BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi memerlukan bimbingan dan pengarahan, oleh sebab itu salah satu hal yang dapat menunjang agar manusia memiliki berkepribadian yang baik dapat dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan proses untuk mengembangkan dirinya, ia memerlukan juga kerjasama dengan lingkungan sekitar termasuk dalam hal dunia pendidikan. Selanjutnya pendidikan diharapkan saling terbuka dan tidak “egois” (Hadi, 2008:1). Terkait dengan hal pendidikan, maka tujuan pokok pendidikan ialah membentuk anggota masyarakat menjadi orang-orang yang berkepribadian baik, dan berperikemanusiaan. Pendidikan yang telah diperoleh masyarakat akan mampu merubah perilaku masyarakat itu sendiri dan juga dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun mengatasi permasalahannya. Melalui proses belajar mengajar maka sistem pendidikan senantiasa berbeda atau berubah-ubah terhadap masyarakat yang satu kepada masyarakat yang lain. Hal itu disebabkan karena masyarakat memiliki sisitem
1
2
sosial dan gaya hidup tertentu yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang terdapat didalam masyarakat tersebut. Sastra, seperti yang dapat kita lihat selalu menghadirkan kehidupan dalam masyarakat. Peristiwa yang digambarkan dalam karya sastra bisa terjadi dalam kehidupan nyata maupun di luar kenyataan. Sastra merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan melalui bahasa. Dalam hal ini, sastra selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa, juga mampu mengajak pembaca untuk menemukan nilai-nilai dan menghayati kekompleksitasan kehidupan secara lebih mendalam (Sugiarti, 2002:1). Sehubungan dengan hal ini, Sugiarti (2002:2) berpendapat, bahwa karya sastra merupakan khasanah intelektual yang dengan caranya sendiri merekam dan menyuarakan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Selain itu, karya sastra berbeda dengan teori-teori, tidak hanya berbicara kepada intelek pembacanya melainkan secara keseluruhan kepribadiannya. Dalam hal ini, karya sastra dapat dikatakan sebagai suatu bagian kesatuan yang penting dari proses sosial dan kebudayaan. Macam-macam karya sastra meliputi puisi, roman, novel, drama, dan cerpen. Mempelajari dan meneliti karya sastra didalamnya terdapat unsurunsur pembangun, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra berkaitan dengan peristiwa cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan bahasa atau gaya bahasa.
3
Sementara itu, unsur ekstrinsik merupakan unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tetapi secara tidak langsung dapat mempengaruhi bangunan atau sistem organisme dalam karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik karya sastra meliputi keadaan subjektifitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya sastra yang ditulisnya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra, hal itu merupakan unsur-unsur ekstrinsik karya sastra (Wellek dan Warren dalam Nurgiyantoro, 1995:23-24). Menurut Santoso (1995:91), novel merupakan keragaman cerita rekaan yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menyuguhkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang. Sebuah novel mengandung nilai kehidupan yang diolah dengan seluruh kisah yang beragam sehingga menjadi dasar dalam penulisan novel tersebut. Cerita dalam novel lebih panjang dan kompleks. Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu. Tanlain Wens (dalam Hadi, 2008:9) menyatakan bahwa manusia secara pribadi dalam kehidupannya senantiasa melaksanakan nilai-nilai
4
kemanusiaan serta menuangkan semua pengalaman, penghayatannya mengenai hal-hal yang berharga bagi hidupnya, hal tersebut adalah suatu pandangan hidup yang tersusun dalam suatu kesatuan yang disebut dengan nilai. Berkaitan dengan nilai, karya fiksi dapat disampaikan melalui bahasa sehingga mampu menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa dan juga mampu mengajak pembaca untuk menemukan nilai-nilai. Oleh karena itu, karya fiksi dapat menambah kekayaan batin didalam kehidupan. Sehubungan dengan pendidikan maka novel sebagai karya media yang bermuatan nilai juga dapat dijadikan alat pendidikan, baik pendidikan di rumah ataupun pendidikan di sekolah. Hal tersebut mampu menambah potensi setiap manusia untuk bersama-sama mengembangkan intelektual, emosi, dan spiritual. Nilai-nilai pendidikan tersebut harus ditanamkan sejak dini, untuk mempersiapkan hidup dalam masyarakat. Nilai pendidikan dapat diberikan langsung oleh orang tua dengan cara memberikan bacaan yang bermanfaat untuk mengembangkan pola pikir dan kepribadian anak pada kehidupannya. Sementara itu, kehidupan sehari-hari banyak dijumpai bacaan yang menyajikan kabar
bacaan yang kurang mendidik. Misalnya majalah atau surat
yang menyuguhkan berita-berita yang mengilukan hati. Berbagai
macam persoalan terjadi seperti pembunuhan di mana-mana, kemiskinan yang memerlukan perhatian, serta kacau balaunya pemerintahan misalnya negara. Semua hal tersebut memerlukan penanganan dan perhatian khusus,
5
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Berkaitan dengan kenyataan yang tengah terjadi pada masyarakat, maka diperlukan bacaan yang dapat menambah wawasan bagi masyarakat salah satunya tentang pendidikan, dalam hal tersebut dapat diperoleh dan diambil manfaat tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang akan dilakukan berjudul “Telaah Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel ‘Sinar’ Karya Aguk Irawan MN”. Adapun alasan dalam pemilihan novel “Sinar” karya Aguk Irawan MN karena novel tersebut memiliki nilai-nilai pendidikan di dalamnya, sehingga menarik untuk diteliti dan tentunya banyak makna yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Pengkajian mengenai nilai-nilai pendidikan ini sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Mawaddah dengan judul “Telaah Nila-nilai Pendidikan dalam Cerita Karya Pengarang Cilik”. Aspek yang dikaji adalah: (1) perwujudan nilai-nilai pendidikan religius (2) perwujudan nilai-nilai pendidikan sosial (3) perwujudan nilai-nilai etika atau moral (4) perwujudan nilai-nilai kepribadian. Meskipun penelitian sebelumnya dan kali ini memiliki kesamaan, yakni sama-sama mengkaji nilai-nilai pendidikan, namun objek yang digunakan keduanya berbeda. Objek pada penelitian sebelumnya adalah berupa “cerpen karya pengarang cilik”, sedangkan objek penelitian kali ini adalah berupa “novel karya Aguk Irawan MN”, yang lebih menekankan kepada tokoh dan penokohan.
6
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang nilai-nilai pendidikan dalam karya novel serta dapat dijadikan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. 1.2 Jangkauan Masalah Penelitian yang berjudul “Telaah Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel “Sinar Karya Aguk Irawan MN” memiliki jangkauan masalah yang cukup luas. Nilai-nilai pendidikan yang ada didalamnya meliputi nilai religius, nilai sosial, nilai kepribadian dan nilai etika serta bagaimana cara pengarang mengungkapkan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika, dan kepribadian. Sementara itu, berbicara mengenai nilai pendidikan dan karya sastra, keduanya memiliki hubungan dan peranan yang penting untuk menambah pengetahuan serta dapat digunakan sebagai aplikasi didalam kehidupan sehari-hari. Pada hakekatnya karya sastra itu dapat dibagi berdasarkan tingkat usia, nilai estetika dan dapat dikelompokkan berdasarkan hal-hal yang mengandung nilai moral, agama, kemanusiaan, sosial, seni, adat tradisional, kepahlawanan, dan seterusnya (Kaswardi, 1993:151). Sehubungan dengan jangkauan masalah di atas dapat ditegaskan bahwa karya-karya sastra memiliki upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis agar seseorang dapat memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
7
Sedangkan Koyan (2000:12) membedakan nilai menjadi: (1) nilai logika, yaitu nilai berkenaan dengan “benar atau salah; (2) nilai estetika, yaitu nilai yang berkenaan dengan “indah atau buruk; (3) nilai etika, yaitu nilai yang berkenaan dengan “adil atau tidak adil; (4) nilai agama atau religius, yaitu nilai yang berkenaan dengan “halal atau haram atau dosa; dan (5) nilai hukum, yaitu nilai yang berkenaan dengan sah atau abash”. Selanjutnya, Ningrum (dalam Rochmadi, 2002:46) mengungkapkan bahwa nilai-nilai pendidikan dibagi meliputi: nilai religius, nilai sosial, nilai kepribadian dan nilai etika. Adapun penjelasannya tentang nilai-nilai di atas sebagai berikut: a. Nilai religius merupakan suatu nilai ketuhanan yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia terhadap Tuhan dan dihayati dengan hati nuraninya. b. Nilai sosial merupakan nilai yang memiliki hubungan dengan manusia tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. c. Nilai kepribadian merupakan nilai yang mencakup tentang tingkahlaku, fikiran, perasaan, dan kegiatan manusia. Nilai kepribadian juga merupakan susunan unsur-unsur mengenai jiwa yang menentukan perbedaan tingkahlaku dari tiap-tiap individu manusia. d. Nilai etika merupakan seluruh kaidah kesusilaan yang ada dalam masyarakat. Nilai etika memiliki dua sumber yakni nilai normatif yang
8
bersumber dari pikiran manusia yang berfungsi untuk menata hidupnya dan nilai perspektif yang bersumber dari akhlak manusia. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan jangkauan masalah di atas, peneliti membatasi penelitian ini pada masalah-masalah yang khusus, meliputi nilai religius, nilai sosial, nilai kepribadian dan nilai etika serta bagaimana cara pengarang mengungkapkan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika, dan kepribadian. Hal ini dilakukan supaya penelitian ini dapat menghasilkan kajian yang lebih teliti, valid, dan memberikan gambaran yang jelas terhadap analisis data yang ditemukan. Oleh karena itu, demi efektifitas waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini terbatas sebagai berikut. a) Perwujudan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika dan kepribadian dalam novel “Sinar” karya Aguk Irawan MN. b) Cara pengarang mengungkapkan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika, dan kepribadian dalam novel “Sinar” karya Aguk Irawan MN. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut. a) Bagaimanakah perwujudan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika dan kepribadian dalam novel “Sinar” karya Aguk Irawan MN?
9
b) Bagaimanakah cara pengarang mengungkapkan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika, dan kepribadian dalam novel “Sinar” karya Aguk Irawan MN? 1.5 Tujuan Penelitian Setiap penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu juga dalam penelitian ini. Adapun tujuan yang ingin peneliti capai adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika dan kepribadian dalam novel “Sinar” karya Aguk Irawan MN. b. Mendeskripsikan cara pengarang mengungkapkan nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai religius, sosial, etika, dan kepribadian dalam novel “Sinar” karya Aguk Irawan MN. 1.6 Manfaat Penelitian Setiap penelitian selalu memiliki manfaat, begitu juga dengan penelitian ini. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut. 1.6.1 Manfaat Praktis a. Sebagai bentuk pengarahan bagi para orang tua agar memberikan bacaan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan bermanfaat bagi anaknya; b. Sebagai materi pembelajaran bagi guru untuk memberikan nilai-nilai pendidikan yang baik terhadap anak didiknya; c. Sebagai motivator anak untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di rumah, sekolah, ataupun masyarakat;
10
d. Sebagai wawasan peneliti karya sastra agar lebih cermat dan penuh ketelitian dalam melakukan analisis pada penelitian karya sastra; 1.6.2 Manfaat Teoritis a. Dapat menambah dan meningkatkan ilmu sastra, baik secara akademis maupun nonakademis; b. Sebagai bentuk aplikasi tentang teori-teori yang diterima selama kuliah; c. Dapat membimbing dan meningkatkan kemampuan mengekspresikan karya sastra; 1.7 Penegasan Istilah a. Nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu, misalnya obyek. Jadi, sesuatu dapat dikatakan mempunyai nilai apabila ada sifat atau kualitas yang melekat dalam obyek tersebut. (Hasan 2002:187). b. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Syah, 2008:10). c. Nilai pendidikan adalah sesuatu berharga yang dapat dijadikan pandangan hidup bagi seseorang untuk mengubah sikap dan usaha untuk mendewasakan diri, hal ini dapat diperoleh melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik. (Driyarkara dalam Hadi, 2008:9).
11
d. Nilai religius adalah kebenaran mutlak dari kehidupan yang memiliki hubungan dengan kepercayaan yang dinyatakan oleh institusi tertentu dan dianut oleh anggota-anggotanya dan memiliki kesaksian iman , dengan kata lain religius memberikan jawaban mengenai siapa dan apa seseorang itu memiliki keberadaan dan kesadaran yang harus dikerjakan melalui perilaku atau tindakan. Melalui hubungannya dengan karya sastra, kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Mangunwijaya (dalam Nurgiyantoro, 2000:327). e. Nilai sosial adalah nilai yang memiliki hubungan antar manusia. Sikap tidak berpraduga jelek terhadap orang lain, ramah, dan perasaan simpati dan empati merupakan perilaku yang menjadi kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial. (Mulyana 2004:34). f. Nilai etika adalah nilai yang menjelaskan arti baik dan buruk, tindakan yang harus dilakukan manusia terhadap yang lain, tujuan yang harus dicapai, dan jalan yang harus ditempuh. (Mulyana 2004:21) g. Nilai kepribadian adalah suatu pemahaman nilai yang mencakup tentang tingkahlaku, fikiran, perasaan, kegiatan manusia. Kepribadian juga dapat diartikan bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsifungsi.
12
h. Apabila seseorang memahami tentang kepribadian berarti memahami aku, diri, self, atau memahami manusia seutuhnya (Alwisol 2004:2). i. Novel adalah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemua itu juga bersifat imajiner. (Nurgiyantoro, 1995:4).
13