BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 berdampak pada stabilitas keuangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di
Indonesia berlomba-lomba
membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap Rupiah dan memperburuk situasi utang yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan dengan mengalami kerugian besar. Akibat banyaknya perusahaan di Indonesia membeli Dolar mengakibatkan pasar ekuitas mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi tahun 1997, namun mulai mengalami perkembangan pada tahun 1999. Tahun 2007 terjadi kembali gejolak krisis keuangan global, krisis ini berawal dari Supreme di Amerika Serikat dan dampaknya dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia pada tahun 2008. Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas dari krisis finansial global sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Dampak dari krisis finansial global adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun 2008, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1% atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 6,3%. Perkembangan
pasar
modal
Indonesia
memiliki
peran
besar
bagi
perekonomian negara. Investasi dapat dilakukan oleh investor dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah melalui penanaman dana di pasar modal (Setyoningsih, 2015). Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam
1
2
bentuk uang maupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil di kemudian hari (Paramitasari, 2015). Tujuan dari investasi adalah untuk memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor investasi yang harus dihadapi oleh para investor untuk menginvestasikan dananya di pasar modal. Investor dalam berinvestasi hendaknya memperhatikan proses investasi, hal ini penting agar investor dapat mengatur langkah dalam ketatnya persaingan pasar modal (Wibowo, 2014). Menurut Triandaru dan Budisantoso, (2008 : 279) pasar modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dana dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Penanaman sejumlah dana dapat dilakukan di pasar modal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa datang, sehingga investor yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan untuk memperoleh keuntungan. Menurut Tandelilin, (2010:102) sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan kompenen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Setiap investor akan mempertimbangkan risiko selain memperhitungkan returnnya dalam keputusan investasi. Tandelilin (2010:102), mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan perbedaan antar return aktual yang diterima dengan return harapan, dimana semakin besar kemugkinan perbedaannya, maka semakin besar risiko atas investasi tersebut. Investor dapat meminimumkan risiko dan mencapai tujuan maksimalisasi profit dengan cara membangun portofolio, pembangunan portofolio selalu
3
meminimalkan risiko investasi (Naveen, 2014). Sebuah diversifikasi sekuritas memberikan konfirmasi untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan untuk portofolio (Ravichandra, 2014). Menurunkan risiko investasi dapat dilakukan melalui diversifikasi, sehingga investor membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa sehingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi return harapannya (Tandelilin, 2010:115). Risiko investasi merupakan salah satu pertimbangan utama bagi investor dalam mengambil keputusan investasi, dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko investasi, investor dapat melakukan analisis yang lebih mendalam sebelum mengambil keputusan investasi (Yulia, 2015). Diversifikasi investasi membantu untuk menyebarkan risiko di beberapa aset (Jenifer, 2012), karena pada umumnya investor adalah risk averse. Risk averse merupakan investor yang dihadapkan pada dua pilihan investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sama dan risiko berbeda, maka pemilihan investasi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah, dan jika mempunyai beberapa pilihan portofolio efisien, maka portofolio yang optimal yang akan dipilihnya. Terdapat dua macam strategi yang dapat diterapkan oleh investor dalam pembentukan portofolio, yaitu strategi aktif dan strategi pasif. Strategi aktif dilakukan pemilihan saham, rotasi sektor, dan strategi momentum, sedangkan strategi pasif dapat diterapkan dengan strategi beli simpan atau mengikuti indeks saham (Larasati, 2013) Portofolio merupakan kombinasi aset individu atau surat berharga (Mary et al, 2015). Pembentukan portofolio, investor selalu ingin untuk memaksimalkan
4
return harapan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau dapat mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu, dimana karakteristik portofolio ini merupakan portofolio efisien (Tandelilin, 2010:157). Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi return ekspektasian dan risiko terbaik (Jogiyanto, 2010:309). Portofolio yang dipilih investor menurut Tandelilin (2010:157), adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya. Analisis portofolio dalam penelitian ini menggunakan
Single Index Model dan Stochastic Dominance
sebagai metode analisis pembentukan portofolio optimal. Jogiyanto (2010:339) menjelaskan bahwa Single Index Model didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Saham-saham secara umum akan mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik, dan apabila harga saham turun, maka indeks harga saham mengalami penurunan. Kelebihan yang dimiliki oleh Single Index Model dibandingkan model lainnya, yaitu melalui Single Index Model jumlah variabel yang perlu ditaksir bisa diredusir, karena tidak perlu lagi ditaksir koefisien korelasi untuk menaksir deviasi standar portofolio (Husnan, 2009:110, namun pada Single Index Model mensyaratkan distribusi nilai return (return individual maupun return pasar) harus normal. Metode selanjutnya yang digunakan untuk analisis portofolio optimal dalam penelitian ini adalah Stochastic Dominance. Husnan (2009:142) menjelaskan bahwa Stochastic Dominance tidak memperhatikan bagaimana distribusi tingkat
5
keuntungan
investasi-investasi
yang
sedang
dipertimbangkan.
Stochastic
Dominance digunakan untuk mengatasi masalah mengenai pemilihan dan evaluasi investasi portofolio, karena lemahnya teori ekonomi dalam memberikan prediksi atau gambaran masa depan mengenai preferensi investor dan distribusi keuntungan (Post, 2003). Stochastic Dominance merupakan suatu teknik memilih investasi yang berisiko tanpa harus menggunakan distribusi normal untuk tingkat keuntungan (Husnan, 2009:149). Kesulitan penggunaan Stochastic Dominance yaitu pemodal harus memperkirakan probabilitas setiap outcome. Tahap yang sangat penting dari proses investasi adalah melakukan penilaian terhadap kinerja investasinya, karena investasi saham umumnya dilakukan dalam bentuk portofolio, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio yang telah dibentuk sebelumnya (Syulviya, 2015). Pengukuran kinerja portofolio saham untuk Single Index Model dan Stochastic Dominance diukur dengan cara membagi return lebih (excess return) dengan volatilitas (volatility)3 portofolio. Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini disebut dengan reward to volatility ratio (RVOL) (Tandelilin, 2010:497). Nilai RVOL menunjukkan kinerja portofolio. Semakin besar nilai RVOL semakin baik kinerja portofolio. Treynor berargumentasi bahwa portofolio yang dibentuk mestinya adalah portofolio optimal, maka risiko unik (unsystematic risk) dapat diabaikan dan yang masih tertinggal adalah risiko sistematik (systematic risk) yang diukur dengan Beta (Jogiyanto, 2010:645).
6
Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Kompas 100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks SRI-KEHATI, Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan dan Indeks Individual. (Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010:3). Terdapat lima penambahan Indeks yang terdaftar di BEI, yaitu indeks IDX30, MNC36, Investor33, SMinfra18 dan ISSI. (sumber: www.idx.co.id). Sampel dalam penelitian ini menggunakan saham-saham indeks bisnis-27 yang terdaftar di BEI. Sebagai pihak yang independen, harian Bisnis Indonesia dapat mengelola indeks ini secara lebih independen dan fleksibel, dimana pemilihan konstituen indeks berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria seleksi secara fundamental, historikal data transaksi (teknikal) dan akuntabilitas (sumber: www.idx.com). Bursa Efek Indonesia dan harian Bisnis Indonesia secara rutin akan memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks bisnis-27 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan Oktober. “Sepanjang tahun, indeks bisnis-27 mengalami peningkatan 16,19%, lebih besar dibandingkan dengan IHSG yang peningkatannya sebesar 14,03%” (Bisnis Indonesia.com). Peningkatan indeks bisnis-27 sebesar 16,19% sepanjang tahun, menunjukkan bahwa saham-saham dalam indeks bisnis-27 merupakan sahamsaham yang memiliki kinerja cukup baik, sehingga indeks bisnis-27 merupakan indeks yang tepat bagi investor yang akan melakukan investasi di pasar modal.
7
Penelitian yang dilakukan oleh Larasati, et al (2013), memperoleh hasil simulasi didasarkan pada data dalam kurun waktu 2009-2011 dengan menggunakan dua metode, yaitu Model Indeks Tunggal (Single Index Model, SIM) dan Model Indexing (MI). Hasil dari MI dibandingkan dengan hasil dari SIM, dan semua saham dirangking berdasarkan nilai ERB Ratio. Hasil dari studi ini adalah SIM merupakan model yang baik dipilih sebagai metode yang menghasilkan keuntungan optimal. Penelitian yang dilakukan Khotim (2014) yaitu perhitungan dengan Stochastic Dominance menghasilkan 12 kandidat saham-saham indeks Sri-Kehati yang membentuk portofolio optimal, Terdapat perbedaan return portofolio yang terbentuk dari dua model analisis, dimana Single Index Model mampu menghasilkan return portofolio yang lebih tinggi dibanding return portofolio dengan Stochastic Dominance. Investor yang menginvestasikan dananya dalam intrumen saham hendaknya melakukan diversifikasi pada beberapa saham untuk mengurangi risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Adi (2004) menyatakan bahwa terdapat perbedaan return portofolio secara signifikan antara pemilihan saham menggunakan Stochastic Dominance dengan menggunakan Single Index Model. Hasil dari pembentukan portofolio optimal dari Single Index Model ternyata mampu menghasilkan expected return yang lebih tinggi di banding expected return portofolio optimal dengan menggunakan Stochastic Dominance. Kontradiksi temuan mengenai penggunaaan Single Index Model dan Stochastic Dominance dalam menentukan portofolio, menarik untuk dilakukan
8
penelitian kembali dalam menganalisis pembentukan portofolio optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Khotim (2014) hanya menganalisis mengenai komposisi saham yang membentuk portofolio optimal, mengetahui tingkat return portofolio dan mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat return portofolio yang terbentuk dengan menggunakan dua model analisis yaitu Single Index Model dan Stochastic Dominance. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Khotim (2014), penelitian ini menganalisis besarnya return dan risiko portofolio dengan menggunakan model Single Index Model dan Stochastic Dominance serta menguji perbedaan kinerja antara portofolio optimal dengan menggunakan model Single Index Model dan Stochastic Dominance dengan menggunakan Indeks Treynor. Keunggulan dari analisis kinerja ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana sasaran investor masih dapat dicapai. Portofolio saham yang sudah diputuskan oleh investor kemungkinan akan mengalami penurunan ataupun mengalami peningkatan, sehingga dengan diketahuinya kinerja portofolio investor dalam melakukan strategi investasi. Perbedaan antara Single Index Model dan Stochastic Dominance melatarbelakangi untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut yaitu Single Index Model dan Stochastic Dominance dalam membentuk portofolio optimal pada saham-saham Indeks bisnis-27.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini:
9
1) Saham-saham mana saja yang masuk dalam portofolio optimal serta besarnya return dan risiko portofolio dengan menggunakan Single Index Model dan Stochastic Dominance? 2) Bagaimana
perbedaan
kinerja
portofolio
saham
optimal
dengan
menggunakan Single Index Model dan Stochastic Dominance?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui saham-saham yang masuk dalam portofolio optimal serta besarnya return dan risiko portofolio dengan menggunakan Single Index Model dan Stochastic Dominance. 2) Untuk mengetahui bagaimana perbedaan kinerja portofolio saham optimal dengan menggunakan Single Index Model dan Stochastic Dominance.
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris mengenai penerapan portofolio optimal melalui metode Single Index Model dan Stochastic Dominance di BEI. 2) Manfaat Praktis
10
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi pelaku pasar modal dalam mengambil keputusan terkait investasi dalam Bursa Efek Indonesia dan menambah informasi investor sehingga meminimalkan risiko yang akan ditanggung nantinya.