
dampak
penerapannya terhadap return yang diterima oleh para investor. Maka dari itu, peneliti memilih perusahaan-perusahaan yang teraftar pada Indeks LQ45 yang konstan dari tahun 2011-2013 sebagai sampel pada penelitian ini. Berdasarkan pendapat yang berbeda-beda terkait pengaruh corporate governance dan mengingat sedikitnya penelitian yang telah mengkaji hubungan good corporate governance terhadap return saham, maka peneliti berminat untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Return Saham(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di BEI Periode 20112013)”
8
9
B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang ynag telah dikemukakan diatas, maka untuk dapat memudahkan dan mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka penulis akan merumuskan masalah yang akan dibahas, yakni: 1. Apakah jumlah dewan direksi mempengaruhi return saham? 2. Apakah kepemilikan institusional mempengaruhi return saham? 3. Apakah jumlah komite audit mempengaruhi return saham? 4. Apakah proporsi komisaris independen mempengaruhi return saham?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai: a. Pengaruh jumlah dewan direksi terhadap return saham di perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia? b. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap return saham di perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia? c. Pengaruh jumlah komite audit terhadap return saham di perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia? d. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap return saham di perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia?
9
10
2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keapda pihak, antara lain : a. Kontribusi praktik Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pasar modal yang berkaitan dengan investasi saham dan corporate governance. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan pustaka di bidang akuntasi dan dijadikan pedoman bagi penelitian berikutnya. b. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi perusahaan-perusahaan untuk mencapai keberhasilan operasional, seehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam membangun tata kelola perusahaannya. Peneliti juga berharap hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para calon investor sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi di perusahaan publik.
10