BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang berkelompok dengan spesiesnya, untuk berinteraksi dengan sesamanya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh
potensi
yang
dimiliki.
Manusia
atau
setiap
individu
dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Ketergantungan dalam berkomunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial. Manusia bergantung pada bahasa, bahasa tidak dapat terpisahkan dari manusia dalam diperlukan
mengikuti setiap aktivitasnya. Bahasa sangat mutlak, yaitu
sebagai alat untuk mengadakan komunikasi (Wojowasito,1981:6).
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Menurut Chaer dan Agustin (2004: 14-15) Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi
1
2
sosial (sebagai alat komunikasi sosial), memberikan perannya. Mengembangkan diri, seorang individu akan berusaha untuk beradaptasi dengan bahasa yang ada di lingkungannya. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa. Penggunaan bahasa yang tentu sudah disepakati oleh masyarakat pemakai bahasa itu sendiri, sehingga dapat terjadi komunikasi yang efektif antara pengguna bahasa, karena masyarakat pengguna bahasa tersebut sudah mengetahui arti dan maksud tentang bahasa yang digunakan. Dusun Suco terletak di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang, Kecamatan ini letaknya disebelah selatan Kota Lumajang adapun batas-batas Kecamatan Pasrujambe yaitu Sebelah Utara Kecamatan Senduro, Sebelah Timur Kecamatan Sumbersuko, Sebelah Selatan Kecamatan Candipuro, Sebelah Barat Kecamatan Senduro. Dusun Suco ini bisa dikategorikan masyarakat bahasa atau masyarakat tutur, karena sedikitnya telah menguasai dua bahasa (Bilingualisme) yaitu bahasa Jawa dan bahasa keturunan dari Tengger. Masyarakat Dusun Suco ini dalam berinteraksi sesama etniknya lebih banyak menggunakan bahasa daerah atau Jawa tetapi juga memasukkan unsur bahasa Suco (bahasa keturunan masyarakat Tengger). Timbulnya memasukkan bahasa ini alasan utamanya adalah faktor lingkungan sosial mereka yang awalnya adanya pendatang dari penduduk lokal yaitu dari masyarakat Tengger.
3
Pada umumnya dalam penelitian ini meneliti bahasa dari Dusun Suco yang bahasanya keturunan dari masyarakat Tengger dimana nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger". Pegunungan Tengger yang terletak di Kecamatan Senduro (terutama di daerah Ranupane, Argosari, dan sekitarnya), terdapat masyarakat Tengger yang memiliki bahasa khas sehingga masyarakat Dusun Soco ini dikatakan menggunakan bahasa keturunan Tengger. Dusun Suco mengusai bahasa Jawa, selain menguasai bahasa Jawa juga dapat bertutur bahasa keturunan Tengger dengan baik. Situasi demikian menyebabkan terjadinya kontak bahasa pada diri seseorang penutur dalam tindak berbahasanya sehingga gejala ketergantungan dalam tindak berbahasanya dapat dihindari. Suwito (1983:39-40), menyatakan bahwa kontak bahasa terjadi dalam situasi kontak sosial, yaitu situasi pada saat seseorang belajar bahasa kedua di dalam masyarakat. Penduduk lokal yang datang ke sekitar Dusun Suco adalah masyarakat Tengger dan bahasa yang digunakan Dusun Suco adalah bahasa Jawa yang disisipi bahasa keturunan Tengger. Mengatasi masalah situasi kebahasaan tersebut masyarakat etnik
Dusun Suco mengubah cara berkomunikasi dengan cara
menggunakan bahasa Jawa tidak menggunakan bahasa keturunan masyarakat Tengger tetapi tetap saja disisipi bahasa turunan tersebut. Perubahan komunikasi yang dilakukan masyarakat Dusun Suco adalah mencampurkan bahasa turunan dari masyarakat Tengger ke dalam bahasa Jawa di Dusun Suco itu sendiri. Tujuan pencampuran dua bahasa itu dimaksudkan sebagai media penghubung
4
sosiokultural mereka yang sama sekali jauh berbeda. Terutama dalam hal kebahasaan dan hubungan sosial lainnya, tujuan penggunaan dua bahasa itu untuk memperlancar komunikasi masyarakat Dusun Suco itu sendiri. Percampuran bahasa Jawa dengan bahasa keturunan masyarakat Tengger di Dusun Suco itu bisa dikatakan adanya campur kode. Semakin jarangnya pemakaian bahasa Jawa Dusun Suco karena adanya bahasa yang masuk ke Dusun Suco sehingga banyak masyarakat yang letaknya di Kecamatan Pasrujambe seperti Desa Kunal, Desa Carangkuning, Dusun Jabon, Dusun Krajan 2 Pasrujambe merasa aneh ketika masyarakat Suco berbahasa Jawa yang memasukkan unsur bahasa keturunan masyarakat Tengger. Kelompok masyarakat Dusun Suco ketika pergi atau datang ke tempat lain dan bercampur dengan kelompok setempat, akan terjadi pergeseran bahasa. Kelompok pendatang atau masyarakat Dusun Suco akan melupakan sebagian bahasanya dan (terpaksa) memperoleh bahasa setempat (Alwasilah, 1985:33). Tujuanya agar bahasa yang di sampapaikan atau yang di bicarakan saling memahami antara bahasa yang satu dengan yang lainnya. Pemahaman bahasa kalau salah satu tidak bisa memahami bahasa yang digunakan maka komunikasi tersebut tidak akan berjalan dengan lancar. Campur kode yang terjadi di Dusun Suco yaitu seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya yaitu bahasa keturunan masyarakat Tengger. Berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
5
memasukan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Campur kode mempunyai beberapa jenis yaitu penyisipan dalam bentuk kata, penyisipan dalam bentuk frase, penyisipan dalam bentuk baster, penyisipan dalam bentuk ungkapan (idiom), penyisipan dalam bentuk klausa. Masyarakat Dusun Suco termasuk bampur kode masuk dalam penyisipan dalam bentuk kata dan dalam bentuk frase. Ciri yang menonjol dalam kasus campur kode berupa kesantaian atau situasi informal. Campur kode dapat juga terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk converge bahasa. Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu latar belakang sikap penutur dan latar belakang keterbatasan bahasa. Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antarperanan penutur bentuk bahasa, dan fungsi bahasa. Analisis bahasa perlu sekali untuk mengetahui betapa bahasa kita perlu diucapkan dan ditulis, betapa bahasa kita perlu disusun, dan betapa bahasa kita itu berfunggsi (Samsuri 1987:6). Campur kode (code mixing) merupakan salah satu fenomena yang dikaji dalam sosiolinguistik. Campur kode merupakan salah satu aspek tentang ketergantunngan bahasa (language dependency) di dalam masyarakat multilingual. Masyarakat multilingual hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikitpun menggunakan bahasa lain. Menurut Suwito (1983: 75), campur kode memiliki hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksudnya
6
siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasan berarti apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturanya. Ciri lain dari campur kode ialah bahwa unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri. Analisis ini difokuskan pada kehidupan masyarakat Dusun Suco yang merupakan masyarakat billingual karena menggunakan bahasa Jawa yang disisipi dengan bahasa keturunan masyarakat Tengger dalam berkomunikasi sehari-hari. Masyarakat bilingual tidak menuntut kemungkinan adanya campur kode dengan bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi. Penelitian yang dilakukan diDusun Suco ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan yang sudah dideskripsikan dan hasil pengamatan di Dusun Suco kemudian peneliti mengangkat judul “Analisis Campur Kode Tuturan Verbal pada Interaksi Masyarakat Keturunan Tengger di Dusun Suco Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan adanya campur kode dan menganalisis bentuk campur kode yang terjadi di Dusun Suco. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah adalah masalah-masalah yang diteliti berdasarkan dari cakupan masalah atau membatasi permasalahan yang diteliti, sehingga penelitian yang dilakukan tidak meluas serta didapatkan data yang akurat. Bahasa yang digunakan di Dusun Suco ini adalah bahasa Jawa. Problema di Dusun Suco ini adanya bahasa Jawa yang bercampur dengan bahasa keturunan masyarakat
7
Tengger. Pentingnya dalam penelitian ini yaitu dapat mengetahui tentang problema adanya campur kode. Mengatasi masalah situasi kebahasaan tersebut etnik Dusun Suco tetap menggunakan bahasa Jawa, tidak menggunakan bahasa keturunan masyarakat Tengger sehingga ketika berbahasa dengan Dusun-dusun yang lain bisa berkomunikasi dengan lancar. Masyarakat Dusun Suco ketika berkomunikasi sesame etnik Dusun Suco tetap menggunakan bahasa Jawa tetapi tetap memasukkan bahasa keturunan Tengger. Penelitian ini memfokuskan pada campur kode tuturan verbal pada interaksi masyarakat keturunan Tengger di Dusun Suco Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. 1.3 Rumusan Masalah a. Bagaimana bentuk campur kode tuturan verbal pada interaksi masyarakat keturunan Tengger di Dusun Suco Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang? b. Bagaimana jenis campur kode tuturan verbal terhadap komunikasi masyarakat keturunan Tengger di Dusun Suco Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang dalam kehidupan sehari- hari? 1.4 Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan bentuk campur kode tuturan verbal pada interaksi masyarakat keturunan Tengger di Dusun Suco Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
8
b. Mendeskripsikan jenis campur kode tuturan verbal terhadap komunikasi masyarakat keturunan Tengger di Dusun Suco Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang dalam kehidupan sehari- hari. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mengacu pada apa yang diberikan penelitian kepada bidang ilmu tertentu, instansi, masyarakat, dan semua pihak yang terlibat dalam ilmu-ilmu terapan yang terkait (Arikunto, 2006: 55). Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua macam yaitu: 1.5.1
Manfaat Teoretis
a. Memberikan sumbangan pengetahuan untuk perkembangan bahasa pada umumnya. b. Menambah ragam bahasa atau variasi bahasa terutama di Dusun Suco. c. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan khasanah keilmuan dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. 1.5.2
Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Peneliti Penelitian ini bisa dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis campur kode dengan tinjauan yang lebih luas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan rujukan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
9
b. Manfaat bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan mengenai pengetahuan tentang bahasa yang terjadi di Dusun Suco Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. 1.6 Definisi Operasional a. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang berangkat dari dugaan akan kebenaran, penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Kamus Bahasa Indonesia, 1997:47). b. Campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, dimana unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi berdiri sendiri (Rokhman, 2013:39). c. Campur kode bentuk kata merupakan suatu kesatuan linguistik yang mempunyai makna tunggal. Makna tunggal itu makna yang tidak mudah dihitung dan diurai daripada kata. Kata bisa dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil yang diujarkan berdiri sendiri (Alwasilah, 1987:108-109). d. Campur kode bentuk frase ialah bagian kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi (Maskurun,1996:111) e. Jenis campur kode ke dalam yaitu campur kode antara bahasa Jawa dengan bahasa keturunan masyarakat Tengger (campur kode yang bersumber dari bahasa asli/bahasa Jawa dengan segala variasinya yakni bahasa keturunan masyarakat Tengger (Rokhman, 2013:39).
10
f. Jenis campur kode ke luar adalah campur kode terjadi antara penutur I dengan penutur II tidak mempunyai hubungan kekerabatan secara geografis, geanolois, atau intelektualitas yang tinggi, memancarkan nilai moderat. Hubungan ampur kode tipe ini adalah keasingan antara bahasa penutur I dan penutur II (Rokhman, 2013:38). g. Tuturan verbal adalah bentuk bahasa lisan sebagai akibat interaksi antara penutur I dan penutur II pada masyarakat Dusun Suco. h. Interaksi ialah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi individu yang satu dengan yang lainnya, ada aksi dan ada reaksi, pelakunya lebih dari satu. i. Masyarakat Tengger merupakan salah satu masyarakat yang hidup di Pegunungan Bromo di antara wilayah Probolinggo – Pasuruan – Lumajang – Malang (Suyitno, 2002: 2-3).