BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan ketika suatu negara tidak memiliki kapasitas sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri karena keterbatasan (Higson, 2011). Dengan mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, maka negara akan dapat mendapatkan keuntungan saat melakukan perdagangan. Perdagangan memberikan kontribusi untuk efisiensi global. Ketika suatu negara membuka perdagangan, maka modal dan tenaga kerja digunakan secara lebih efisien. Masyarakat memperoleh tingkat yang lebih tinggi dari kesejahteraan ekonomi (Baldwin, 2008). Perdagangan internasional juga akan mampu meningkatkan alokasi sumber daya untuk produksi barang dan jasa sehingga menyerap tenaga kerja dan mengurangi penggangguran (Weder, 2010). Para pakar ekonomi mencoba menjelaskan mengapa perdagangan dunia telah tumbuh lebih cepat dari output dunia, mereka umumnya menawarkan beberapa penjelasan. Penjelasan yang paling populer adalah menekankan efek teknologi: biaya transportasi yang rendah dan kecepatan perkembangan komunikasi telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih kecil. Hal lain yang penting untuk disadari bahwa volume perdagangan internasional juga tergantung pada bagaimana batas-batas diambil untuk geografi tertentu dari produksi dunia (Krugman, 1995).
1
Gambar 1.1 Volume Perdagangan Ekspor dan Impor ASEAN, 1995-2013 1,800,000,000,000 1,600,000,000,000 1,400,000,000,000 1,200,000,000,000 1,000,000,000,000 800,000,000,000 600,000,000,000 400,000,000,000 200,000,000,000
Ekspor
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
-
Impor
Sumber: World Bank, diolah Gambar 1 menunjukkan pertumbuhan volume perdagangan ASEAN. Seperti yang kita lihat pada gambar, tren perdagangan negara ASEAN mengalami peningkatan selama tahun 1995-2013. Walaupun pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan disebabkan karena dampak krisis global. Rata-rata total perdagangan di ASEAN adalah 1.573 miliar dollar. Negara-negara yang berada di atas rata-rata total perdagangan di ASEAN yaitu Singapura, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Kemudian yang menjadi masalah adalah dengan adannya perdagangan internasional apakah dapat mengurangi penggangguran atau justru menambah pengangguran? Seperti yang kita ketahui, masalah yang dihadapi semua negara adalah masalah pengangguran dan dengan adanya perdagangan internasional ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.
2
Terdapat perdebatan teori antara Ricardian dan H-O tentang dampak adanya perdagangan internasional dengan pengangguran. Teori Ricardian menyatakan adanya perdagangan internasional akan menciptakan lapangan kerja sehingga pengangguran berkurang. Sedangkan teori H-O menyatakan adanya perdagangan internasional akan menyebabkan pengangguran bertambah banyak (IMF, 2009). Gambar 1.2 Rata-Rata Perdagangan, Pengangguran dan Pertumbuhan GDP di ASEAN, 1995-2013 180,000,000,000
10
160,000,000,000
8
140,000,000,000 6
120,000,000,000 100,000,000,000
4
80,000,000,000
2
60,000,000,000
0
40,000,000,000 -2
20,000,000,000
Rata-Rata Volum perdagangan
Pengangguran
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
-4 1995
-
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: World Bank, diolah Gambar di atas menunjukkan selain total perdagangan yang mengalami peningkatan, tren pertumbuhan GDP di ASEAN juga mengalami peningkatan. Untuk tren pengangguran cendurung menurun. Rata-rata pertumbuhan GDP di ASEAN tahun 1995-2013 adalah 5,12 %. Negara yang memiliki pertumbuhan GDP di atas rata rata adalah Kamboja, Laos, Singapura, Vietnam. Sedangkan Tingkat pengangguran di ASEAN selama 1995-2013 mengalami tren penurunan, dari 3,20 % pada tahun 1995 menjadi 3,06 % pada tahun 2013.
3
Rata-rata total pengangguran di ASEAN adalah 3,69% Negara-negara yang memiliki total pengangguran di atas rata-rata adalah Indonesia dan Filipina. Rincian lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 1.1 Rata-Rata Perdagangan, Pengangguran dan Pertumbuhan GDP di ASEAN, 1995-2013 No
1
Negara
Total Perdagangan
Total Pengangguran
Total Pertumbuhan
(juta dollar)
(%)
GDP (%)
9.899
3,66
1,46
Brunei Darussalam
2
Kamboja
8.579
1,28
7,66
3
Indonesia
208.655
7,39
4,43
4
Laos
3.098
1,74
7,04
6
Malaysia
291.470
3,23
5,09
7
Filipina
105.487
8,71
4,63
8
Singapura
568.262
3,44
5,64
9
Thailand
275.444
1,52
3,45
10
Vietnam
97.233
2,27
6,70
Sumber: World Bank, diolah Pada tahun 2007, para pemimpin negara ASEAN telah menandatangani deklarasi cetak biru ekonomi ASEAN untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari dinamika ekonomi, kemakmuran berkelanjutan, pertumbuhan inklusif, dan pembangunan terpadu. Pada tahun 2015, cetak biru AEC akan mengubah ASEAN menjadi pasar dan basis produksi tunggal. Sebuah pasar tunggal ASEAN dan basis produksi terdiri dari lima elemen inti: (i) aliran bebas barang; (ii) aliran bebas jasa; (iii) arus bebas investasi; (iv) arus modal; (v) arus bebas tenaga kerja terampil. Selain itu, pasar tunggal dan basis produksi juga mencakup dua komponen penting, yaitu, sektor integrasi prioritas, dan makanan, pertanian dan kehutanan.
4
Dalam menghadapi AEC 2015, Das (2015) berpikir bahwa ASEAN menghadapi beberapa tantangan internal yang berkaitan dengan hambatan non-tarif, hukum tenaga kerja, kurangnya infrastruktur, dan kesenjangan pembangunan. Ia berpendapat bahwa ASEAN menderita karena hukum domestik yang tidak selaras dengan inisiatif regional. Serupa dengan Basu (2012), Menon (2014) berpikir bahwa tantangan terbesar yang dihadapi AEC adalah menciptakan pasar tunggal dan basis produksi. Untuk mempercepat kemajuan, ASEAN perlu memprioritaskan berikut: (i) menghilangkan hambatan non-tarif, dan menggantikan tarif sebagai upaya perlindungan; (iii) memperkuat fasilitasi perdagangan dengan memastikan pelaksanaan langsung dari ASEAN Single Window; (iii) melanjutkan liberalisasi investasi dan perdagangan jasa dengan meningkatkan iklim usaha dan mengurangi biaya dalam melakukan bisnis, termasuk mengatur perizinan dan peraturan lainnya; dan (iv) memperluas jumlah perjanjian dan memastikan bahwa perjanjian itu diimplementasikan dengan cara yang mengarah ke peningkatan mobilitas tenaga kerja terampil. Boulhol
(2009),
dalam
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
negara-negara
mempertimbangkan liberalisasi modal dan arus perdagangan, harus memperhitungkan deregulasi pasar tenaga kerja sebagai akibat liberalisasi. Jika tidak, negara-negara yang mementingkan peraturan pasar tenaga kerja dapat menghadapi situasi yang sulit setelah mereka terlibat dalam proses liberalisasi. Untuk pemerintah yang ingin liberalisasi di semua lini, pilihan yang menarik adalah mulai dengan pasar modal. Hal ini akan memberikan dukungan untuk keterbukaan perdagangan, sebagai kombinasi mobilitas modal dan regulasi pasar tenaga kerja yang relatif ketat menyebabkan capital outflows. Jika serikat yang sedang
5
menghadapi modal dan liberalisasi perdagangan ingin mempertahankan tingkat signifikan regulasi pasar tenaga kerja, mereka mungkin harus bekerja sama secara internasional. Penelitian mengenai hubungan perdagangan internasional dengan pengangguran telah banyak dilakukan namun ditemukan hasil yang berbeda. Dutt et al. (2009) menyajikan model perdagangan dan pengangguran, di mana pengangguran dan perdagangan timbul sebagai akibat dari teori Heckscher-Ohlin (HO) yaitu perbedaan keunggulan komparatif pada faktor proporsi dan teori Ricardian yaitu perbedaan keunggulan komparatif berdasarkan teknologi relatif. Hasil cross-sectional mereka memberikan bukti yang cukup kuat untuk prediksi steady state yang timbul saat perdagangan terutama didorong oleh keunggulan komparatif Ricardian: perlindungan menambah tingkat pengangguran di 20 negara OECD. Hubungan ini kuat untuk mengendalikan hukum ketenagakerjaan, daya serikat pekerja, kebebasan sipil, dan ukuran angkatan kerja. Ketika mereka menganggap liberalisasi perdagangan permanen, mereka mengamati kenaikan langsung pengangguran; dalam jangka panjang menyiratkan penurunan pengangguran pada steady state. Secara keseluruhan, mereka menemukan perbedaan yang mencolok dalam jangka pendek dibandingkan respon jangka panjang pengangguran sebagai akibat liberalisasi perdagangan. Demikian pula, Felbermayr et al. (2011) juga berpendapat bahwa liberalisasi perdagangan mengurangi pengangguran asalkan meningkatkan produktivitas agregat. Matusz (1986) juga setuju dengan fakta bahwa perdagangan dapat meningkatkan produktivitas ekonomi yang luas dan dengan demikian mengurangi tingkat pengangguran. Namun hasil berbeda ditemukan oleh Brecher (1974) dan Davis (1998) menggabungkan upah minimum menjadi model Heckscher-Ohlin dan menemukan bahwa liberalisasi perdagangan dapat memperburuk pengangguran. Helpman & Itskhoki (2010).
6
Mereka menyatakan bahwa hambatan perdagangan yang lebih rendah dapat menyebabkan peningkatan pengangguran. Hal ini disebabkan karena berkurangnya hambatan perdagangan, menyebabkan profitabilitas ekspor sehingga mengarah ke perluasan sektor perdagangan. Egger dan Kreickemeier (2009) dalam penelitianya juga menemukan bahwa liberalisasi perdagangan dapat meningkatkan pengangguran. Ada juga studi teoritis yang menyimpulkan bahwa efek dari perdagangan pada agregat pengangguran ambigu. Sener (2001) menyatakan bahwa liberalisasi perdagangan menyebabkan peningkatan pengangguran pekerja terampil, tetapi memiliki effek ambigu pada agregat pengangguran. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa liberalisasi perdagangan meningkatkan permintaan untuk tenaga kerja terampil. Di sisi lain, frekuensi yang lebih tinggi dari inovasi meningkatkan tingkat pengangguran friksional pekerja terampil. Moore dan Ranjan (2005) berpendapat bahwa pengangguran agregat cenderung menurun ketika negara memiliki tenaga kerja terampil yang melimpah dan peningkatan pengangguran jika negara memiliki tenaga kerja tidak terampil yang lebih banyak.
1.2 Perumusan Masalah Perdagangan merupakan faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga mampu untuk mengurangi masalah pengangguraan di masing-masing negara. Namun, arah hubungan perdagangan internasional dan pengangguran masih kontroversial secara empiris. Oleh karena itu penelitian hubungan perdagangan internasional dengan pengangguran di ASEAN menarik untuk diteliti.
7
1.3 Pertanyaan Penelitian Berikut beberapa pertanyaan penelitian yang akan dianalisis lebih lanjut: a. Bagaimana posisi openness dengan pengangguran di ASEAN tahun 1995 -2013? b. Sejauh mana pengangguran dipengaruhi oleh openness, pertumbuhan ekonomi dan inflasi di ASEAN tahun 1995-2013? c. Apakah pertumbuhan ekonomi dan inflasi berpengaruh terhadap kategori negara berdasarkan hasil tipologi? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Mengetahui bagaimana posisi openness dengan pengangguran di ASEAN tahun 1995 2013 b. Mengidentifikasi sejauh mana pengangguran dipengaruhi oleh openness, pertumbuhan ekonomi dan inflasi di ASEAN tahun 1995-2013. c. Mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi dan inflasi berpengaruh terhadap kategori negara berdasarkan hasil tipologi 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada ruang lingkup negara ASEAN yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Laos, Brunai Darussalam, Myanmar, Filipina dan Kamboja. Rentang waktu penelitian terbatas pada tahun 1995 sampai dengan 2013 dengan tujuan dapat mengetahui hubungan perdagangan internasional yang dilihat dari tingkat openness dan pengangguran.
8