1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Orang tua di era modern ini menemui tantangan yang berat dalam melaksanakan kewajiban utamanya yaitu mengurus dan mendidik buah hati mereka. Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan dalam melaksanakan kewajibannya terutama bagi orang tua yang tinggal di daerah perkotaan. Pada umumnya orang tua yang tinggal di perkotaan sangat disibukan dengan urusan pekerjaan mereka. Kedua orang tua yang sama-sama bekerja tentunya hanya punya sedikit waktu untuk mendampingi sang buah hati bermain dan memantau tumbuh kembangnya. Hal mengurus dan mendidik anak juga menjadi tantangan yang sangat berat bagi seorang ibu. Kenyataan tersebut tidak terlepas dari paradigma bahwa tugas utama ayah adalah mencari nafkah, sedangkan tugas yang berkaitan dengan mengurus anak dan rumah tangga dilimpahkan kepada ibu, namun walau begitu sekarang paradigma tersebut sedikit demi sedikit bergeser. Banyak ibu di jaman modern ini yang tidak hanya tinggal di rumah, mengurus rumah
2
tangga dan anak, tetapi juga bekerja di kantor untuk membantu ekonomi keluarga. Hal ini tentu menjadi kendala dalam hal mendidik dan memantau perkembangan mental dan fisik sang anak, terlebih apabila usia sang anak masih terbilang sangat dini. Peran dan kehadiran orang tua dalam setiap tumbuh kembang buah hatinya dapat menjadi tolak ukur bagaimana nantinya seorang anak dapat hidup dan bersikap dalam masyarakat. Seorang anak dalam sebuah keluarga mendapatkan pendidikan dasar dari ayah dan ibu serta anggota keluarganya sebelum ia mendapat pendidikan di lembaga lain. Usia dini seorang anak, yaitu antara usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan bagi perkembangan otak anak atau yang biasa disebut ”The Golden Age”. Perkembangan motorik dan kognitif seorang anak berkembang dan semakin baik, sehingga dalam masa tersebut peran orang tua sangat diperlukan untuk membangun karakter anak sejak dini dan memaksimalkan tumbuh kembang si buah hati. Orang tua yang jarang berada di Rumah karena sibuk bekerja dan jarang mendampingi sang anak, tentunya mereka tidak hadir dan berperan penuh dalam masa “The Golden Age” tersebut, dan hal tersebutdikhawatirkan akan mempengaruhi perkembangan sang anak dan berimbas pada karakter sang anak nanti di masa depan. Hal ini membuat para orang tua risau akan dilema harus bekerja namun juga harus tetap hadir dalam optimalisasi tumbuh kembang sang anak.
3
Banyak orang tua yang menggunakan jasa pengasuh anak ke rumah, yang tujuannya agar mereka tetap dapat bekerja, dan anak mereka tetap terurus. Para orang tua harus selektif sebelum menggunakan jasa pengasuh anak karena nantinya mereka akan meninggalkan anak mereka hanya dengan seorang pengasuh anak. Orang tua harus lebih selektif dalam hal memilih jasa pengasuh anak, yaitu harus memilih pengasuh anak dari lembaga atau penyalur pengasuh anak sudah dikenal masyarakat dan terbukti kredibel. Hal tersebut harus dilakukan oleh orang tua, karena walaupun berasal dari lembaga atau penyalur pengasuh anak yang terpercaya sekalipun, tak sedikit oknum pengasuh anak yang berbuat tidak layak, seperti melakukan penganiayaan serta penculikan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan trauma pada anak atau bahkan sang anak diajak melakukan perbuatan yang kurang baik. Melihat kenyataan tersebut tentunya para orang tua merasa takut dan tak jarang orang tua justru enggan menggunakan jasa pengasuh anak untuk mengasuh anaknya di rumah. Banyak pelaku usaha yang jeli melihat keresahan para orang tua di atas dan menjadikan hal tersebut sebagai peluang usaha untuk membuka usaha jasa penitipan anak. Usaha jasa penitipan anak merupakan salah satu peluang usaha rumahan yang sedang digemari oleh para pelaku usaha saat ini, apalagi di wilayah perkotaan. Usaha jasa penitipan anak menjadi salah satu usaha yang
4
sedang digandrungi oleh pelaku usaha dikarenakan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar untuk mendirikan sebuah Taman Penitipan anak. Taman Penitipan Anak merupakan program kesejahteraan anak yang dapat menyelenggarakan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara terintegrasi dengan perawatan dan pengasuhan anak sejak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun.Taman penitipan anak merupakan bentuk PAUD Non-Formal yang keberadaannya terus berkembang jumlahnya. Taman penitipan anak merupakan solusi bagi kegundahan para orang tua yang harus meninggalkan buah hati mereka untuk menjalankan rutinitas pekerjaan. Para pelaku usaha taman penitipan anak berlomba-lomba untuk menyediakan fasilitas yang lengkap dan pelayanan terbaik bagi kebutuhan sang buah hati. Taman penitipan anak bukan hanya sekedar tempat untuk menitipkan anak, tetapi juga turut membantu serta menunjang tumbuh dan kembang sang buah hati serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak-anak yang dititipkan. Para orang tua akan memilih taman penitipan anak yang terpercaya serta memberikan pelayanan dan fasilitas yang terbaik bagi buah hati mereka. Penyelenggaraan jasa penitipan anak di Indonesia saat ini pada kenyataannya masih menemui banyak kekurangan. Pada prakteknya, masih banyak pelaku usaha jasa penitipan anak yang lalai dalam memenuhi hak-hak konsumen, misalnya dalam hal layanan pendidikan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, serta sarana dan sarana bagi sang anak yang dititipkan. Beberapa taman
5
penitipan anak kurang memperhatikan keamanan sarana bermain anak, tak jarang anak mengalami kecelakaan sewaktu bermain. Keadaan ruang tidur yang kurang memadai dan sempit membuat anak yang dititipkan tidak nyaman untuk beristirahat setelah lelah bermain. Kehigienisan makanan di beberapa taman penitipan anak juga masih menjadi masalah yang dikhawatirkan oleh orang tua, karena dapat menimbulkan masalah kesehatan mulai dari alergi sampai diare bagi anak yang dititipkan. Pemenuhan berbagai aspek penting dalam penyelenggaraan penitipan anak belum dapat terlaksana seperti yang diharapkan, dan apabila hal ini terus dibiarkan tentunya akan ada pihak yang akan dirugikan yaitu anak yang dititipkan beserta orang tua selaku konsumen. Kenyataan yang terjadi di praktek penyelenggaraan penitipan anak tersebut menimbulkan tanda tanya terhadap perlindungan hukum bagi anak beserta orang tua selaku konsumen jasa penitipan anak. Salah satu pelaku usaha yang berkecimpung di bidang jasa penitipan anak di Sleman, Yogyakarta adalah Taman Penitipan Anak (TPA) Tunggadewi. TPA Tunggadewi berlokasi di Jalan Bulaksumur, M. 5, Sekip, Sleman, Yogyakarta. TPA Tunggadewi secara resmi berdiri pada 7 Januari 1968. Keberadaan TPA Tunggadewi merupakan wujud rasa prihatin para ibu Dharma Wanita Persatuan UGM akan kesulitan yang dialami para orang tua yang bekerja di UGM dalam mengasuh anak-anaknya ketika ditinggal bekerja. TPA Tunggadewi didirikan
6
sebagai bentuk kepedulian terhadap kesulitan yang dialami para orang tua yang bekerja di UGM. TPA Tunggadewi merupakan tempat alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan peran orang tua sementara mereka bekerja supaya kebutuhan esensial anak tetap dapat dipenuhi. TPA Tunggadewi pada awalnya hanya ditujukan untuk merawat anak-anak karyawan UGM, namun seiring perkembangan jaman tidak sedikit orang tua di luar lingkungan UGM yang mempercayakan putra-putrinya di tempat ini.1 TPA Tunggadewi menyediakan fasilitas penitipan anak, mulai dari anak usia 2 bulan hingga usia 6 tahun. TPA ini pun juga bisa dikatakan tidak pernah sepi, setidaknya tiap bulan ada lebih dari 25 orangtua yang menitipkan buah hatinya di tempat ini.2 Jasa penitipan anak yang dilakukan oleh TPA Tunggadewi menimbulkan suatu hubungan hukum bagi TPA Tunggadewi sendiri dengan orang tua anak dalam suatu bentuk perjanjian penitipan anak. Sebuah hubungan hukum akan melahirkan hak dan kewajiban yang mengikat para pihak dalam perjanjian. TPA Tunggadewi dan orang tua wajib melaksanakan hak dan kewajiban dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. TPA Tunggadewi selaku pelaku usaha jasa penitipan anak harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh anak yang dititipkan apabila terjadi wanprestasi atau sengketa konsumen. 1
Menengok Taman Penitipan Anak, http://ugm.ac.id/id/post/page?id=4962, diakses pada tanggal 12 Maret 2015 Pukul 14:54 WIB. 2 Ibu Bayi Usia Tiga Bulan Harus Tetap Datang Beri ASI, http://jogja.tribunnews.com/2014/05/13/ibubayi-usia-tiga-bulan-harus-tetap-datang-beri-asi, diakses pada tanggal 12 Maret 2015 Pukul 17:34 WIB.
7
Perjanjian penitipan anak yang terbentuk antara TPA Tunggadewi dengan orang tua sang anak menimbulkan tanggung jawab bagi TPA Tunggadewi. TPA Tunggadewi berdasarkan perjanjian penitipan anak tersebut berkewajiban untuk melindungi dan menjamin hak anak-anak yang dititipkan, melalui orang tuanya selaku konsumen, sebagaimana secara tegas dijelaskan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Mengingat UUPK merupakan payung hukum yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang konsumen, para pelaku usaha penitipan anak, dalam hal ini TPA Tunggadewi harus mengacu pada UUPK dalam hal pemenuhan hak-hak konsumennya. Melihat besarnya peran jasa penitipan anak yang dilakukan oleh TPA Tunggadewi dalam memberikan layanan kepada anak yang terpaksa ditinggal orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya, serta memberikan layanan yang tekait dengan pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya, maka pelaksanaan perlindungan hukum bagi konsumen merupakan hal yang utama yang harus ditegakkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sebagai dasar penyusunan penulisan hukum dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENITIPAN ANAK (STUDI KASUS TAMAN PENITIPAN ANAK TUNGGADEWI, SLEMAN, YOGYAKARTA)“.
8
B.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Perjanjian Penitipan Anak di TPA Tunggadewi, Sleman, Yogyakarta? 2. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa konsumen yang ditempuh oleh TPA Tunggadewi dan orang tua anak selaku konsumen jasa penitipan anak yang mengalami kerugian?
C.
Tujuan Penelitian Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang diadakan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan menganalisis Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Perjanjian Penitipan Anak di TPA Tunggadewi, Sleman, Yogyakarta. b. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya penyelesaian sengketa konsumen yang ditempuh oleh TPA Tunggadewi dan orang tua anak selaku konsumen jasa penitipan anak yang mengalami kerugian. 2. Tujuan Subjektif Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
D. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tidak ditemukan penulisan hukum dengan permasalahan mengenai “Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Penitipan Anak (Studi Kasus Taman Penitipan Anak Tunggadewi, Sleman, Yogyakarta)”. Adapun terdapat sebuah penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu: “Studi Kasus Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Penititipan Orang Jompo Pada Panti Wreda Swasta di Kotamadya Dati II Yogyakarta” Penulis : Anita Febe Holiana NIM
: 89/70781/HK/13241
Bagian : Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM Tahun
: 1995
Perbedaan yang terdapat dalam penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah yaitu fokus penelitian tersebut lebih kepada upaya yang ditempuh oleh panti wreda swasta dalam hal penitip tidak melaksanakan kewajibannya yang mengakibatkan kerugian bagi panti wreda swasta dalam perjanjian penitipan orang jompo, sedangkan penulis memfokuskan pada penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak dan orang tua selaku konsumen
dalam perjanjian jasa penitipan anak, serta upaya penyelesaian sengketa konsumen antara taman penitipan anak dengan konsumen. E.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis a. Untuk
menambah
pengetahuan,
melatih
kemampuan
dalam
menganalisis dan mengembangkan teori serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan perjanjian penitipan anak dan perlindungan konsumen. b. Untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusun penulisan hukum guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi Pelaku Usaha Diharapkan para pelaku usaha jasa penitipan anak dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam membantu menjalankan usahanya sehingga para pelaku usaha tidak menemui kendala serta masalah yang berarti serta usahanya dapat lebih berkembang di masa yang akan datang.
11
3. Bagi Pihak Lain a. Menambah informasi dan wawasan pengetahuan serta memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama para orang tua pengguna jasa penitipan anak mengenai pengaturan perlindungan konsumen dalam perjanjian penitipan anak. b. Sebagai bahan acuan atau bahan informasi untuk penelitian lain dalam mengembangkan dan menelaah secara mendalam tentang pengaturan perlindungan konsumen dalam perjanjian penitipan anak.