BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Lembaga-lembaga
keuangan
berfungsi
sebagai
lembaga
yang
mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke Deficit Spending Unit (DSU). Fungsi ini dikenal sebagai perantara finansial (financial intermediation) dan selain itu fungsi lembaga keuangan sebagai agent of development. Fungsi lembaga keuangan ditinjau sebagai dari sisi penyediaan jasa-jasa finansial, kedudukan dalam sistem perbankan, sistem finansial dan sistem moneter. Menurut Encylopedia of Economic yang dimaksud dengan sistem perbankan (banking system) adalah kerangka yang terintegrasi dari unit-unit bank umum (commercial bank) yang diberi kuasa atau memiliki kewenangan dalam mengeluarkan uang giral (penciptaan uang) dan (deposito), kemudian menyelenggarakan kegiatan jasa-jasa perbankan baik dalam negeri maupun luar negeri. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan
usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga seharusnya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Praktek perbankan sudah ada sejak jaman Babylonia, Yunani dan Romawi dimana praktek perbankan ini sangat membantu dalam lalu lintas perdagangan. Pada jaman Babylonia (kurang lebih tahun 2000 sebelum masehi) praktek perbankan didominasi dengan transaksi pinjaman emas dan perak dalam kalangan pedagang yang membutuhkan dengan biaya tertentu yang disebut Temples of Babylon. Era perbankan Modern dimulai pada abad ke-16 di Inggris, Belanda, dan Belgia. Pada saat itu para tukang emas bersedia menerima uang logam (emas dan perak untuk disimpan) yang disebut dengan Goldsmith’s Note yang digunakan sebagai alat pembayaran. Pada awal era perbankan modern, pengaturan kredit dipilah menjadi 3 yaitu pinjaman penjualan, wesel dan pinjaman laut. Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usaha bank juga memberikan jasa keuangan lainnya. Menurut R.G. Hawtrey dalam bukunya Curency and Credit tahun 1919 menyatakan uang ditangan masyarakat berfungsi sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai. Masyarakat
memperoleh alat penukar berdasarkan kredit yang disalurkan oleh suatu badan usaha perantara yang memperdagangkan utang dan piutang. Dengan demikian bank merupakan suatu badan usaha yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana pihak ketiga yang disimpan dibank maupun dengan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya dibank dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. (Fransisca dan Siregar, 2009). Berdasarkan Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.7/1992 tentang Perbankan, lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Umum dan BPR. Bank umum dan BPR dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan usahanya atas prinsip bank konvensional atau bank berdasarkan prinsip syariah. Menurut Retnadi (Pratama, 2006:4) dalam kemampuan menyalurkan kredit oleh perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga. Dan dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain - lain.
Kredit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK, 2007 : 31.11) adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dengan adanya ketentuan seperti itu, maka kredit merupakan salah satu sumber penghasilan bagi bank. Pada bank konvensional, pendapatan dari kegiatan kredit dapat berupa pendapatan bunga. Semakin besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula pendapatan bunga yang akan diperoleh bank. Dalam Pasal 1 PBI No. 7/2/PBI/2005 kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk overdraft, pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang, dan pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. Sumber dana bank adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk mencari atau menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan pengelolaan bank. Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan maupun lembaga lain diluar perusahaan dan juga dan dapat diperoleh dari masyarakat. Sumber dana yang berasal dari masyarakat adalah dana pihak
ketiga yaitu dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito. Dimana dana tersebut merupakan dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana tersebut. Dana pihak ketiga
ini
dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk dana yang ditawarkan pada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang bersangkutan untuk menyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat jatuh tempo dengan imbalan bunga maupun capital gain dari bank tersebut. Dengan demikian dana pihak ketiga mendukung tingkat volume kredit perbankan. Selain Dana Pihak Ketiga (DPK), ada juga faktor internal yang mempengaruhi tingkat volume kredit dalam perbankan yaitu Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) dilihat dari kecukupan modal yang merupakan faktor terpenting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian, Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk melihat seberapa besar tingkat likuiditas dalam menentukan kemampuannya untuk membayar kewajiban jangka pendek, dan Non Performing Loan (NPL) dalam perbankan ketika debitor tidak dapat membayarkan peminjaman kredit Menurut Dendawijaya (2005 : 49) dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan penyaluran perkreditan yang optimal mencapai 70% - 80% dari total aktiva bank. Salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam
penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Dengan demikian DPK diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang mengukur kecukupan modal terhadap risiko dari aktiva bank. Dendawijaya (2005 : 121) mengatakan “Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank itu sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain”. Menurut Ali (2004 : 444) CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Dengan demikian CAR diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit. Menurut Darmawan (2004) NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Menurut Ali (2004 : 452) NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka akan semakin
besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Karena semakin tinggi jumlah penyaluran kredit maka akan besar risiko kredit terhadap bank dan
pencadangan
yang
disediakan
bank
harus
lebih
besar
untuk
mengantisipasi modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Dengan demikian NPL diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit. Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu diduga bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap volume kredit pada Bank Persero di Indonesia. LDR
sendiri
merupakan
indikator
dalam
pengukuran
fungsi
intermediasi perbankan di Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit dengan dana yang diterima yang meliputi giro, deposito, dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, modal inti, dan modal pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak
termasuk antarbank). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Disisi lain LDR yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi bank. Dengan demikian, LDR diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Terdaftar di BEI ” .
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang
diuraikan,
maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap volume kredit perbankan?”
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menggali atau mencari data dan informasi yang berhubungan dengan kebijakan penyaluran kredit perbankan.
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
b.
Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
c.
Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
d.
Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
Adapun manfaat penelitian ini adalah : a.
Bagi peneliti Untuk menambah wawasan peneliti dan bahan masukan mengenai analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (giro, tabungan, deposito), Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan terhadap volume kredit.
b.
Bagi manajemen bank Untuk memberikan masukan dan evaluasi bagi perbankan tentang pemberian kredit sebagai landasan dalam memperbaiki DPK, CAR, LDR
dan NPL sebagai dasar pertimbangan kepada manajer keuangan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. c.
Bagi pihak lain Sebagai referensi atau sumbangan pemikiran bagi pihak lain, terutama bagi mahasiswa untuk tujuan penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna khususnya mengenai volume kredit perbankan.