BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2008:24). Bahasa merupakan sarana komunikasi di dalam masyarakat untuk mencapai sebuah tujuan dan kesepakatan. Bahasa merupakan objek kajian linguistik yang merupakan bahan dasar kajian. Sebagai objek kajian linguistik, bahasa merupakan objek konkret karena bahasa itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa (Chaer, 1994:31). Banyak teori dan pendapat yang menjelaskan bahwa bahasa adalah kajian dari linguistik dan itu sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Linguistik adalah studi bahasa secara ilmiah dan struktur bahasa menjadi fokus utamanya, tujuan dan objek utamanya adalah bagaimana orang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi (Alwasilah, 1993:18). Linguistik membahas bahasa sebagai kajian dasar dalam pembelajarannya. Linguistik memiliki bidang dalam penerapannya, yaitu linguistik teoretis. Linguistik teoretis adalah bidang penelitian bahasa yang dilakukan untuk mendapatkan kaidahkaidah yang berlaku dalam bahasa manusia pada umumnya (Kridalaksana, 2008:146). Linguistik teoretis memiliki bidang kajian, yang salah satunya adalah sosiolinguistik.
1
2
Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2). Sosiolinguistik merupakan ilmu di bidang linguistik yang membahas hubungan masyarakat dan bahasa. Sosiolinguistik memiliki beberapa bidang kajian, salah satunya campur kode. Campur kode adalah penggunaan dua bahasa, dua varian atau lebih dari sebuah bahasa dalam sebuah tuturan (Chaer, 1995:151). Kode adalah lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu (Kridalaksana, 2008:127). Campur kode terjadi dalam masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Hal ini seperti yang terjadi di pondok pesantren Darunnajah Ulujami, Jakarta Selatan. Pondok Pesantren Darunnajah didirikan pada tanggal 10 Agustus 1965, di Jakarta Selatan dengan luas sepuluh hektar. KH. Abdul Manaf adalah pendiri sekaligus pembina pondok pesantren ini, yang pada awal pendiriannya hanya memiliki enam santri (Darunnajah.com). Pondok Pesantren Darunnajah menetapkan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi bahasa wajib bagi santri. Penerapan penggunaan Bahasa Arab dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua sedangkan penggunaan Bahasa Inggris dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat dalam sebulan. Penerapan kewajiban menggunakan dua bahasa asing dari percakapan para santri di pondok pesantren sangat memungkinkan terjadinya percampuran bahasa. Oleh karena itu, campur kode dalam percakapan santri pondok pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan ini layak untuk diteliti. 1.2 Rumusan masalah
3
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah campur kode dalam percakapan santri Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan mendeskripsikan campur kode dalam percakapan santri Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang campur kode sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Ariyanto (1998) meneliti “Alih Kode dan Campur Kode Masyarakat Jawa yang Dwibahasa”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan lebih dari satu bahasa atau lebih dari satu ragam bahasa (variasi) bahasa dalam masyarakat Jawa yang dwibahasa cenderung kepada pembagian fungsi masing-masing bahasa atau variasi bahasa sesuai dengan konteks pemakaiannya. Puspitandari (2004) meneliti “Ragam Bahasa Short Message Service (SMS)”. Penelitian tersebut membahas ciri ragam bahasa SMS dan bagaimana bentuk campur kode yang ada di kalangan masyarakat. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kekhasan ragam ini dapat dilihat dari bentuk
kata dan kalimat yang
digunakan dengan adanya penyingkatan, perubahan fonem dan suku kata, peringkasan bentuk, dan variasi pemendekan. Wibowo (2007) meneliti “Ragam Bahasa Arab Percakapan Sehari-hari Siswa Jurusan Ilmu Agama Islam Madrasah Aliyah Negeri Surakarta 1”. Penelitian
4
tersebut membahas ragam bahasa Arab pada percakapan sehari-sehari siswa Jurusan Ilmu Agama Madrasah Aliyah Negeri Surakarta 1. Di dalam penelitian tersebut dijelaskan penyimpangan pemakaian bahasa Arab resmi dari kaidahnya. Hanifah (2008) meneliti “Campur Kode Percakapan Pondok Pesantren Modern Darussalam Ngawi, Jawa Timur: Analisis Sosiolinguistik”. Penelitian tersebut memaparkan dan mengklasifikasikan bentuk campur kode yang terjadi di lingkup percakapan santriwati Pondok Pesantren Modern Darussalam Ngawi, Jawa Timur. Penelitian ini menjelaskan campur kode antara bahasa Inggris, Arab, Indonesia dalam bentuk kata dan frasa di dalam sebuah kalimat. Al-Muzani (2010) meneliti “Campur Kode Percakapan Bahasa Arab Santri Pondok Pesantren Daarul Hikmah Sleman, Yogyakarta dan Pondok Pesantren Modern Islam As-Salaam Surakarta, Jawa Tengah: Analisis Sosiolinguistik”. Penelitian tersebut membahas perbandingan campur kode Bahasa Arab di pondok pesantren yang diteliti oleh penulis. Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut dapat diketahui bahwa penelitian campur kode dalam percakapan santri Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Di samping itu, berdasarkan tinjauan pustaka dari website Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, tidak ditemukan penelitian campur kode dalam percakapan santri Pondok Pesantren Darunnjah Jakarta. Oleh karena itu, penelitian ini layak dilakukan.
5
1.5 Landasan Teori Sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat (Chaer, 1994:16). Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial di dalam masyarakat (Chaer, 1995:2). Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 1995:3). Sosiolinguistik merupakan penerapan bahasa secara langsung dalam masyarakat, yang menjadikan bahasa sebagai alatnya dan masyarakat sebagai pelakunya. Thelander (via Chaer, 1995:152) menjelaskan bahwa di dalam suatu peristiwa tutur, bila klausa-klausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa itu disebut campur kode. Campur kode memiliki sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (Chaer, 1995:151).
6
Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang terjadinya campur kode pada percakapan sehari-hari santri di Pondok Pesantren Darunnajah karena terjadinya kegiatan alih kode sangat jarang ditemui dan itu tidak cukup menjadi bahan kajian atau sebagai objek penelitian. Penelitian ini membahas campur kode percakapan santri pondok pesantren Darunnajah yang meliputi kata, frasa, dan bilangan. Kata di dalam bahasa Arab berarti اﻟﻜﻠﻤﺔ/al-kalimatu/ (Munawwir, 2007:396). Kata di dalam bahasa Arab kata terbagi menjadi tiga kategori, yaitu اﺳﻢ/ism/, ﻓﻌﻞ/fiʻl/, dan ﺣﺮف/ḥarf/ (Al-Gulāyainī, 2005:9). Ism adalah lafal yang menunjukkan arti pada dirinya sendiri, tanpa disertai keterangan waktu (Al-Gulāyainī, 2005:9), contohnya Ahmad أﲪﺪ/Aḥmad/, burung اﻟﻄﲑ/aṭ-ṭairu/ (Munawwir, 2007:167), air اﳌﺎء/al-māˋu/ (Munawwir, 2007:14). Fiʻl adalah kata yang menunjukkan arti pada dirinya sendiri yang seiring dengan waktu (Al-Gulāyainī, 2005:10), contohnya berdiri ﻳﻘﻮم/yaqūmu/ (Munawwir, 2007:234), membaca ﻳﻘﺮأ/yaqraˋu/ (Munawwir, 2007:75). Ḥarf adalah sesuatu yang menunjukkan arti di luar huruf tersebut (AlGulāyainī, 2005:11), contohnya apa ﻫﻞ/Hal/ (Munawwir, 2007:52), di ﰲ/Fī/ (Munawwir, 2007:230). Frasa di dalam bahasa Arab berarti ﻛﻠﻤﺔ ﻣﺮﻛﺒﺔ/kalimatun murakkabatun/ ʹsusunan kalimatʹ (Munawwir, 2007:396). Frasa /al-Murakkab/ adalah perkataan yang terdiri dari dua kata atau lebih, karena adanya faedah yang sempurna atau tidak sempurna /kurang (Al-Ghulāyainī, 2005:11). Frasa /Al-murakkab/ ʹkumpulan kata atau frasaʹ dalam bahasa Arab terdiri dari enam frasa /tarkīb/, yaitu frasa isnad
7
/tarkību isnadiyyu/, frasa idafi /tarkību iḍāfiyyu/, frasa penjelasan / tarkību bayāniyyu/, frasa ̕athaf /tarkību ʻaṭfiyyu/, frasa campuran /tarkību mazjiyyu/, dan frasa bilangan /tarkību ʻadadiyyu/ (Al-Gulāyainī, 2005:11). Tarkību isnādiyyu ʹfrasa penyandaranʹ (Munawwir, 1997:666) adalah kalimat yang menghukumi atas sesuatu dengan sesuatu yang lain, contohnya ﻗﻂ ﻣﺎﻫﺮ/qiṭṭun māhirun/ ʹKucing yang pintarʹ (Al-Gulāyainī, 2005:11). /Tarkību iḍāfiyyu/ ʹfrasa tambahanʹ (Munawwir, 1997:834) adalah kata yang tersusun dari /muḍāf/ dan /muḍaf ilaih/, contohnya ﻗﻠﻢ اﻟﺘﻠﻤﻴﺬ/qalamu at-tilmīżi/ ʹpulpen muridʹ (Al-Gulāyainī, 2005:13). Tarkību bayāniyyu ʹfrasa penjelasʹ adalah setiap dua kata, yang kata keduanya berfungsi sebagai penjelas atau menerangkan arti kalimat pertama. /Tarkību bayāniyyu/ ʹfrasa penjelasʹ ada tiga macam, yaitu /murakkab waṣfi/ ʹfrasa sifatʹ, /murakkab taukīdiyyu/ ʹfrasa susunanʹ, dan /murakkab badaliyyu/ ʹfrasa penggantiʹ (Al-Gulāyainī, 2005:13). Murakkab waṣfi ʹfrasa sifatʹ adalah kata yang tersusun dari sifat dan yang disifati, contohnya ﻓﺎز اﻟﺘﻠﻤﻴﺬ ا ﺘﻬﺪ/fāza at-tilmiżu almujtahidu/ ʹBeruntung murid yang bersungguh-sungguhʹ (Al-Gulāyainī, 2005:13). Murakkabu taukīdiyyu ʹfrasa susunanʹ adalah kata yang muakkad ʹyang dikuatkanʹ dan muakkid ʹyang menguatkanʹ, contohnya ﺟﺎء اﻟﻘﻮم ﻛﻠّﻬﻢ/jāˋa al-qaumu kulluhum/ ʹKaum itu sudah datang keseluruhannyaʹ (Al-Gulāyainī, 2005:13). Kata semua di dalam kalimat tersebut menjelaskan bahwa kaum yang sudah datang lengkap dan sudah ada di tempat semuanya. Murakkabu badaliyyu ʹfrasa penggantiʹ adalah kata yang tersusun dari kata pengganti dan yang digantikannya, contohnya ﺟﺎء ﺧﻠﻴﻞ اﺧﻮك/jāˋa khalīlun akhūka/ ʹKhalil telah tiba, yaitu saudara lelakimu ituʹ (Al-
8
Gulāyainī, 2005:13). Kata Khalil diperjelas dengan kata saudara lelakimu itu di dalam kalimat tersebut, yang menerangkan bahwa Khalil sudah tiba. Tarkību ʻaṭfiyyu ʹfrasa ʻaṭḥafʹ (Munawwir, 1997:944) adalah kata yang tersusun dari maʻṭūf dan maʻṭūf darinya, dengan diselingi oleh huruf ʻaṭf di antara keduanya. Contohnya ﻳﻨﺎل اﻟﺘﻠﻤﻴﺬ واﻟﺘﻠﻤﻴﺬة اﳊﻤﺪ واﻟﺜﻨﺎء إذا ﻋﻠﻰ اﻟﺪرس واﻻﺟﺘﻬﺎد/yanālu at-tilmīżu wa at-tilmīżatu al-ḥamda wa aṡ-ṡanāˋa iżā ṡā barā ʻalā ad-darsi wa al-ijtihādi/ ʹMurid-murid lelaki dan perempuan mendapat pujian dan sanjungan, bila mereka tabah dan bersungguh-sungguh dalam pelajaranʹ (Al-Gulāyainī, 2005:13). Tarkību mazjiyyu ʹfrasa percampuran atau majemukʹ (Munawwir, 1997:1330) adalah setiap dua kalimat yang tersusun dan dijadikan menjadi satu. Contohnya ﺑﻌﻠﺒﻚ ﺑﻠﺪة ﻃﻴّﺒﺔ اﳍﻮاء/baʻlabaku baldatun ṭayyibatu al-hawāi / ʹbaʻlabak (suatu negeri) adalah negeri yang baik udaranyaʹ (Al-Gulāyainī, 2005:13). Tarkību ʻadadiyyu ʹfrasa menurut angkaʹ (Munawwir, 1997:904) adalah kata yang tersusun secara campuran: setiap ada dua bilangan yang di antaranya terdapat huruf aṭf ʹatfʹ. Contohnya واﺣﺪ و ﻋﺸﺮون/wāḥidun wa ʻisyrūn/ ʹdua puluh satuʹ (Al-Gulāyainī, 2005:14). Akronim di dalam bahasa Arab berarti اﻟﻠّﻔﻈﺔ اﻷواﻟﻴﺔ/al-lafẓatu al-ˋawāliyyatu/ (Munawwir, 2007:22). Contohnya dalam bahasa Arab seperti ﺻﻠﻰ اﻟﻠّﻪ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ /ṣallallāhu ʻalaihi wa sallam/ yang di singkat menjadi ص م/ṣ/ ʹṣadʹ dan /M/ ʹmimʹ (Hadi, 2003:36).
9
1.6 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, penganalisisan data yang telah disediakan, dan penyajian hasil analisis data yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:5). Selaras dengan metode Sudaryanto tersebut, penelitian ini dilakukan menggunakan tiga tahap, tahap awal merupakan pengumpulan data, tahap kedua meliputi pembahasan dan penganalisisan, dan tahap ketiga adalah penyajian hasil data yang sudah diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil bahan penelitian secara langsung di pondok pesantren Darunnajah. Penelitian ini menggunakan izin secara lisan kepada Ustadz Zulfadi Hamsyah (bidang kesantrian) dan kepada pengurus Organisasi Santri Darunnajah (OSDN) pada hari Minggu, tanggal 2 September 2012. Setelah izin diberikan secara lisan, dibuatlah jadwal untuk pengambilan data penelitian. Jadwal penelitian pun dimulai pada bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 dengan intensitas yang rutin selama 14 hari di bulan November pada tanggal 5 November -19 November 2012. Kemudian sembilan hari di Desember pada tanggal 10 Desember – 19 Desember 2012. Pengambilan data terakhir dilaksanakan dengan waktu 15 hari, dari tanggal 7 Januari 2013 - 22 Januari 2013. Setelah tahap perizinan selesai, peneliti pun mempersiapkan alat-alat untuk melakukan penelitian. Tahap pertama adalah mempersiapkan alat tulis dan buku
10
untuk pengambilan data. Dengan adanya alat-alat ini, dapat mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian terhadap objek penelitian. Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan lokasi atau tempat terjadinya percakapan para santri di lingkup pondok pesantren, di antaranya di gedung asrama, lapangan olah raga, masjid pondok, kelas atau ruangan belajar, kamar mandi, ruang tata usaha pondok pesantren, ruang guru sekolah, puskesmas pondok pesantren, kantin dan koperasi pondok pesantren, dan ruang makan atau dapur. Tahap awal adalah penyediaan data dari objek penelitian. Penyediaan data adalah penyediaan data yang benar-benar data, penyediaan data yang terjamin sepenuhnya akan kesahihannya atau kebenarannya (Sudaryanto, 1993:131). Tahap ini merupakan upaya menyediakan data secukupnya untuk penelitian (Sudaryanto, 1993:5). Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan alat-alat penelitian, tempat dan objek penelitian yang akan diteliti. Dalam tahap penyediaan data, peneliti menggunakan metode simak dan teknik sadap dengan lanjutan teknik catat. Metode simak atau penyimakan adalah metode yang mencari objek penelitian dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Peneliti hanya mengamati dan mendengar objek penelitian, yaitu bahasa yang digunakan dari penutur bahasa. Teknik sadap adalah dasar dari metode simak atau penyimakan dari objek penelitian. Kegiatan menyadap itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya dan disebut teknik sadap (Sudaryanto, 1993:133). Peneliti mempersiapkan kertas dan alat tulis sebagai alat penyadap dan pencatat data penelitian. Teknik catat adalah
11
teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007:45). Setelah data siap dan lengkap, peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu tahap analisis data. Tahap kedua adalah tahap analisis data atau pengkajian data yang sudah didapatkan dalam tahap awal. Analisis data adalah upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Penanganan itu tampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan membedah atau mengurai dan memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara khas tertentu (Sudaryanto, 1993:6). Metode dan teknik analisis data dalam penelitian menggunakan metode agih dan teknik ganti dan ubah ujud. Dalam penelitian ini digunakan metode agih karena metode ini sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaan tertentu di dalam suatu konstruksi yang bersangkutan (Kesuma, 2007:58). Teknik ubah ujud adalah teknik analisis data dengan cara mengubah wujud atau bentuk satuan kebahasaan yang dianalisis (Sudaryanto via Kesuma, 2007:63). Penerapan teknik ini selalu mengakibatkan berubahnya wujud atau bentuk salah satu atau beberapa unsur satuan kebahasaan yang dianalisis. Teknik ini selaras dengan kebutuhan peneliti dalam mengubah objek penelitian yang dikaji.
12
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penyajian hasil atau pelaporan hasil penelitian. Dalam penyampaian hasil dari penelitian ini dilakukan dengan cara penyajian informal yang hasilnya ditulis secara langsung ke dalam lembaran kertas yang sudah dipersiapkan. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145). 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian campur kode percakapan santri Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan ini, disajikan dalam tiga bab. Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi ArabLatin. Bab II berisi analisis campur kode di dalam percakapan santri Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami, Jakarta Selatan. Bab III kesimpulan dari penelitian. 1.8 Pedoman Transliterasi Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi yang berdasarkan atas keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/u/1987. Berikut pedoman transliterasinya.
13
1. Konsonan No
Nama
Huruf Latin
Nama
1 2 3 4 5 6
Huruf Arab ا ب ت ث ج ح
Alif Baˋ Taˋ Ṡaˋ Jim Ḥaˋ
Tidak dilambangkan B T Ṡ J Ḥ
7 8 9 10 11 12 13 14
خ د ذ ر ز س ش ص
Khaˋ Dal Żal Raˋ Zai Sin Syin Ṣad
Kh D Ż R Z S Sy Ṣ
15
ض
Ḍad
Ḍ
16
ط
Ṭaˋ
Ṭ
17
ظ
Ẓaˋ
Ẓ
18 19 20 21 22 23 24 25
ع غ ف ق ك ل م ن
‘ain Gain Faˋ Qaf Kaf Lam Mim Nun
‘ G F Q K L M N
Tidak dilambangkan Be Te Es (dengan titik di atas) Je Ha (dengan titik di bawah) Ka dan Ha De Z (dengan titik di atas) Er Zet Es Es dan Ye Es (dengan titik di bawah) De (dengan titik di bawah) Te (dengan titik di bawah) Zet (dengan titik di bawah) Koma terbalik di atas Ge Ef Ki Ka El Em En
14
26 27 28
و ھ ء
Waw Haˋ Hamzah
W H ˋ
29
ي
Yaˋ
Y
We Ha Apostrof condong ke kiri Ye
2. Vokal Vokal bahasa Arab terdiri dari vokal pendek, vokal panjang, dan diftong. Dalam transliterasi sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. No 1 2 3
Vokal Pendek ــَـ: a ــِـ: i ــ ُـ: u
Contoh:
Vokal Panjang ــَـﺎ: ā ــِﻲ: ī ــ ُﻮ: ū
ﻳﻘﻮل- ﻗﺎل
/qāla - yaqūlu/
ﺧﻮف
/khauf/
Diftong ْ ــَـﻲ: ai ْ ــَﻮ: au
3. Tā ` Marbūṭah Tā ` marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah transliterasinya adalah /t/, sedangkan tā ` marbūṭah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/. Contoh: اﳌﺪﻳﻨﺔ اﳌﻨﻮّرة
/al-madīnah al-munawwarah /
15
4. Syaddah Syaddah atau tasydīd dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydīd. Dalam transliterasinya, tanda syaddah itu dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh: رﺑّﻨﺎ
/ rabbanā /
5. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. kata sandang tersebut dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah
dan huruf
qamariyyah. Kata sandang yang diikuti
huruf
syamsiyyah adalah kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, sedangkan kata sandang yang diikuti
huruf
sesuai
dengan
qamariyyah aturan
adalah
yang
kata
digariskan
sandang di
depan
yang dan
ditransliterasikan sesuai
dengan
bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda simpang (-). Contoh: اﻟﺮّﺟﻞ/ ar-rajulu / اﻟﻘﻠﻢ 6. Hamzah
/ al-qalamu /
16
Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan tidak dilambangkan dengan apostrof karena dalam tulisan Arab berupa Alif. Contoh: ﺷﻲء
/ syai `un /
7. Penulisan kata Pada
dasarnya,
setiap
kata
ditulis
terpisah,
tetapi
untuk
kata-kata
tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya
dirangkaikan
dengan
kata
lain
yang
mengikutinya,
contoh: وإِ ّن اﷲ ﳍﻮ ﺧﲑ اﻟﺮازﻗﲔ / Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn / 8. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh: وﻣﺎ ﳏﻤﺪ إﻻّ رﺳﻮل / Wamā muḥammadun illā rasūlun /