BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peran cukup besar dalam kehidupan adalah air. Bagi manusia, air digunakan dalam kegiatan pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan air harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Kebutuhan
rata-rata air
setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Air untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Asmadi dkk, 2011). Peningkatan kuantitas air merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi (Kusnaedi, 2010).
Penyebab utama rendahnya kualitas air adalah keberadaan besi (Fe) yang tinggi sehingga dapat menimbulkan perubahan secara fisik dan kimia pada air. Salah satu kandungan zat atau mineral yang terdapat di dalam air adalah besi. Keberadaan besi dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi berwarna kuning kecoklatan menyebabkan noda pada cucian pakaian serta dapat menyebabkan masalah pada sistem pipa distribusi yang dapat menyumbatkan perpipaan serta dapat menimbulkan warna serta bau yang tidak enak (Asmadi dkk, 2011). Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu 0,3 mg/l (PermenKes No. 492/Menkes/Per/IV/2010). RT 08 RW 02 Kelurahan Ngampilan merupakan kawasan permukiman yang berada di daerah perkotaan padat penduduk, diketahui masyarakatnya menggunakan sumur komunal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air sumur secara fisik terlihat keruh (tidak jernih), berbau amis, berwarna kuning dan terdapat partikel melayang-layang serta dapat diketahui apabila air ini ditampung di bak mandi akan memberikan endapan dan noda kekuning-kuningan pada dinding bak, begitu juga apabila dipergunakan untuk mencuci akan memberi noda kekuning-kuningan pada pakaian putih. Dari beberapa ciri di atas menunjukkan bahwa parameter kandungan Fe dalam air cukup tinggi, Hal ini membuat masyarakat ragu dalam mengkonsumsi air tersebut sebagai air minum, sehingga masyarakat hanya menggunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan tidak menggunakan air tersebut untuk minum.
2
Peneliti mengambil sampel air untuk diperiksa kadar Besi (Fe) Pengambilan sampel air dilakukan terhadap sumur komunal milik warga dengan menggali informasi dengan pengurus kader diketahui hasil kadar Fe 3,0 mg/l. Sehingga dari pemeriksaan tersebut didapatkan hasil yang melebihi persyaratan
kualitas
air
sesuai
Permenkes
Republik
Indonesia
No
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Adanya permasalahan kadar Fe pada air sumur tersebut, maka perlu dilakukan upaya dalam pemecahan masalah untuk menurunkan tingkat kadar Fe air sumur di masyarakat. Salah satu sistem pengolahan air bersih adalah filtrasi dengan media zeopa (media zeolit dan pasir). Filtrasi diperlukan untuk menyempurnakan penurunan kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau, kesadahan, besi, alumunium, zat organik, nitrit, nitrat, sulfat, chlorida dan zink sehingga diperoleh air yang memenuhi standar kualitas air minum (Asmadi dkk, 2011). Zeolit merupakan batuan alam yang cukup banyak terdapat di Indonesia, sehingga bisa didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah dioperasikan dalan pengolahan air. Media filter zeolit digunakan untuk pengolahan air bersih dalam menurunkan Fe di dalam air dikarenakan memiliki sifat sebagai penukar ion (Kumalasari dan Yogi, 2011). Media filter pasir yang digunakan ialah pasir hitam merupakan media penyaring yang baik dan biasa digunakan dalam proses penjernihan, dengan sifat mineralnya sebagai makro molekul yang masih bermuatan dan dapat mengikat kation di
3
dalam air. Dengan demikian kation dalam air seperti besi dapat terikat oleh mineral yang dilalui oleh aliran air (Kusnaedi, 2010) Berdasarkan hasil penelitian Handarbeni (2013), mengenai penurunan kadar Fe menggunakan variasi susunan media filtrasi arang aktif-pasir-zeolit menggunakan waktu kontak 5 menit dengan ketebalan 60 cm mampu menurunkan kadar Fe sebesar 92,29%. Sedangkan hasil penelitian Romantika (2014), menunjukkan bahwa hasil pengolahan air sumur gali untuk menurunkan kadar besi menggunakan media zeolit dengan ketebalan 60 cm dan waktu tinggal 4 menit mampu menurunkan sebesar 65,06% dan menggunakan media pasir aktif dengan ketebalan 60 cm dan waktu tinggal 4 menit mampu menurunkan sebesar 92,77%. Peneliti melakukan uji pendahuluan pengolahan dengan filtrasi menggunakan media filter zeolit 40 cm dan pasir 40 cm untuk menghitung debit air dan waktu kontak sebenarnya. Sehingga diperoleh variasi waktu kontak 3 menit dapat menurunkan kadar Fe menjadi 1,20 mg/l; 7 menit menjadi 0,80 mg/l; 9 menit menjadi 0,80 mg/l. Dimana kadar air sumur sebelum perlakuan didapatkan hasil 3,0 mg/l yang telah melampaui batas aman
yang
ditetapkan
Permenkes
Republik
Indonesia
No
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti tertarik dan bermaksud ingin melakukan penelitian mengenai penurunan kadar Fe menggunakan media filtrasi zeolit-pasir menggunakan ketebalan 80 cm (zeolit 40 cm: pasir 40 cm) dengan proses penyaringan sederhana. Peneliti akan mencari waktu efektif
4
media filter zeolit-pasir dengan variasi waktu kontak 10 menit , 13 menit dan 17 menit, dikarenakan pada waktu uji pendahuluan diketahui dengan penggunaan waktu 3 menit, 7 menit dan 9 menit mampu menurunkan kadar fe, namun belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Diharapkan dari perlakuan tersebut dapat memperoleh waktu efektif dalam menurunkan kadar Fe air sumur di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Apakah ada keefektifan waktu kontak penggunaan media filter zeolitpasir dalam menurunkan kadar Fe air sumur di Ngampilan Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan penelitian umum ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan waktu kontak penggunaan media filter zeolit-pasir dalam menurunkan kadar Fe air sumur di Ngampilan Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengukur kadar Fe sebelum perlakuan menggunakan media filter zeolit-pasir dengan variasi waktu kontak 10 menit, 13 menit dan 17 menit. b. Untuk mengukur kadar Fe sesudah perlakuan menggunakan media filter zeolit-pasir dengan variasi waktu kontak 10 menit, 13 menit dan 17 menit.
5
c. Menganalisis keefektifan waktu kontak menggunakan media filter zeolit-pasir dalam menurunkan kadar Fe air sumur di Ngampilan Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberi wawasan tambahan terhadap masyarakat dalam mengatasi permasalahan Fe yang tinggi pada air sumur di lingkungannya, sehingga masyarakat mampu mengatasinya. 2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil Peneltian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan wahana keilmuan mahasiswa di bidang peminatan kesehatan lingkungan. 3. Bagi Peneliti Lain a. Sebagai referensi dan data dasar dalam penelitian selanjutnya tentang pemanfaatan media filter zeolit-pasir dalam menurunkan kadar Fe air sumur. b. Sebagai referensi akan variasi lama kontak media filter zeolit-pasir yang efektif digunakan untuk menurunkan kadar Fe air sumur.
6