BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pasar modal menduduki posisi yang sangat strategis dalam perekonomian
di suatu negara, karena dapat menjadi sarana yang handal untuk memobilisasi dana dari masyarakat. Pasar modal juga dapat berperan sebagai sumber dan bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan peluang-peluang bisnis. Bagi masyarakat yang memiliki dana, pasar modal merupakan alternatif investasi menarik, karena memberikan kesempatan kepada masyarakat dalam pemilikan perusahaan, memperoleh pembagian laba serta capital gain. Pasar modal dapat menjadi sarana yang handal untuk memobilisasi dana, apabila dikelola secara profesional. Negara-negara yang mengandalkan bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan pembiayaan proyekproyeknya. Hal ini dapat dimengerti, karena Bank maupun LKBB tidak dapat menyediakan dana dalam jumlah besar khususnya dalam bentuk equity. Melalui pasar modal kebutuhan dana tersebut dapat dimobilisir dari masyarakat. Disamping itu perusahaan yang memanfaatkan pasar modal dalam pemenuhan kebutuhan dananya dapat memperbaiki struktur modal perusahaan, sekaligus memberikan kesempatan kepada investor untuk ikut serta dalam pemilikan (serta dalam pengelolaan) dan pembagian laba serta capital gain (Tandelilin, 1991:1). Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya berupa laporan-laporan
keuangan
yang
dipublikasikan.
1
Jika
laporan
keuangan
2
bermanfaat, maka komponen-komponen yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut mempunyai kandungan informasi yang akan direaksi oleh para pelaku pasar. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga saham atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2010:392). Reaksi pelaku pasar modal terhadap informasi yang dipublikasikan di pasar modal dapat diproksikan dengan variabel abnormal return dan volume perdagangan saham. Perubahan harga saham akan menggambarkan bentuk efisiensi pasar modal. Jogiyanto (2010:415) menerangkan bahwa semakin efisien pasar, maka semakin cepat informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang ada maka kondisi pasar yang seperti ini dikatakan sebagai pasar efisien (efficient market). Suatu pasar dikatakan efisien jika tidak seorangpun baik investor, individu maupun institusi akan mampu memperoleh abnormal return dalam waktu yang lama. Selain bermanfaat bagi investor pasar modal, laporan keuangan juga merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan manajemen atas sumberdaya pemilik (Belkaoui, 2012:217). Subekti (2005) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan untuk dilaporkan kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu parameter yang paling sering digunakan untuk mengukur peningkatan atau penurunan kinerja pada perusahaan adalah laba. Laba yang meningkat dari
3
periode sebelumnya mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan adalah bagus dan hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan. Menurut Wulandari (2013) laba menunjukkan nilai dan kapabilitas perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Hal tersebut yang mendasari investor sebagai pemegang saham lebih memusatkan perhatian pada laba perusahaan dibandingkan dengan informasi lainnya. Jika didasarkan pada kondisi tersebut seharusnya pemegang saham lebih memilih berinvestasi pada perusahaan yang memiliki laba yang terus meningkat tajam, tetapi pada kenyataannya investor lebih tertarik dengan laba perusahaan yang cenderung stabil. Informasi laba yang stabil dapat memberikan kemudahan pada investor dalam mengetahui kondisi perusahaan dimasa akan datang dan dapat memprediksi berapa return saham yang akan didapatkan. Oleh karena itu manajemen mempunyai tindakan yang membuat laporan keuangan menjadi baik. Tindakan manajemen ini kadang bertentangan dengan tujuan perusahaan dan biasanya akan merugikan atau mengurangi profitabilitas perusahaan, misalnya perataan laba (income smoothing). Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang terpusat pada informasi laba dan cenderung mengabaikan prosedur dalam memperoleh laba tersebut memicu suatu konflik keagenan. Brigham dan Houston (2009:18) menyatakan bahwa konflik keagenan muncul ketika satu orang individu atau lebih yang disebut pemilik (principal) memperkerjakan individu lain atau organisasi yang disebut (agent) untuk melaksanakan pekerjaan dan kemudian mendelegasikan otorisasi pengambilan keputusan kepada agen
4
tersebut. Konflik keagenan terjadi karena tiap-tiap baik principal maupun agent mempunyai
perbedaan
kepentingan
dan
sama-sama
memperjuangkan
kepentingannya masing-masing. Apabila konflik keagenan muncul maka akan menimbulkan asimetri informasi. Nugroho (2008) dalam jurnal penelitiannya menerangkan bahwa asimetri informasi memberikan kesempatan kepada manajemen untuk menetralisir ketidakpastian lingkungan dan memperkecil variabilitas laba kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya asimetri informasi, manajemen merasa leluasa untuk memilik alternatif metode akuntansi. Kondisi tersebut mendorong manajemen sebagai pihak internal melakukan perilaku yang tidak semestinya dengan mengubah data laporan keuangan dengan cara manajemen laba (earning management). Kasus manipulasi laporan keuangan pernah terjadi pada PT Kereta Api Indonesia. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keuntungan sebesar Rp 6,9 Milyar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Milyar. Setelah hasil audit tersebut diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan laporan keuangan PT. KAI tahun 2005. (Manao, 2006) Menurut Scott (2003:369) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan pilihan oleh manajer tentang kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen laba dapat dilihat dari sudut pandang kontraktor dan pelaporan keuangan. Dari sudut pandang kontraktor, manajemen laba dapat digunakan
5
sebagai cara yang mudah untuk melindungi perusahaan dari konsekuensi realisasi perusahaan yang tidak terduga. Dari perspektif pelaporan keungan, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaan dengan manajemen laba. Misalnya, manajer mungkin ingin membuat perataan laba dan berkembang dari waktu ke waktu dengan acuan efisiensi pasar untuk menarik informasi. Manajemen laba dapat menjadi sarana untuk komunikasi manajemen pada investor. Manajemen melakukan manajemen laba karena laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi yang penting untuk melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Income smoothing merupakan suatu bentuk earnings management. Menurut strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Income smoothing juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode yang baik dengan menciptakan cadangan atau earnings banks dan selanjutnya melaporkan earning banks pada saat kinerja perusahaan buruk. (Subramanyam, 2008:121) Di pasar modal yang efisien, investor di bursa saham akan segera bereaksi terhadap semua berita yang menyangkut nilai perusahaan. Umumnya, pasar akan bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan dan aksi korporasi seperti pembayaran dividen, akuisisi, buyback saham, dan rights issue. Tapi, berita perubahan manajemen puncak perusahaan akan membuat pasar bergejolak. Harga bisa naik atau turun tajam. Contohnya pada tahun 2008 harga
6
saham GGRM naik 19% ketika bursa di buka di hari Senin. Padahal sejak awal 2008, harga saham GGRM menurun sebesar 54%. Peningkatan ini disebabkan oleh GGRM diberitakan sudah lama menjadi target akuisisi. Harga saham langsung melambung ketika adanya rencana akuisisi. Sejumlah investor berspekulasi dengan membeli saham GGRM. Secara teoretis, harga saham perusahaan yang menjadi target akuisisi pada umumnya akan naik setelah pengumuman akuisisi. Namun, harga saham GGRM turun kembali ketika rencana akuisisi tersebut dibatalkan. Kasus lain yang Januari 2010 yang memicu penurunan harga saham ASII dari Rp 36.250 menjadi Rp 35.700 (1,5%). Padahal pada hari itu praktis tidak ada sentimen negatif yang melanda ASII maupun
bursa
saham.
Total
investor kehilangan
hampir 10%
kekayaannya. Namun, harga saham meningkat kembali setelah adanya penggantian direktur utama. Aksi korporasi juga bisa menurunkan harga saham. Ketika royalti yang harus dibayar PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR) naik dari 3,5% menjadi 8% sampai 2015, harga saham UNVR merosot hingga Rp 20.350 (turun 22%) pada medio Desember 2012. Harga sahamnya menjadi turun hingga Rp 2.600 (turun 20%). Investor bisa memanfaatkan reaksi pasar untuk membeli saham underpriced. Reaksi pasar terhadap sebuah berita buruk biasanya berlebihan. Investor sering lupa bahwa perusahaan yang bagus selalu punya strategi untuk menghadapi berbagai masalah. Dengan berjalannya waktu, investor akan sadar bahwa kekhawatiran mereka berlebihan (Atmaja, 2013). Perusahaan manufaktur merupakan emiten terbesar di Indonesia, terbukti jumlahnya pada tahun 2012 adalah 146 perusahaan atau sekitar 32,08% dari
7
seluruh perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut menempatkan perusahaan manufaktur sebagai perusahaan tujuan investasi yang menjanjikan bagi para investor yang kemungkinan dapat mendorong adanya suatu praktik perataan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menguji kembali apakah benar terjadi reaksi pasar atas praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan melihat beberapa faktor yang dapat dikaitkan dengan terjadinya perataan laba. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini mengambil topik: “PENGARUH PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) TERHADAP
REAKSI
PASAR
MODAL
(Studi
pada
Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. 1.2
Identifikasi Masalah Perataan laba merupakan sebagai suatu cara yang digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial yaitu melalui metode akuntansi maupun secara riil yaitu melalui transaksi (Koch, 1981). Sebagian besar tindakan perataan laba itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang labanya cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini terkait bagaimnana reaksi investor dalam menanggapi laba yang diumumkan perusahaan.
8
Berdasarkan dengan latar belakang tersebut yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang dapat di identifikasikan dan dirumuskan dalam pernyataan penelitian adalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara tindakan Perataan Laba (Income Smoothing) dengan Reaksi Pasar. 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Ada tidaknya tindakan Perataan Laba (Income Smoothing) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012. 2. Untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh, baik secara positif maupun negatif atas tindakan Perataan Laba (Income Smoothing) terhadap reaksi pasar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012. 1.4
Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoretis Untuk membuktikan secara empiris mengenai praktik perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Praktis
9
1) Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi investor untuk mengantisipasi adanya praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajemen. 2) Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen bahwa dengan pengujian secara empiris dapat diketahui apakah perusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak. 3) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga melalui penerapan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh selama di perkuliahan dan membandingkan dengan kenyataan/praktik yang terjadi. 3.
Penelitian mendatang Dapat menjadikan bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI), khususnya pada perusahaan manufaktur. Data diperoleh dari kantor idx jalan Veteran No. 10 Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan selesai.