BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seorang investor menaruh harapan akan memperoleh manfaat dari setiap transaksi penanaman modal. Investor perlu memilih sejumlah informasi sebelum melakukan transaksi di pasar modal agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak dipilih. Salah satu informasi tersebut adalah Earning Per Share yang memberikan analisis keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham di pasar modal. Earning per Share (EPS) adalah ukuran untuk melihat tingkat kesejahteraan para pemegang saham/ menggambarkan tingkat balas jasa bagi pemegang saham biasa. Kondisi leverage dan kondisi likuiditas perusahaan ternyata mempengaruhi EPS perusahaan. Keputusan perusahaan tentang pendanaan akan mempengaruhi leverage perusahaan. Leverage perusahaan dapat diukur dengan rasio leverage, yaitu Debt to Total Asset dan Longterm Debt to Equity Ratio. Debt to Total Asset Ratio memperlihatkan proporsi antara hutang yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. Longterm Debt to Equity Ratio menggambarkan perbandingan hutang jangka panjang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk
Universitas Sumatera Utara
keamanan pihak luar, rasio leverage sebaiknya menunjukkan modal sendiri lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.( Harahap, 2007:303) Sawir, (2000:11) berpendapat apabila hasil pengembalian atas aktiva yang ditunjukkan rentabilitas ekonomis, lebih besar daripada biaya hutang maka leverage itu menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal (rentabilitas modal sendiri) dengan penggunaan leverage ini juga meningkat. Menurut Harahap (2007) pemegang saham atau manajemen mengharapkan laba yang besar. Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi dengan beban tetap yang tinggi berarti perusahaan memiliki DTA dan LDER tinggi berarti, sehingga akan mengurangi beban pajak dan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi laba bersih pemegang saham biasa termasuk dividen, di lain pihak meningkatkan risiko karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2007:41). Dengan demikian perusahaan harus memberikan perhatian lebih terhadap likuiditas dan perusahaan harus membuat strategi yang bermanfaat untuk mengoptimalisasikan dan mengelola aktiva lancar yang dimiliki perusahaan agar seluruh kewajiban lancarnya yang segera jatuh tempo dapat dilunasi dengan baik. Current Rasio merupakan salah satu rasio likuiditas yang sangat berpengaruh. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka Semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2007:
Universitas Sumatera Utara
301). Semakin tinggi current ratio akan dapat menurunkan EPS perusahaan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif (Djarwanto, 2001: 130). Perusahaan yang menjadi subjek penelitian ini adalah perusahaanperusahaan emiten industri makanan dan minuman. Perusahaan makanan dan minuman memiliki prospek yang sangat bagus di Indonesia. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu target investasinya. Penyebabnya adalah bahwa hasil dari industri makanan dan minuman sangat digemari oleh masyarakat Indonesia (Tambunan, 2007: 52). Hal ini terlihat dari peningkatan penjualan industri makanan dan minuman setiap tahunnya yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Pertumbuhan Penjualan Industri Makanan dan Minuman Tahun 2004-2007 Rp Juta N
Nama Perusahaan
2004
2005
2006
2007
1
PT Aqua golden Missisipi Tbk
1.333.147
1.563.156
1.683721
1.952.156
2
PT Davomas Abadi Tbk
1.032.178
1.120.893
1.656.584
2.800.084
3
PT Delta Djakarta Tbk
353.481
432.729
396.733
439.823
4
PT Fast Food Tbk
889.423
1.028.393
1.276.416
1.589.643
5
PT Indofood sales Makmur
17.918.528
18.764.650
21.941.558
2.785.8304
710.911
852.613
891.001
978.600
1.378.127
1.706.184
1.971.513
2.828.440
o
Tbk 6
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
7
PT Mayora Indah Tbk
8
PT Siantar Top Tbk
712.558
641.698
555.208
466.507
9
PT Tunas Baru Lampung Tbk
710.911
852.613
891.001
978.600
10
PT Ultra Jaya Milk Tbk
546.325
711.732
835.230
1.126.800
Total Penjualan Industri
26.066.879
28.042.684
32.421.963
41.726.926
7,58%
15,61 %
28,70 %
Pertumbuhan rata-rata penjualan Industri
-
Sumber : www.idx.co.id, 16 Maret 2009 (Diolah )
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa rata- rata penjualan industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan sejak tahun 2004 sampai dengan 2007. diikuti dengan persentase pertumbuhan penjualan yang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan penjualan pada industri makanan dan minuman mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berikut ini adalah informasi dan gambaran tingkat leverage dan likuiditas pada sektor industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia berdasarkan laporan keuangan tahunan selama periode 2004-2007, yaitu: Tabel 1.2 Data Rata-rata Rasio Leverage, Rasio Likuiditas, dan EPS Pada Industri Makanan dan Minuman Tahun 2004-2007 Periode
Debt to Total Longterm Debt to Current Ratio Asset Equity Ratio (%) (%) (%) 2004 44,82 106,09 5830,92 2005 46,11 107,56 465,18 2006 45,92 105,57 296,43 2007 47,83 121,58 322,03 Sumber : www.idx.co.id (16 Maret 2009, diolah)
Earning Per Share (Rp) 1.457,66 1.273,75 1.032,83 1.256,50
Berdasarkan Tabel 1.2 diperoleh bahwa variabel DTA (Debt to Total Asset Ratio), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Current Ratio (CR), dan Earning Per Share (EPS dari rata-rata sektor industri makanan dan minuman mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2004 saat DTA sebesar 44,82%, DER 106,09%, dan CR 5.830,92%, EPS perusahaan sebesar Rp 1457,66. Pada tahun 2005 DTA meningkat sebesar 46,11%, LDER meningkat menjadi 107,56%, CR menurun menjadi 465,18% sedangkan EPS menurun menjadi Rp 1.273,75. Pada tahun 2006 DTA menurun menjadi 45,92%, LDER menurun menjadi 105,57%, dan CR juga menurun menjadi 296,43%, mengakibatkan EPS menurun menjadi
Universitas Sumatera Utara
Rp 1.032,83. Pada tahun 2007, DTA meningkat menjadi 47,83%, LDER meningkat menjadi 121,58% dan CR juga meningkat menjadi 322,03%, hal ini juga mengakibatkan EPS meningkat menjadi Rp1.256,50. Pada suatu perusahaan apabila semakin tinggi Rasio Leverage (Debt to Total Asset, Longterm Debt to Equity Ratio) akan bisa mengakibatkan kenaikan Earning Per Share karena adanya penggunaan aset sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Semakin tinggi Rasio Likuiditas (Current Ratio) akan dapat menurunkan EPS perusahaan karena aktiva lancarnya tidak didayagunakan dengan efektif. Namun fenomena yang terjadi adalah tahun 20042006 DTA dan LDER mengalami kenaikan, Current Ratio menurun sedangkan EPS mengalami penurunan. Namun pada tahun 2007, kenaikan DTA, LDER, Current Ratio searah dengan kenaikan EPS. Fenomena ini memerlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh Rasio Leverage, yaitu Debt to Total Asset, Longterm Debt to Equity Ratio dan Rasio Likuiditas, yaitu Current Ratio
terhadap Earning Per Share pada industri
makanan dan minuman yang telah go public di Bursa Efek Indonesia.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah Rasio Leverage, yaitu Debt to Total Asset, Longterm Debt to Equity Ratio dan Rasio Likuiditas, yaitu Current Ratio mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share pada sektor industri makanan dan minuman yang telah Go Public di Bursa Efek Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual Earning per Share adalah salah satu indikator yang dapat dijadikan pertimbangan sebelum berinvestasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Syamsuddin (2007:66) bahwa ”EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa”. Penggunaan hutang yang berbedabeda besarnya akan menghasilkan EPS yang berbeda- beda pula dan perubahan EPS tersebut akan berlanjut mempengaruhi naik turunnya harga saham (Brigham & Weston, 2001: 613). Debt to Total Asset (DTA) adalah rasio yang mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Disisi lain pemegang saham akan menginginkan laba lebih besar. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat hutang terhadap total aktiva, semakin besar risiko keuangan sehingga investor akan menginginkan EPS yang tinggi (Van Horne dan Wachowich, 2001:138). Longterm Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang melalui modal sendiri. Jika Longterm Debt to Equity Ratio tinggi berarti perusahaan memiliki tingkat hutang jangka panjang yang tinggi dengan beban tetap yang tinggi, sehingga akan mengurangi beban pajak dan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi laba bersih pemegang saham biasa (EPS), di lain pihak meningkatkan risiko karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan (Harahap, 2007: 303).
Universitas Sumatera Utara
Current ratio adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari aktiva lancarnya. Semakin tinggi current ratio akan dapat menurunkan EPS perusahaan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif (Djarwanto, 2001: 130). Berdasarkan teori- teori yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Rasio Leverage DTA (X1) LDER (X2) Earning Per Share (EPS) (Y) Rasio Likuiditas CR (X3) Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Sumber : Harahap (2007); Van Horne & Wachowicz (2005); Djarwanto (2001); diolah
D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada perumusan masalah, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : ” Rasio Leverage, yaitu Debt to Total Asset, Debt to Equity Ratio, dan Rasio Likuiditas, yaitu Current Ratio mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share (EPS) pada sektor industri makanan dan minuman yang go public di BEI periode 2004-2007.
Universitas Sumatera Utara
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh Rasio Leverage, yaitu Debt to Total Asset, Debt to Equity Ratio, dan Rasio Likuiditas, yaitu Current Ratio terhadap Earning Per Share (EPS) pada Sektor Industri Makanan dan Minuman yang go public di BEI periode 2004-2007. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : a. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan menambah wawasan berpikir khususnya dalam bidang keuangan terutama dalam memahami pengaruh rasio leverage dan rasio likuiditas terhadap Earning Per Share (EPS) perusahaan. b.Bagi Perusahaan Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengevaluasi pengaruh pembiayaan dengan modal pinjaman sehingga dapat memberikan pengembalian yang tinggi bagi para pemegang saham perusahaan. c. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu EPS dan variabel bebas yaitu rasio leverage, yaitu Debt to Total Asset, Debt to Equity Ratio dan rasio likuiditas dengan indikator Current Ratio. b. Perusahaan emiten yang menjadi subjek penelitian adalah perusahaan yang bergerak pada industri makanan dan minuman dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta mempublikasikan data laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit menggunakan tahun buku berakhir pada 31 Desember. c. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan dari tahun 2004 sampai dengan 2007. d. Perusahaan emiten menggunakan modal eksternal yakni pinjaman atau hutang dalam pendanaan perusahaan. 2. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok variabel yang terdiri dari, yaitu a) Variabel Terikat (Dependent Variabel) (Y) Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS). EPS merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. EPS bertujuan untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan dalam mendistribusikan pendapatannya kepada pemegang saham yang dihitung
Universitas Sumatera Utara
dengan membagi laba bersih untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
Laba Bersih bagi Pemegang Saham Biasa EPS = Jumlah Lembar saham beredar
b) Variabel Bebas (Independent Variabel ) = X Variabel bebas
adalah Rasio Leverage dan Rasio Likuiditas dengan
indikator, Debt to Total Asset, Debt to Equity Ratio dan Current Ratio.. 1. Debt to Total Asset (X1) Debt to Total Asset (DTA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang (kewajiban ) terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Rumus : DTA =
Total Hu tan g x100% Total Aktiva
2. Longterm Debt to Equity Ratio (X2) Longterm Debt to Equty Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan modal yang dimiliki perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau untuk memperkirakan seberapa besar perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan dengan modalnya. Rumus : LDER=
Hu tan g Jangka Panjang x100% Total Ekuitas
Universitas Sumatera Utara
3.
Current Ratio Current Ratio (CR) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dari aktiva lancarnya Rumus : Current Ratio (CR) =
Aktiva Lancar x100% Kewajiban Lancar
3. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan makanan dan minuman yang listing serta terdaftar di BEI sampai tahun 2007. Pengambilan sampel penelitian menggunakan cara purposive sampling yaitu penentuan berdasarkan karakteristik tertentu (Umar, 2008: 92). Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut : 1) Perusahaan yang bergerak pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dari tahun 2004 sampai dengan 2007. 2) Perusahaan tidak memiliki ekuitas dan EPS yang negatif , karena ekuitas dan EPS yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian besar. 3) Perusahaan menggunakan modal pinjaman (hutang). Tabel 1.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel No Karakteristik Sampel Jumlah 1 Perusahan sektor industri makanan dan minuman 19 yang terdaftar di BEI 2. Perusahaan yang memiliki ekuitas dan EPS yang (9) negatif Jumlah sampel 10 Sumber : www.idx.co.id, 16 Maret 2009( data diolah)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan karakteristik penarikan sampel tersebut, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 10 perusahaan
sektor industri makanan dan minuman.
Adapun sampel- sampel tersebut adalah : Tabel 1.4 Sampel Penelitian Nama Perusahaan
No
Kode Emiten 1 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 2 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 3 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 4 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 6 MYOR PT Mayora Indah Tbk 7 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 8 STTP PT Siantar Top Tbk 9 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 10 ULTJ PTUltra Jaya Milk Tbk Sumber : www.idx.co.id, 16 Maret 2009 ( data diolah)
Tanggal Listing 01 Maret 1990 27 Februari 1984 22 Desember 1994 11 Mei 1993 14 juli 1994 04 Juli 1990 15 Desember 1981 16 Desember 1996 14 Februari 2000 02 Juli 1990
4. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs www.idx.co.id dan www.google.com. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Februari -Mei 2009. 5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, media internet, buku-buku referensi, majalah, dan surat kabar lainnya.
Universitas Sumatera Utara
6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan
melalui
studi dokumentasi dengan
mengumpulkan data berupa laporan keuangan setiap perusahaan dari tahun 20042007 untuk sektor industri makanan dan minuman yang dikutip dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. 7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik. a. Analisis Deskriptif Metode deskriptif yaitu metode penganalisaan data dengan cara menyusun data,
mengelompokkannya
selanjutnya
mengintrepretasikannya
sehingga
diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai keadaan tingkat leverage, likuiditas, dan Earning Per Share (EPS) pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Analisis Statistik Pada tahap ini akan dijelaskan hubungan antara variabel terikat yaitu Earning Per Share (EPS) dan variabel bebas yaitu Rasio Leverage (Debt to Total Asset dan Debt to Equity Ratio) dan Rasio Likuiditas (Current Ratio) dengan Model Regresi Linear Berganda dengan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana : Y a X1 X2 X3 b1,2,3 e
= Earning Per Share = konstanta = Debt to Total Asset = Debt to Equity Ratio = Current Ratio = koefisien regresi variabel x = error
Universitas Sumatera Utara
1. Pengujian Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau mendekati normal ( Umar, 2008: 181). Metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2005 : 91). Hubungan linear antar variabel dependen inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regerei yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan : Bila VIF > 5, maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Bila VIF < 5, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. b. Uji Heteroskestisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2005 : 105). Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik dan gletser test.
Universitas Sumatera Utara
c. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam regresi linear terdapat hubungan kuat baik positif maupun negatif antardata yang ada pada variabelvariabel penelitian. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Umar, 2008:185). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi terjadi apabila observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka dilakukan dengan menggunakan uji Durbin- Watson (DW) yang diberi simbol d. Tabel 1.5 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Tidak ada autokorelasi positif Tolak Tidak ada autokorelasi positif No decision Tidak ada korelasi negatif Tolak Tidak ada korelasi negatif No decision Tidak ada autokorelasi positif atau Tidak ditolak negatif Sumber : Situmorang, et.al (2008 : 86) Keterangan : du = batas atas dl = batas bawah
Jika 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4-dl < d < 4 4-du ≤ d ≤ 4 -dl du
c. Pengujian Hipotesis 1. Uji – F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikasn terhadap variabel terikat. Bentuk pengujian : Ho : b1 = b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari current ratio, DAR, DER terhadap EPS industri makanan dan minuman di BEI .
Universitas Sumatera Utara
H1
:
b1 # b2 # 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari
current ratio, DAR, LDER terhadap EPS industri makanan dan minuman di BEI. Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5 %. Kriteria penilaian hipotesis pada uji- F : Ho diterima (H1 ditolak) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 % Ho ditolak (H1 diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % 2. Uji- t Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk Pengujian : Ho : b1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (CR, DTA, LDER) terhadap variabel terikat (EPS) Ha : bi # 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (CR, DTA, LDER) terhadap variabel terikat (EPS). Kriteria pengambilan keputusan pada uji – t ini adalah : Ho diterima jika : -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel Ho diterima jika : thitung < - thitung atau t hitung > ttabel Dalam menganalisis data, penulis menggunakan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciencs) 15.00 for windows.
Universitas Sumatera Utara