BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Audit judgment merupakan suatu pertimbangan atas persepsi dalam
menanggapi
informasi laporan
keuangan yang diperoleh, ditambah dengan
faktor-faktor dari dalam diri seorang auditor, sehingga menghasilkan suatu pemikiran dari auditor (Tantra, 2013). Paragraf 16 SA200 menyebutkan bahwa auditor harus menggunakan pertimbangan profesional dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan. Menurut Pranoto (2013) judgment merupakan
cara
pandang
auditor
dalam menanggapi
informasi
yang
berhubungan dengan tanggung jawab resiko audit yang akan dihadapi auditor dan mempengaruhi pembuatan opini auditor pada laporan keuangan suatu entitas. Audit judgment dapat dikatakan ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Proses judgment tergantung dari asal informasi, karena setiap langkah dalam proses judgment, akan dapat mempengaruhi hasil akhir dari judgment. Judgment dapat berubah tergantung dari informasi yang datang sebagai pertimbangan baru yang dapat digunakan oleh auditor (Tantra, 2013). Tantangan bagi profesi audit adalah bagaimana untuk memastikan bahwa audit judgment dan keputusan yang diambil telah didasarkan pada kualitas informasi yang relevan dan dapat dipercaya. Kualitas pekerjaan auditor dapat dilihat dari kualitas penilaian dan keputusan yang dibuat. Oleh karena itu, penilaian audit yang berkualitas tinggi juga harus memastikan efektivitas dan efisiensi audit (Johari, 2014). Pada 1
saat pembuatan judgment ini auditor mempunyai kesadaran bahwa pertanggung jawaban merupakan
faktor
yang
cukup
suatu
penting karena
penilaiannya akan ditinjau dan dimintai keterangan. Oleh karena itu, ketika memberikan opini pada kewajaran sebuah laporan keuangan, seorang auditor harus
bisa mempertimbangkan dan memutuskan sejauh
mana
tingkat
keakuratan dan kebenaran atas bukti-bukti maupun informasi yang diberikan oleh klien (Tielman, 2012). Penelitian mengenai audit judgment penting untuk dilakukan karena dalam standar profesi akuntan publik (SPAP), auditor diwajibkan menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menilai hal-hal yang terkait dengan audit. Semakin akurat audit judgment yang dibuat oleh auditor maka akan semakin akurat hasil audit. Hal ini dikarenakan judgment yang dibuat auditor merupakan sebuah pertimbangan subyektif dari seorang auditor dan sangat tergantung dari persepsi individu mengenai suatu situasi (Lopa, 2014). Oleh karena itu, penting untuk memperoleh pemahaman tentang perilaku auditor dalam memproses informasi untuk membuat audit judgment (Liburd, 2015). Pentingnya peran auditor dalam menilai suatu laporan keuangan yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan tersebut, maka perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi auditor dalam membuat audit judgment. Audit judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Salah satu faktor teknisnya adalah adanya pembatasan lingkup atau waktu audit, sedangkan faktor non teknis seperti aspek-aspek perilaku individu auditor (Tantra, 2013). aspek-aspek perilaku individu auditor
2
yang dinilai dapat mempengaruhi audit judgment seperti: tekanan ketaatan (Tantra, 2013; Handani, 2014; Yuliani, 2012; Tielman, 2012; Lopa, 2014), pengalaman audit (Yuliani, 2012; Tantra, 2013; Lopa, 2014; Tielman, 2012; Mukhlis, 2010), pengetahuan auditor (Yuliani, 2012; Tielman, 2012), keahlian auditor (Tantra, 2013;), Independensi (Handani, 2014; Yuliani, 2012; Mukhlis, 2010), kompleksitas tugas (Handani, 2014; Yuliani, 2012; Lopa, 2014; Tielman, 2012), etika (Handani, 2014; Mukhlis, 2010). Salah satu faktor non teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah keahlian auditor. Artha (2014) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Keahlian auditor dalam melakukan audit menunjukkan tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki auditor. Keahlian auditor juga dapat bertambah seiring dengan
pengalaman
kerja
maupun praktek audit yang telah dilakukannya. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor, maka judgment yang diambil auditor akan semakin akurat. Dengan keahliannya,
auditor
akan
mampu
belajar
aktif
dalam
menghadapi tugas audit, mengolah informasi yang relevan dan menganalisis bukti-bukti audit sehingga dapat menunjang pemberian judgment yang akurat untuk menentukan kualitas dari hasil audit dan juga opini yang akan dinyatakan oleh auditor. Hal senada diperoleh dari hasil penelitian Tantra (2013) dan Praditaningrum (2012) apabila keahlian audit semakin meningkat maka judgment yang diambil oleh auditor akan semakin akurat.
3
Selain keahlian auditor, faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekanan ketaatan. Auditor akan merasa berada dalam tekanan ketaatan pada saat mendapat perintah dari atasan ataupun permintaan klien untuk melakukan apa yang mereka inginkan yang mungkin bertentangan dengan standar profesional akuntan publik. Dengan kata lain, auditor yang merasa berada dibawah tekanan akan menunjukkan perilaku dysfunctional dengan menyetujui melakukan kesalahan ataupun pelanggaran etika, termasuk dalam pembuatan judgment. Jika seorang auditor mendapat tekanan dari atasan maka audit judgment yang diambil akan tidak akurat karena dalam menghasilkan judgment, auditor yang mendapat perintah akan cenderung memenuhi keinginan atasan walaupun bertentang dengan standar profesional akuntan publik. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Praditaningrum (2012) dan Tantra (2013) yang menyatakan bahwa seorang auditor akan cenderung melanggar aturan saat adanya tekanan ketaatan yang hasilnya nanti dapat menyebabkan pengaruh terhadap audit judgment. Independensi
merupakan
faktor
penting bagi
auditor
untuk
menghasilkan judgment. Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain (tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain), secara intelektual
bersikap
jujur,
dan
objektif
(tidak
memihak)
dalam
mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya (Mulyadi, 2008:26). De Angelo (1981) menyatakan bahwa independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor, artinya auditor harus memiliki pengetahuan dalam menjaring informasi yang dibutuhkan pada setiap proses audit dalam
4
pengambilan keputusan dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Semakin tinggi tingkat independensi yang dimiliki seorang auditor maka judgment yang diambil semakin akurat. Hal tersebut disebabkan dalam pembuatan audit judgment auditor bebas dari pengaruh pihak lain dalam melakukan
suatu pertimbangan
yang
objektif
untuk merumuskan dan
menyatakan pendapatnya setelah menimbang apakah semua informasi yang di dapat material atau tidak. Penggunaan variabel keahlian auditor, tekanan ketaatan dan independensi dalam penelitian ini disebabkan variabel keahlian auditor dan independensi masih jarang digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai audit judgment. Lalu masih
ada
ketidak konsistenan
hasil penelitian
mengenai
pengaruh tekanan ketaatan dan independensi pada audit judgment. Ketidak konsistenan penelitian mengenai pengaruh tekanan ketaatan pada audit judgment. Penelitian yang dilakukan Praditaningrum (2012) dan Tantra (2013) menunjukkan tekanan ketaatan berpengaruh negatif pada judgment yang diambil oleh auditor, penelitian yang dilakukan Yuliani (2012) menunjukkan tekanan ketaatan berpengaruh positif pada audit judgment sedangkan penelitian yang dilakukan Lopa (2014) dan Tielman (2012) menunjukkan tekanan ketaatan tidak berpengaruh pada judgment yang diambil oleh auditor. Ketidak konsistenan penelitian mengenai pengaruh Independensi pada audit judgment. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Handani (2014) dan
Mukhlis (2014) mengungkapkan independensi berpengaruh positif pada judgment yang diambil oleh auditor sedang hasil penelitian yang dilakukan Yuliani (2012)
5
independensi tidak berpengaruh pada judgment yang diambil oleh auditor. Oleh karena adanya ketidakkonsistensian dalam hasil penelitian mengani audit judgment, maka penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menguji konsistensi tersebut. Perilaku individu yang mempengaruhi pembuatan audit judgment banyak menarik perhatian dari praktisi akuntansi maupun akademisi. Meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian hal tersebut justru tidak menjadi fokus utama (Meyer, 2001 dalam Yustrianthe (2012)). Oleh karena itu, penelitian mengenai audit judgment masih sangat perlu dilakukan mengingat audit judgment mempengaruhi opini yang akan dinyatakan oleh auditor. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka akan dilakukan penelitian dengan judul “pengaruh keahlian auditor, tekanan ketaatan, dan independensi pada audit judgment”
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh keahlian auditor, tekanan ketaatan dan independensi pada audit judgment?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dinyatakan,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh keahlian auditor, tekanan ketaatan, dan independensi pada audit judgment.
6
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis bagi semua pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini, antara lain: 1) Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap teori human information processing, behavioral decision theory, teori X dan Y Mcgregor, dan teori atribusi yang nantinya dapat digunakan sebagai suatu hasil studi empiris yang dapat memberikan suatu wawasan dan pemahaman yang lebih mengenai pengaruh keahlian auditor, tekanan ketaatan dan independensi pada audit judgment auditor yang bekerja di KAP wilayah Bali. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya yang sejenis. 2) Kegunaan Praktis Memberikan kontribusi bagi para auditor lagi
dalam
agar menjadi lebih baik
melakukan audit judgment sehingga tidak
bertentangan
dengan standar profesional dan kode etik akuntan publik. Memberikan kontribusi pemikiran dan memberikan sumbangan gagasan sebagai pertimbangan dalam melakukan audit judgment bagi auditor.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang
satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk
7
memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab skripsi ini, dapat dilihat dalam sistematika penyajian berikut: BAB I,
Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika penulisan.
BAB II, Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian, berisi landasan teori yang merupakan acuan pemikiran dalam pembahasan masalah yang diteliti dan mendasari analisis yang diambil dari berbagai literatur dan hipotesis. BAB III, Metode Penelitian, merupakan cara-cara meneliti yang menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis yang digunakan. BAB IV, Data dan Pembahasan Hasil Penelitian, pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum tentang sejarah singkat lokasi penelitian, dan pembahasan serta rumusan masalah yang diuraikan dalam bab sebelumnya serta hasil analisis penelitian. BAB V,Simpulan dan Saran, simpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya merupakan isi dari bab ini, disamping itu disertakan pula beberapa saran yang diharapkan mampu memberikan wawasan kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
8