BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan kepimpinan dan organisasi selalu memberikan kesan yang menarik. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang kuat pada setiap orang yang ingin mengadakan suatu penelitian. Literatur – literatur tentang kepimpinan senantiasa memberikan penjelasan tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepimpinan, syarat – syarat pemimpin yang baik, dan kemampuan seorang pemimpin dalam berkomunikasi. Pemimpin adalah elemen terpenting dalam bagan organisasi, bertanggung jawab memimpin anggotanya dengan baik, dan mengevaluasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh anggotanya sehingga mampu mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Saat ini organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. Organisasi tidak dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan dihadapi esok, semuanya serba tidak pasti. Akan tetapi kondisi seperti ini tidak bisa dihindari. Kondisi ini dipicu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat disertai dengan kemajuan teknologi dan sistem informasi yang cepat berubah. Organisasi yang tidak mampu mengerti lingkungan dimana dia berada akan senantiasa mengalami ketertinggalan, dan hanya akan menjadi pengikut. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh sisi kepemimpinan. Suatu ungkapan yang bijak mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Ungkapan tersebut kian memantapkan kedudukan seorang pemimpin
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu organisasi. Dalam kehidupan organisasi, kemampuan seorang pimpinan sebagian besar terletak pada keahliannya dalam berkomunikasi, tanpa adanya keahlian dalam berkomunikasi, maka akan sering terjadi kesalahan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan yang disebut dengan distorsi pesan. Untuk mencapai tujuan organisasi, maka pemimpin harus dapat melaksanakan fungsi-fungsi organisasi dengan baik. Salah satu fungsi tersebut adalah menempatkan pegawai yang tepat pada jabatan yang tepat. Dengan demikian, maka setiap pegawai dapat bekerja maksimal sesuai dengan bagiannya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi. Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam kehidupan organisasi adalah kurangnya komunikasi antara pimpinan dan bawahan. Komunikasi penting bagi suatu organisasi, karena komunikasi merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan aktifitas manajemen. Meskipun proses pembentukan organisasi sudah dilakukan dengan begitu banyak perencanaan, tetapi untuk masalah yang satu ini tidak bisa dianggap remeh. Komunikasi yang baik diperlukan agar program kerja yang telah ditetapkan dapat diselesaikan dengan lancar. Proses,pola, dan komunikasi organisasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkordinasikan dan mengarahkan pekerjaan kepada tujuan dan sasaran. Pesantren, pondok pesantren, atau disebut pondok saja, adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa Arab. Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal
Universitas Sumatera Utara
pada asrama yang telah disediakan pesantren. Institusi yang sejenis dengan ini juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut madrasa Islamia (http://id.wikipedia.org/wiki/pesantren). Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi. Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka, bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan) dan lain sebagainya, dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut. Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para santri pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari penuh dengan berbagai macam kegiatan. Dimulai dari shalat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam. Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an. Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya). Karena pembauran dua disiplin ilmu, sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu umum dan ilmu agama Islam, para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah. Pesantren campuran untuk tingkat SMP terkadang juga dikenal
Universitas Sumatera Utara
dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah. Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan yang menciptakan generasi Islam yang mampu menghadapi globalisasi. Organisasi adalah hal yang penting perlu diperhatikan dalam pencapaian menciptakan generasi Islam yang baik. Dalam proses pencapaian tujuan, visi dan misi, pesantren melibatkan semua sumber daya yang tersedia di dalam pesantren tersebut. Dalam hal ini, pegawai dan para dewan pengajaran memegang peranan penting. Diharapkan pegawai dan dewan pengajar dapat bekerja secara maksimal dan seefektif mungkin , karena berhasil tidaknya tugas yang dipikul oleh organisasi pesantren tergantung dari hasil kerja pegawainya. Tujuan pesantren dapat diwujudkan dengan semangat kerja, disiplin kerja, serta adanya tanggung jawab dari semua pegawai. Pemimpin pesantren harus mampu memotivasi bawahannya, sehingga mereka mau bekerja semaksimal mungkin. Seorang pemimpin menjadi pengendali kegiatan organisasi harus mampu
berkomunikasi
dengan
baik
untuk
menggerakkan
pegawainya.
Komunikasi yang efektif yang terbina antara pemimpin dan bawahan akan mampu memotivasi bawahan untuk menjalankan visi dan misi pesantren. Pesantren Modern Nurul Hakim didirikan pada tahun 1992, salah satu sekolah pondok di Kabupaten Deli Serdang yang berada di Jalan Bandar Setia No.51, Desa Tembung. Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim realisasi dari wasiat almarhum H. Abdul Hakim Nasution yang berwasiat agar mendirikan mesjid dan pesantren di lahan seluas kurang lebih dua hektar yang telah disediakan di desa Tembung.
Universitas Sumatera Utara
Semenjak tahun 2003 Pesantren Modern Nurul Hakim berada dalam era penurunan. Pesantren tersebut mengalami keterpurukan manajemen, degradasi kepemimpinan dan rekonstruksi anggota organisasi berulang – ulang, dan ini mengakibatkan menurunkan kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak - anaknya di Pesantren Modern Nurul Hakim. Dampak yang ada semenjak tahun 2004 antara lain sangat sedikit yang mendaftar di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim. Padahal tahun – tahun sebelumya biasanya calon santri yang mendaftar sekitar 200 sampai 350 orang calon santri. Saat ini hanya sedikit yang mendaftar sebagai calon santri yaitu hanya berkisar 20 sampai ±35 calon santri setiap tahunnnya, dan angka ini sangat turun drastis kalau di lihat angka tahun – tahun sebelumya. Sejak tahun ajaran baru 2008/2009 Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim membangun kembali dan mencoba bangkit dari keterpurukan. Pada saat ini Pesantren Modern Nurul Hakim dibawah pimpinan Prof. DR. H. Hasan Bakti Nasution, MA diharapkan dapat mengembalikan citra dan kejayaan Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim seperti dulu lagi atau bahkan lebih baik. Dibawah pimpinan beliau diharapkan organisasi Pesantren Modern Nurul Hakim berjalan dengan baik. Kemajuan Pesantren Modern Nurul Hakim tidak lepas dari bentuk dan konsep komunikasi yang dibangun oleh bapak pimpinan dan anggota organisasi Pesantren Modern Nurul Hakim. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataannya masalah komunikasi senantiasa muncul dalam dalam proses organisasi, dan komunikasi merupakan hal mutlak dan harus ada dalam suatu organisasi apapun bentuknya.
Universitas Sumatera Utara
Semua gerak langkah yang dilakukan setiap anggota organisasi atau jamaah selalu didasari atas idealisme yang kuat. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada siapapun bahwa Islam adalah ajaran yang paripurna, mengajarkan bagaimana konsep hidup yang baik dan benar dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal menata organisasi. Pesantren ini harus memiliki konsep dan strategi komunikasi organisasi yang jitu sehingga dalam waktu yang relatif singkat diharapkan Pesantren Modern Nurul Hakim bisa menata kembali organisasinya dengan baik. Peranan pimpinan dalam memberi motivasi terhadap pegawai dan beserta jajarannya harus ditingkatkan, agar mereka bekerja dengan semaksimal mungkin. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk memilih judul : “Pengaruh Komunikasi Organisasi Internal terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Pesantren Modern Nurul Hakim, desa Tembung” 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Sejauhmana Pengaruh Komunikasi Organisasi Internal terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Pesantren Modern Nurul Hakim, Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan”.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi organisasi yang dilakukan antara atasan dengan bawahan dalam lingkup formal
di Pesantren
Modern Nurul Hakim, desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan. 2.
Komunikasi pimpinan dalam memotivasi Kerja pegawai di Pesantren Modern Nurul Hakim, seperti semangat kerja pegawai, kepuasan kerja pegawai,dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
3. Objek penelitian adalah seluruh pegawai yang masih aktif bekerja di Pesantren Modern Nurul Hakim. 4. Penelitian akan dilaksanakan sejak bulan April sampai selesai. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan rumus yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Tujuan penelitian juga merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Komunikasi Organisasi Internal yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim. 2. Untuk mengetahui tanggapan pegawai terhadap proses Komunikasi Organisasi Internal yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui pengaruh Komunikasi Organisasi Internal terhadap Motivasi Kerja di Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim. 1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian sering disebut dengan kontribusi penelitian. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya di bidang ilmu komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai komunikasi khususnya Komunikasi Organisasi. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pesantren Modern Nurul Hakim.
1.5 Kerangka Teori Setiap Penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,1995:39). Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Teori S-O-R ( S-O-R Theory) Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga bahagian teori komunikasi, tidak mengherankan, karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (stimulus, S) b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R) Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at mengutip pandapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu : a. perhatian b. pengertian c. penerimaan (Effendy, 2007:254)
Universitas Sumatera Utara
Tahap membangkitkan perhatian khalayak terhadap ide, gagasan atau program yang ditawarkan merupakan langkah awal yang harus ditempuh ketika kita memulai komunikasi dengan tujuan-tujuan tertentu. Tahap pembangkitan perhatian sangat berpengaruh terhadap proses-proses komunikasi selanjutnya. Bila sudah berhasil menarik perhatian khalayak terhadap yang ditawarkan, maka leangkah-langkah pelaksanaan program selanjutnya cenderung akan lebih lancar. Sebaliknya, bila sejak awal khalayak tidak tertarik dengan komunikasi yang dibangun maka akan sulit memperoleh memperoleh dukungan khalayak, bahkan mungkin hanya akan memperoleh ketidakperdulian dan tentangan khalayak, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan komunikasi. Sebaik apapun program yang ditawarkan kepada khalayak, secanggih apapun media yang digunakan, dan sekredibel apapun komunikator, komunikasi akan menemukan kegagalan sejak awal khalayak sasaran tidak menunjukkan perhatiannya. Dengan kata lain, perhatian khalayak merupakan terhadap gagasan menuju kunci sukses proses komunikasi kita.
Khalayak dapat memperhatikan gagasan atau program secara sengaja, bila khalayak berkeinginan untuk menyimaknya. Sebagai komunikator, harus mampu dalam perencanaan pesan dan media komunikasi, harus mampu merumuskan bentuk, gaya, dan imbauan pesan yang dapat menarik perhatian mereka. Salah faktor yang menentukan daya tarik pesan bagi khalayak, adalah bila pesan tersebut bersentuhan langsung dengan situasi dan kondisi khalayak. Bila memulai membuka komunikasi
dengan pernyataan-pernyataan yang menyinggung
kejadian yang sedang atau telah terjadi di sekitar lingkungan khalayak, maka khalayak akan tumbuh perhatiannya.
Universitas Sumatera Utara
Setelah itu khalayak akan coba mempelajari setiap pesan yang disampaikan sehingga menumbuhkan pemahaman pada khalayak, yang pada akhirnya komunikator mengharapkan penerimaan (acceptance) pada khalayak, diharapkan khalayak menerima ide atau gagasan dari komunikator.
Gambar 1 : Proses Perubahan Sikap
STIMULUS
Organisme : - Perhatian - Pengertian - Penerimaan
Response ( Perubahan Sikap)
Gambar ini menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Universitas Sumatera Utara
Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk merubah sikap. Maka unsur – unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (Stimulus, S)
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Komunikasi Organisasi dari atasan terhadap bawahan. b. Komunikan (Organism, O) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim. c. Respon (Response, R) yang dimaksud dalam penelitian ini adalalah yaitu motivasi kerja. 1.5.2 Komunikator Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi haruslah
luwes
sehingga komunikator
sebagai pelaksana
dapat
segera
mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu – waktu, lebih – lebih jika komunikasi di langsungkan melalui media massa. Faktor – faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut AA Procedure atau from attention to action procedure. AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses AIDDA (Effendy, 2007:304). Lengkapnya adalah sebagai berikut : A = Attention ( Perhatian ) I
= Interest ( Minat )
Universitas Sumatera Utara
D = Desire ( Hasrat ) D = Decision ( Keputusan ) A = Action (Tindakan) Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting dari komunikator, yakni kepercayaan pada komunikator
(source
credibility)
dan
daya
tarik
komunikator
(source
attractiveness). Kedua hal ini berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima pesan : a) Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar; jadi komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan, dan apa yang dinyatakannya. b) Hasrat seseorang untuk menyamakan dirinya dengan komunikator atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator yang secara emosional memuaskan; jadi komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila ia berhasil memikat perhatian komunikan. Berikut adalah penjelasannya : (1)
Kepercayaan kepada komunikator (source credibility) Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia percaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator, lebih cenderung komunikan untuk mengubah kepercayaannya ke arah yang dikehendaki komunikator.
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Dalam pada itu juga pada umumnya diakui bahwa pesan yang dikomunikasikan mempunyai daya pengaruh yang lebih besar, apabila komunikator dianggap sebagai seorang ahli. Apabila keahliannya itu khas atau bersifat umum seperti yang timbul dari pendidikan yang lebih baik, atau status sosial atau jabatan profesi yang lebih tinggi. Selain itu, memperoleh kepercayaan sebesar – besarnya, komunikator bukan saja harus mempunyai keahlian, mengetahui kebenaran tetapi juga cukup objektif dalam memotivasikan apa yang diketahuinya. (2)
Daya Tarik Komunikator (source attractiveness) Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Misalnya, komunikator dapat disenangi atau dikagumi sedemikian rupa, sehingga pihak komunikan akan menerima kepuasan dari usaha menyamakan diri dengannya melalui kepercayaan yang diberikan. Atau komunikator dapat dianggap bahwa mempunyai kebersamaan dengan komunikan, sehingga komunikan bersedia untuk tunduk kepada pesan yang dikomunikasikan komunikator. Komunikan akan menyenangi komunikator, apabila ia merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya. Adalah faktor perasaan tersebut yang sama dengan komunikator yang terdapat pada komunikan yang akan menyebabkan komunikasi sukses. Sikap
Universitas Sumatera Utara
komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan, akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator. Demikian : “source credibility” dan “source attractiveness”, faktor penting pada komunikator. Selanjutnya, seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya. Kalau ia menyesuaikan komunikasinya dengan the image dengan komunikan, yaitu memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya, pengalaman kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya. Singkatnya, komunikator harus dapat menjaga kemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan, yang oleh prof. Hartlet disebut “the image of other”(effendy, 2007:43-45).
1.5.3 Komunikasi Organisasi Salah satu bentuk dari disiplin ilmu komunikasi adalah komunikasi organisasi. Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi berikut, “Organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interpendent relationship to cope with environmental uncertaincty”. Atau dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah (Muhammad, 2007:67). Persepsi Redding dan Sanborn berkenaan dengan komunikasi organisasi mengatakan komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah
Universitas Sumatera Utara
komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downwoard atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang – orang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.
1.5.3.1 Jaringan Komunikasi Formal Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan makan pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yaitu : 1. “Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan. 2. “Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan. 3. “Horizontal Communication” atau komunikasi horisontal.
1. Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad, 2007:108). Menurut Katz dan Kahn (1966) ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan : 1. Informasi bagaimana melakukan pekerjaan 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai, dan 5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). (Pace dan Don F, 2005:185)
2. Komunikasi ke Atas Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas ialah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada yang tingkat yang lebih tinggi (Muhammad,2007:117). Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan
balikan,
memberikan
saran,
dan
mengajukan
pertanyaan.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Menurut Smith (1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya (Muhammad, 2007:117). Menurut Harriman (1974) komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut (Pace dan Don F, 2005:190).
3. Komunikasi Horisontal Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horisontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas – tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, dan saling memberikan informasi.
1.5.4 Pesan Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, tidak bisa lepas dari apa yang disebut simbol dan kode, karena sebuah pesan yang dikirimkan kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode. Pesan yang disampaikan
Universitas Sumatera Utara
harus dapat dipahami serta tersrtuktur dengan baik agar khalayak dapat memahaminya dengan baik. Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s Communication, yang meliputi : a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun kepercayaan berawal dari kinerja, baik pihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya. b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan partisipatif. c. Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai – nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat. d. Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikan. e. Continuity and consistency, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan – pengulangan untuk mencapai tujuan, serta isi pesan atau materi harus konsisten dan tidak membingungkan. f. Channel, yaitu media yang digunakan dalam proses komunikasi yang terjadi. g. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan berbagai faktor adanya sesuatu kebiasaan – kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya (Ruslan, 2005:83-84).
Universitas Sumatera Utara
1.5.5 Efek Menurut De Fleur (1982) pegaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan, pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang (Cangara, 1998:25). Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Selain itu (Effendy, 2007:318-319) juga menjelaskan pengklasifikasian efek, yaitu sebagai berikut : 1. Efek Kognitif Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informasi bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya, berhubungan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. 2. Efek Afektif Efek Afektif berkaitan dengan perasaan, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira (senang),puas, marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, cemas, sinis, kecut, dan sebagainya. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.6. Motivasi Motivasi sangat penting dalam organisasi karena berkaitan dengan kemampuan (ability), kapasitas (capacity) yang didukung oleh lingkungan, dan itulah yang menentukan tampilan seseorang dalam organisasi. Motivasi merupakan seperangkat gerakan yang mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu, dan melalui perilaku yang diharapkan akan memperoleh sesuatu yang dinginkan atau dibutuhkan. Motivasi dapat disebut juga suatu keinginan untuk menampilkan diri sedemikian rupa sehingga seseorang bisa mencapai tujuan individual atau tujuan kelompok (organisasi) secara optimal melalui pemenuhan kebutuhan individual atau kelompok (organisasi). Secara universal, setiap individu di tengah masyarakat juga di kantor, perusahaan, jawatan, tempat kerja, organisasi, dam lain – lain, mempunyai kebutuhan – kebutuhan bilologis dan kebutuhan sosial itu. Semua kebutuhan tadi “dihayati” melalui insting – insting (naluri), untuk kemudian dipenuhi secara konkret dengan jalan melakukan macam – macam aktivitas atau dinamisme. Hal ini perlu dipahami oleh setiap pemimpin, agar dinamisme manusia itu dapat dikoordinasikan dan disalurkan bentuk perbuatan – perbuatan yang bertujuan dan bermakna, sesuai dengan asas dan tujuan organisasi (Kartono, 2005:105). 1.6 Kerangka Konsep Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40).
Universitas Sumatera Utara
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas ( X ) Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang adanya menentukan atau mempengaruhi adanya variabel yang lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Peranan
Komunikasi
Organisasi Internal. 2. Variabel Terikat ( Y ) Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi kerja. 3. Variabel Antara (Z) Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi,1995:58). Variabel yang berada diantara variabel bebas dan terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan terikat tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden. 1.7 Model Teoritis Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan di bentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2 : Model Teoritis
Variabel Bebas (X) Peranan Komunikasi Organisasi Internal
Variabel Terikat (Y) Motivasi Kerja
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden 1.8 Operasional Variabel Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam melakukan penelitian . Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasionalisasi variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu :
`
Tabel 1 Operasional Variabel
No Variabel Teoritis
Variabel Operasional
1.
1. Komunikator a.Kredibilitas - Keahlian - Penampilan dan Kerapian b.Daya Tarik
Variabel Bebas (X) Komunikasi Organisasi
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis Komunikasi yang dilakukan : 2.1. Jaringan Komunikasi Formal • Downwoard Communication (Komunikasi ke bawah) : - Instruksi Tugas - Ideologi - Informasi • Upward Communication (Komunikasi ke atas) : - Memberikan saran dalam rapat - Memberi Pertanyaan
3.Metode dan Media yang Di gunakan : 3.1. Metode Lisan : - Rapat (konferensi) - Telepon - Laporan Lisan - Ceramah 3.2. Metode Tulisan : - Surat - Memo - Panduan Pelaksanaan Pekerjaan - Laporan Tertulis - Pedoman Kebijaksanaan 4. Pesan yang disampaikan 4.1. Faktor Bentuk - Penggunaan Bahasa/kata -kata - Kejelasan Isi Pesan - Komunikatif 4.2. Faktor isi - Credibility - Context - Content - Clearity - Continuity dan Consistency - Channel - Capability
Universitas Sumatera Utara
2.
Variabel Terikat (Y)
1. Kognitif
Motivasi Kerja
- Perhatian - Pemahaman 2. Afektif - Disiplin Kerja - Puas -Tanggung jawab terhadap pekerjaan
3.
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin 2. Lama Bekerja 3. Pendidikan
1.9 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara – cara untuk mengukur variabel – variabel. Definisi operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Definsi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (Komunikasi Organisasi) 1.Komunikator : a. Kredibilitas yaitu penilaian yang baik dimata khalayak dimana seorang pimpinan harus mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai seorang pemimpin. -
Keahlian, yaitu keahlian yang dimiliki oleh seorang pimpinan
Universitas Sumatera Utara
-
Penampilan dan Kerapian, yaitu penampilan dan kerapian fisik seorang pimpinan.
b. Daya tarik yaitu dilihat dari segi fisik dan penampilan serta memiliki kewibaan dan karisma yang melekat pada diri seorang pimpinan.
2.Jenis Komunikasi yang dilakukan : 2.1. Jaringan Komunikasi Formal 1. Downward Communication (Komunikasi ke bawah) -
Instruksi Tugas yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya.
-
Ideologi merupakan penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
-
Informasi yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam menjalankan pekerjaannya.
2. Upward Communication (Komunikasi ke atas) -
Memberikan saran atau ide dalam rapat yaitu suatu cara yang dilakukan oleh pimpinan dimana pegawai diminta untuk memberikan saran atau ide yang relevan dalam membuat suatu aturan di sebuah institusi. Hal ini dilakukan agar tercipta situasi yang harmonis antara pimpinan dan bawahan.
-
Memberi pertanyaan adalah ungkapan umpan balik, pertanyaan dapat berupa penjelasan yang belum dipahami atau prosedur kerja yang masih kurang dimengerti.
Universitas Sumatera Utara
3. Metode dan Media yang digunakan : 3.1. Metode Lisan : -
Rapat (konferensi), yaitu pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama dan untuk membahas masalah tertentu agar menghasilkan keputusan sebagai sebuah kebijakan organisasi.
-
Telepon,
merupakan
alat
komunikasi
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan suara ( terutama pesan yang berbentuk percakapan). -
Laporan Lisan, yaitu laporan melalui lisan kepada atasan menyangkut hal – hal berkenaan dengan pekerjaan.
-
Ceramah, sebuah pidato oral formal yang disampaikan kepada khalayak ramai. 3.2. Metode Tulisan :
-
Surat, yakni sarana komunikasi tertulis antar satu pihak dengan pihak yang lain yang memiliki kepentingan, bisa berupa permohonan, bantuan, undangan dan lain – lain.
-
Memo, merupakan pesan ringkas, yakni pesan ringkas yang ditulis oleh seseorang dengan singkat, jelas dan mudah dipahami.
-
Panduan Pelaksanaan Pekerjaan, yaitu menjadi pegangan pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan secara sistematis.
-
Laporan Tertulis, yaitu laporan melalui tulisan kepada atasan, baik itu laporan mingguan, bulanan, bahkan tahunan.
Universitas Sumatera Utara
-
Pedoman Kebijaksaan, pedoman bagi para pegawai untuk mengikuti kebijakan organisasi yang telah ditetapkan baik kebijakan yang lama dan kebijakan untuk mendatang.
4. Pesan yang disampaikan : 4.1.Faktor Bentuk, yaitu : -
Penggunaan bahasa/ kata – kata, yaitu kata – kata atau bahasa yang digunakan oleh pimpinan dan bawahan dalam berinteraksi.
-
Kejelasan isi pesan, yaitu isi pesan berupa tugas, instruksi, peraturan, kebijaksanaan organisasi yang disampaikan agar jelas dan di pahami komunikan.
-
Komunikatif, yaitu kata – kata yang disampaikan dipahami oleh komunikan dengan baik.
4.2. Faktor isi, yaitu : -
Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan.
-
Context, yaitu komunikasi harus sesuai dengan kehidupan sosial.
-
Content, yaitu pesan harus mempunyai arti/manfaat.
-
Clearity, yaitu pesan disusun dalam bahasa sederhana.
-
Continuity dan Consistency, yaitu proses komunikasi adalah proses yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan.
-
Channel,
yaitu
media
yang
digunakan
sebagai
saluran
untuk
menyampaikan isi pesan. -
Capability, yaitu kemampuan khalayak dalam mencerna isi pesan.
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat (Motivasi Kerja) 1. Kognitif - Perhatian, yaitu menaruh perhatian terhadap proses komunikasi organisasi yang terjadi baik itu berupa tugas, saran, serta kritikan, baik melalui media lisan dan tulisan. - Pemahaman, yaitu tugas, pelatihan, instruksi, dan saran dapat dipahami dengan baik oleh para pegawai. 2. Afektif - Disiplin kerja adalah suatu sikap yang ditunjukkan pegawai untuk dapat mengikuti aturan yang berlaku, dan disiplin dimulai dengan semangat dan rasa senang pegawai terhadap suatu pekerjaan. - Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah satu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai dimana mereka harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan yaitu dengan bekerja sebaik – baiknya. - Puas, adalah kepuasan yang diterima setelah melaksanakan pekerjaan. 3.Karakteristik Responden -
Jenis Kelamin yaitu pegawai pria dan wanita
-
Pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal pegawai
-
Lama bekerja yaitu berapa lama pegawai tersebut bekerja
Universitas Sumatera Utara
1.10 Hipotesis Hipotesis ialah pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan. Menurut pendapat Champion (Kriyantono, 2009:28) hipotesis dapat dikatakan sebagai “statement of theory in testable form”, atau “tentative statement about reality”. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis pernyataan yang menjembatani teori. Perumusan hipotesis berguna memfokuskan masalah; mengidentifikasikan data – data yang relevan yang dikumpulkan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak ada hubungan antara Komunikasi Organisasi Internal dengan Motivasi Kerja pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim. Ha : Terdapat hubungan antara Komunikasi Oganisasi Internal dengan Motivasi Kerja pegawai Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim.
Universitas Sumatera Utara