BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Sudah semestinya ia menunjukkan eksistensinya di muka bumi ini terhadap makhluk lainnya. Secara fitrah manusia itu sama. Manusia dalam keadaan alamiah ingin mempertahankan kebebasannya dan menguasai orang lain. Keinginan yang demikian itu disebabkan karena naluri. Manusia ketika ingin mempertahankan dirinya ada hanya hukum alam, yaitu bahwa setiap orang berhak untuk berbuat dan memiliki segala sesuatu yang dianggap perlu guna mempertahankan diri. Akibatnya ialah bahwa mereka bertengkar, dan pertengkaran ini menimbulkan perang total, semua orang memerangi semua orang. Perang yang demikian menjadikan hidup menjadi buruk, kasar dan singkat. Manusia di dalam perang total itu kebajikan pokok ialah kekuatan dan kecurangan (Hadiwijono, 1980:34). Setiap manusia berhak mengatur dirinya dan kehidupannya masing-masing tanpa ada intervensi dari manusia yang lainnya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai akal dalam mengambil tindakan, sikap, gaya hidup dan menjalankan aktivitas lainnya dengan secara sadar dan penuh kebebasan. Manusia seperti inilah menjadi manusia yang sebenarnya sadar dengan eksistensinya sendiri. Manusia dalam sejarah pemikiran tentangnya dari abad ke abad terdapat pelbagai bentuk pemikiran yang disampaikan oleh para filsuf. Pemikiranpemikiran yang disampaikan itu tidak jarang memiliki perbedaan prinsip yang satu dengan yang lain, karena masing-masing memiliki titik tolak, latarbelakang
1
2
pemikiran, sudut pandang yang berbeda pula bahkan tak jarang terjadi kontroversi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya berbagai macam corak dan aliran pemikiran tentang manusia. Manusia dalam sejarah perkembangan filsafat senantiasa menjadi pusat pemikiran para filsuf dari zaman ke zaman. Meskipun para filsuf dalam mengisi tujuan formal, yakni menetapkan isi material dari pengertian “manusia sempurna” terdapat berbagai macam corak dan paham. Bahkan tidak jarang terjadi kontroversi di antara para filsuf oleh karena titik tolak dan anggapan yang sangat berbeda. Kontroversi ini kadang berlanjut dengan munculnya pendirian tentang hakikat manusia yang sering justru mempersempit wawasan dengan pemutlakan atas beberapa unsur dan karakter manusia dan tidak mengembangkan pemikiran lebih jauh lagi. Manusia sejak semula telah menarik perhatian dirinya sendiri. Keseluruhan segi dari padanya benar-benar memaksa perhatian untuk ditujukan kepadanya, apakah itu wujud yang dapat dilihat oleh mata ataukah wujud yang dapat ditangkap oleh indera yang lain; apakah tingkah laku sehari-hari beserta akibat berantai yang ditimbulkan; dan lebih lagi hal-hal yang ada di dalam manusia itu sendiri yang adanya serta gejala-gejalanya benar-benar selalu menimbulkan tanda yang belum terjawab dengan memuaskan, atau masih selalu menjadi bahan perenungan terus-menerus (Sanadji, 1985: 4). Dahler mengemukakan, bahwa manusia dari abad ke abad merupakan permasalahan yang fundamental, manusia merupakan problem, suatu persoalan bagi dirinya sendiri. Pertanyaan tentang apakah dan siapakah manusia itu,
3
merupakan sebuah pertanyaan besar yang selalu mengganggu pikiran manusia dari abad ke abad (Dahler, 1971: 15). Objek material penelitian ini menggunakan studi kasus konflik kepentingan antara Koalisi Merah Putih dengan Koalisi Indonesia Hebat. Dua koalisi kepentingan politik ini telah membuat manusia yang bergabung di dalamnya menjadi semakin buruk sebagaimana yang diungkapkan dalam teori
Filsafat
manusia Thomas Hobbes. Konflik dua kubu antara koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih adalah sebagai realitas sosial yang ada di negara kita tercinta terjadi pada tahun 2014, bertepatan dengan pemilihan presiden Republik Indonesia yang ke tujuh. Konflik dua koalisi ini terjadi karena adanya persaingan antara keduanya untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia. Dua koalisi ini bertarung untuk mendapatkan kekuasaan dan pemerintahan Indonesia selama lima tahun ke depan. KMP dan KIH melakukan berbagai hal dari hal yang paling baik hanya untuk mengambil simpati masyarakat agar memilihnya pada pemilihan presiden. Dua koalisi ini saling menyerang satu sama lain dari segala sisi, agama, suku, ras, budaya, dan lain sebagainnya. Hal ini untuk menjatuhkan musuh dalam bersaing agar salah satu dari mereka menjadi pilihan masyarakat. Masalah yang diperdebatkan KMP dan KIH: 1. Persaingan diawali dengan pemilihan presiden, 2.
Pengesahan UU MD3,
3.
Pengesahan tata tertib DPR,
4.
Pengesahan UUD Pilkada,
4
5. Pemilihan pimpinan DPR, 6. Pemilihan paket pimpinan MPR. Masalah di atas tersebut akan peneliti bahas tentang realitas manusianya dengan mengunakan hakekat manusia dari Thomas Hobbes. Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah pusat segala persoalan sosial dan politik. Hobbes dalam hal ini memberikan sumbangan berarti dalam usaha manusia memahami dirinya. Hobbes mengatakan bahwa, manusia tidak bisa didekati dengan pendekatan normatif religius, karena pendekatan seperti ini semakin menjauhkan manusia dari realitas sosial. Cara terbaik untuk mendekati manusia menurut Hobbes adalah dengan melihat manusia sebagai sebuah „alat mekanis‟ dan memahaminya dari pendekatan matematis geometris (Suhelmi, 2011: 169). Hobbes mengakui kekuatan akal dan naluri dalam mengendalikan perilaku manusia adalah sama kuatnya. Akal akan lebih dominan menentukan perilaku manusia daripada naluri, sementara di lain kesempatan naluri lebih berperan. Alam memang telah menentukan demikian. Menurut Hobbes dalam keadaan alamiah, manusia secara alamiah setara, manusia bisa bertindak semata-mata mengikuti keinginan-keinginan dirinya, yaitu memuasakan hawa nafsunya. Manusia akan selalu berusaha menemukan cara dan jalan untuk mencapai apa pun yang membuatnya senang. Sebaliknya, karena naluri itu pula membuatnya berusaha dengan jalan apapun menghindari apa pun yang tidak disukainya. Hobbes mengatakan bahwasannya kehidupan manusia hanyalah suatu usaha terus menerus memuasakan hawa nafsu dan mencari kebahagiaan dan menghindari apa yang tidak disukainya (Suhelmi, 2011:170-171).
5
Mengenai teori tentang manusia Hobbes di atas, menjelaskan bahwasanya memang benar manusia itu mempunyai hasrat yang paling tinggi adalah mempertahankan dirinya masing-masing di depan orang lain agar keberadaannya aman dan damai dari ancaman manusia di sekitarnya. Hakikat manusia yang sebenarnya jika di hubungkan dengan Hobbes adalah manusia yang merdeka dari segala kesedihan dan kesengsaraan yang diperbuat orang lain kepadanya, dan selalu mewaspadai manusia yang berada di sekitarnya karena menurutnya adalah manusia yang lain itu ancaman bagi dirinya sendiri. Mansuia selalu ingin berusaha sebelum diserang oleh manusia di sekelilingnya. Manusia selalu ingin menyerang manusia yang lain terlebih dahulu. Konflik yang terjadi di antara manusia yang bergabung di dalam kelompok Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalsisi Merah putih adalah manusia yang serigala bagi manusia yang lainnya. Mengapa demikian, karena kedua kelompok itu sama-sama mengancam satu sama lainnya demi merebut kekuasaan pemerintahan, jika kekuasaan itu didapatkan dari salah satu kelompok maka itulah yang disebut kebahagian dalam filsafat manusia Thomas Hobbes. Maka dari itu Koalisi Indonesia Hebat adalah ancaman bagi Koalisi Merah Putih dan juga sebaliknya juga. Hakikat alamiah yang melekat pada diri manusia itulah menurut Hobbes yang melahirkan persaingan sesama manusia, dalam usaha memaksimalisasi kebahagiaan dan meminimalisasi penderitaan diri, manusia akan berhadapan dengan manusia lain. Maka ada sebagian manusia yang akan lebih berhasil mencapai lebih banyak kebahagiaan dan sedikit penderitaannya, tetapi di lain
6
pihak sebagian besar manusia lainnya lebih banyak menderita dari pada memperoleh kebahagiaan. manusia yang kalah dalam persaingan itu akan tersingkir, dan yang menang akan berkuasa (Suhelmi, 2011: 171). Hobbes menegaskan bahwa persaingan itu melahirkan rangsanganrangsangan alamiah untuk menggunakan kekuasaan dalam diri manusia, dalam menghadapi persaingan, manusia terdorong untuk menggunakan kekuasaan yang ada padanya. Kecenderungan itu semakin kuat menginggat manusia pada dasarnya adalah makhluk pemburu kekuasaan. Berdasarkan asumsi itu, Hobbes berpendapat bahwa kehidupan manusia akan selalu diwarnai oleh persaingan dan konflik kekuasaan. Kekerasan menjadi alat paling mampu yang sering digunakan dalam persaingan dan konflik itu. Tak mengherankan menurut Hobbes bila kemudian secara alamiah manusia akan saling memerangi manusia lainnya. Manusia akan menjadi serigala bagi manusia yang lainnya (homo homini lupus). Semua manusia akan berperang melawan semua (bellum omnium contra omnes. (Suhelmi, 2011: 171-172). 1.1.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apa konflik mendasar antara KMP dan KIH? b. Bagaimana hakikat manusia menurut Thomas Hobbes? c. Bagaimana Konflik antara Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih ditinjau dari hakikat manusia Thomas Hobbes?
7
1.1.2
Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran peneliti, tidak ditemukan
tulisan yang
membahas mengenai filsafat manusia Thomas Hobbes. Hanya ada satu itupun membahas tentang asal mula negara dengan menggunakan pemikiran Thomas Hobbes. Berdasarkan penelusuran peneliti di lingkup Universitas Gadjah Mada dan universitas lainnya belum ada penelitian filsafat manusia dalam pemikiran Thomas Hobbes untuk meninjau konflik antara Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih.karena itu penelitian ini dapat
dikatakan
baru
pertama
kali
dilakukan
serta
dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya. 1.1.3
Manfaat Penelitian
1) Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan sudut pandang yang baru mengenai hakikat manusia yang terjadi di dalam kelompok konflik kepentingan politik yang tergabung pada Koalisi Merah Putih dengan Koalisi Indonesia Hebat ditinjau dari filsafat manusia seorang filsuf Thomas Hobbes. 2) Bagi Ilmu Filsafat Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu kajian pustaka bagi akademisi jurusan ilmu filsafat, terutama konsentrasi terhadap Filsafat pada Manusia.
8
3) Bagi Bangsa dan Negara Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan manusia perpolitikan di Indonesia yang terjadi pada tahun 2014 terjadinya perebutan kekuasaan di antara dua koalisi yang mengatasnamakan kepentingan rakyat namun merugikan rakyat itu sendiri. Penelitian ini juga diharapkan untuk memberikan serta membangun kesadaran kepada politikus atau wakil rakyat atas tanggungjawab yang diamanahkan kepadanya, serta dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan dasar konflik antara KMP dan KIH. b. Menjelaskan secara deskriptif mengenai hakikat manusia menurut Thomas Hobbes. c. Menganalisis secara kritis kasus konflik antara KMP dan KIH dari tinjauan filsafat manusia Thomas Hobbes. 1.3 Tinjauan Pustaka Manusia adalah makhluk yang mempunyai akal. Manusia di dalam kehidupan sehari-hari manusia tahu tentang pekerjaannya, tentang rumahnya dan keluarganya, tentang kepandaian dan kekurangan-kekurangannya. Manusia membawa serta pengalaman dan macam-macam warisan, manusia menyusun rencana dan proyek-proyek baru. Aneka unsur dan aspek keadaan manusia diselidiki secara metodis-sistematis di dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan
9
kemudian pengetahuan itu dipergunakan secara terarah di dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, ilmu-ilmu eksakta meneliti manusia menurut unsur-unsur yang menyerupakannya dengan hal-hal yang bukan manusiawi. Unsur-unsur yang lebih khas manusiawi dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu sejarah, sosiologi, ilmu hukum, psikologi, dan antropologi budaya (Bakker, 2000: 11) Kehidupan manusia tidak bisa dihindari dari konflik. Manusia adalah makhluk yang sering melakukan kesalahan dan banyak kekurangan, dari masalah manusia tersebut menimbulkan perbedaan-perbedaan pendapat atau kepentingankepentingan yang bersifat individu maupun kelompoknya masing-masing. Dari hal tersebutlah menimbulkan konflik diantara manusia. Konflik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Konflik adalah kondisi yang terjadi ketika individu dan atau kelompok yang berbeda
terlibat
dalam
kompetisi
untuk
mencapai
tujuan-tujuan
yang
dipersepsikan sebagai tujuan yang tidak sejalan. Seringkali konflik terjadi secara disfungsional, yaitu berjalan melalui kompetisi yang tidak normal dengan menggunakan kekerasan fisik dan psikis. Penelitian ini akan membahas objek materinya adalah konflik antara Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah putih dengan tujuan agar sedikit bisa memberikan kontribusi serta menjawab permasalahan yang terjadi di antara keduanya. Perseteruan KIH dengan KMP di DPR sebagai imbas kekecewaan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Pilpres 2014 yang lalu, mengalahkan Prabowo yang diusung KMP.
10
Politisi PDI-P Aria Bima yakin konflik ini akan segera berakhir, demikian ungkapnya dalam wawancara dengan Kompas.com. Ketua DPR Setya Novanto mengisyaratkan akan segera berakhirnya konflik antara kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP). "Doakan saja, minggu ini konflik itu berakhir," ujar Setya saat hendak pulang dari Kompleks Parlemen, Selasa (4/11/2014). Setya mengatakan, dua petinggi partai politik yang merepresentasikan dua kekuatan politik di parlemen telah menjalin komunikasi. Arya Bima yakin pertemuan itu memberikan sinyal baik bagi DPR. Fraksi-fraksi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menggelar rapat konsultasi tandingan soal alat kelengkapan dewan (AKD) di ruang Pansus B, Gedung DPR, Jakarta. Wakil Ketua DPR sementara versi KIH, Effendi Simbolon mengatakan, rapat tersebut sebagai bentuk ketidakpercayaan atas pembentukan pimpinan komisi oleh Koalisi Merah Putih (KMP). "Kami tidak mengakui keabsahan pembentukan AKD dan pembentukan pimpinan komisi yang dibentuk oleh koalisi Prabowo (Subianto)," kata Effendi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2014). Saling sikut antara KMP dan KIH bersumber dari pemilihan presiden (Pilpres). Ajang mengejar kekuasaan ini kemudian berkelanjutan di pemerintahan yang baru. Elite partai tidak mempertimbangkan dampaknya. Refli Harun mengatakan dalam menetapkan suatu keputusan dan kebijakan di DPR diambil melalui musyawarah mufakat, bukan saling mau menang sendiri dengan melakukan segala cara (Harun, 2014:1).
11
1.4 Landasan Teori Filsafat manusia adalah bagian atau cabang filsafat yang mengupas apa artinya menjadi manusia (Leahy, 1993: 1). Filsafat manusia mencoba memberi jawaban terhadap pertanyaan sebagai berikut: apakah dan siapakah manusia itu?. Apakah makna hidup dan berkegiatan itu?. Jadi,
filsafat manusia tidak
menciptakan persoalan mengenai manusia, tetapi menemukan, mengakui, merumuskan, memeriksa secara kritis dan berusaha tanpa mengenal lelah untuk memberikan jawaban, yang diharapkan dapat menyinari permasalahan konkret dan eksistensial (Sastra-pratedja, 1983:15). Filsafat manusia telah kerap kali dinamakan “psikologi filosofis” atau “psikologi rasional” sebagai lawan dari “psikologi ilmiah”, “eksperimental”, atau “empiris”. namun nama ini
menimbulkan
keberatan
bahwa terlalu
menekankan satu sudut manusia saja, ialah kehidupan sadar, sebab “psyche” berarti „jiwa‟. Filsafat manusia membicarakan
manusia seluruhnya, dengan
segala sudutnya, maka jaman sekarang memakai nama “antropologi”. Nama itu berasal dari kata Yunani “anthropos” yang berarti „manusia‟, tetapi nama ini juga terpakai untuk menunjukkan ilmu-ilmu yang menyelidiki manusia secara positif, misalnya menurut aspek budaya, turunan, dan lain-lain; terutama dalam bahasa Inggris: “anthropology”. Oleh karena itu perlu diberi penjelasan tambahan, dan disebut “antropologi filsafati” untuk menunjukkan orientasi umum atau “antropologi metafisik” agar dengan khusus dipentingkan metode filosofis yang dipergunakan (Leahy, 1993: 1; Bakker, 2000: 18).
12
Manusia menurut Thomas Hobbes adalah makhluk yang sangat menginginkan kenikmatan dan keinginan menjauhi rasa sakit. Karena itulah, apa pun yang yang dilakukannya adalah demi memuaskan keinginannya dan untuk pemeliharaan diri. Keinginan itu bersifat individual. Jadi, kenikmatan yang diinginkannya adalah kenikmatan pribadi. Selain itu, manusia juga ingin menghindari dari penyakit secara pribadi (Rahman, 2013: 259-260). Karena manusia ingin memuaskan keinginannya sendiri, maka manusia dalam melakukan apa pun bentuknya memiliki maksud untuk memuaskan kepentingannya sendiri. Manusia dalam usaha meraih kepentingan pribadi ini saling bersaing antar satu dengan yang lainnya. Persaingan ini dilakukan untuk memperebutkan
sesuatu
yang
dapat
mendatangkan
kenikmatan
dan
menghilangkan rasa sakit. Manusia dalam persaingan ini tidak segan-segan untuk menundukkan dan menguasai sesamanya (Rahman, 2013: 259). Kekuasaan sangat penting bagi manusia. Tidak hanya untuk menguasai materi berupa harta benda, melainkan juga untuk dapat menguasai sesamanya. Manusia dengan menguasai sesamanya, akan memiliki budak-budak dari golongannya sendiri untuk mendatangkan kenikmatan pribadi dan pemeliharaan diri. Hobbes mengganggap kekuasaan sebagai sarana untuk mendapatkan kenikmatan dan pemeliharaan diri (Rahman, 2013: 259). Berdasarkan alasan tersebut, Hobbes pun menegaskan bahwa manusia yang bijaksana adalah manusia yang mampu memenuhi secara maksimal keinginankeinginannya dan menghindari rasa sakit untuk kesejahteraan individualnya. Oleh karena itu, manusia yang tidak mampu memenuhi keinginannya adalah manusia
13
yang lemah, manusia yang tidak bermartabat yang hanya bisa menjadi budak bagi manusia yang bijaksana. Oleh sebab itu, bagi Hobbes, yang terjadi dalam kehidupan sosial tak kurang dari perang semua melawan semua (bellum omnis contra omnia). Manusia dalam perang tersebut adalah serigala bagi sesamanya (homo homini Lupus) (Rahman, 2013: 259-260). 1.5 Metode Penelitian Untuk melaksanakan penelitian ini maka diperlukan suatu metode penelitian yang sistematis agar mendapatkan hasil yang baik. Penelitian ini akan disusun secara runtut dari awal sampai akhir secara sistematis. 1.5.1 Bahan dan Materi Penelitian Bahan dan materi penelitian berfungsi sebagai sumber penting dalam pengambilan data. Adapun proses pengambilan data didapatkan dengan mencari dan memahami konflik antara kelompok manusia KMP dan KIH melalui berbagai macam media baik cetak maupun elektronik lainnya. Selain itu juga, dilakukan kajian pustaka pada buku, jurnal, majalah, ataupun koran yang mengulas atau menerbitkan berita yang berkaitan dengan konflik Koalisi tersebut. Penelitian kepustakaan ini menggunakan bahan dan materi penelitian melalui penulusuran pustaka yang membahas tema terkait objek formal dan objek material penelitian yaitu sumber pustaka yang mengulas tentang Konflik yang terjadi terhadap manusia KMP dan KIH, serta membahas teori filsafat manusia Thomas Hobbes. Bahan dan materi penelitian terdiri dari dua bagian yaitu sebagai berikut. a) Sumber Primer 1) Hobbes, Thomas. 1985. Leviathan, Middlesex England: Penguin Books
14
2) Bakker, Anton. 2000. Antropologi Metafisik, Yogyakarta: Kanisius 3) Sumber Primer dalam penelitian ini adalah artikel dan karya ilmiah serta surat kabar yang berkaitan dengan konflik KMP dan KIH, dan buku-buku yang terkait pembahasan teori Filsafat manusia Thomas Hobbes. b) Sumber Sekunder 1) Skripsi yang ada kaitannya dengan tema penelitian baik menggunakan objek materinya maupun objek formalnya. 2) Buku, artikel, karya ilmiah, surat kabar, jurnal, dan media baik cetak maupun elektronik yang mengulas tentang Manusia maupun teorinya Thomas Hobbes. 1.5.2
Tahapan Penelitian
Adapun tahapan penelitian yang diambil oleh peneliti berjalan berdasarkan tahap demi tahap, yaitu sebagai berikut: 1) Pengumpulan data kepustakaan yaitu pencarian literatur yang berkaitan dengan tema konflik KMP dan KIH dan data yang menyangkut filsafat manusia Thomas Hobbes.Pada tahapan ini penelitian dilakukan dengan mengumpulkan berbagai datum yang menunjang bagi penelitian, baik objek material maupun objek formal. 2) Pengklasifikasian dan pengolahan data yaitu mengelompokkan data yang terkait dengan objek formal dan obek material, dan melakukan analisis terhadap data tersebut.Pada tahapan ini dilakukan klasifikasi terhadap data yang telah terkumpul. Pengklasifikasian ini bertujuan untuk membedakan data untuk objek formal dan objek material.
15
3) Penyusunan penelitian yaitu Setelah melakukan pengklasifikasian data maka tahapan berikutnya adalah penyusunan data penelitian yang sistematis dan objektif. Peneliti juga akan merumuskan analisis mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian. 1.5.3
Teknik Pengelolaan Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada buku Metodelogi Penelitian Filsafat karangan Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair (1994) penelitian ini merupakan penelitian tentang teori ilmiah yang menggunakan metode hermeneutika filosofis dengan model penelitian studi pustaka (library research). Setelah data terkumpul dan relevan untuk dikaji dan dianalisis dengan unsur metodis yang merupakan bagian terpenting dalam memproses data dan penyusunan secara ilmiah dengan unsur metodis berikut. 1) Deskripsi Seluruh hasil penelitian dibahasakan agar menjadi kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiranseperti halnya antara badan dan jiwa. Sebagaimana dalam ilmu sosial diberikan pendekripsian kasus kongkrit, demikan juga dalam penelitian filsafat disajikan deskripsi objek, dan situasi secara cermat agar pembahasan dalam penelitian dapat dipahami dengan jelas, sehingga suatu deskripsi merupakan salah satu unsur hakiki untuk menemukan eidos pada suatu fenomena tertentu. Sehingga memberikan uraian dan gambaran menyeluruh tentang hasil yang diinterpretasikan (Bakker, 1994: 54). Dalam penelitian ini akan mendiskripsikan tentang objek material yang berhubungan dengan konflik KMP dan KIH secara sistematis dan objektif, serta
16
akan mendiskripsikan juga objek formalnya dengan menggunakan teori Manusia Thomas Hobbes. 2) Interpretasi Setiap penelitian dalam pelaksanaannya melibatkan peneliti berhadapan dengan kenyataan yang dapat berupa fakta, peristiwa, ataupun data. Karena pada dasarnya interpretasi berarti bahwa tercapai pemahaman benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari (Bakker, 1994: 42). Peneliti akan menginterpretasikan data yang dikumpulkan secara teliti dan objektif. 3) Holistika Holistika merupakan corak khas dan suatu kelebihan dalam konsepsi seperti filosofis, sebab justru filsafat berupaya mencapai kebenaran yang utuh. Penelitian filsafat ini subjek yang menjadi objek studi, tidak hanya dilihat secara „atomistis‟, yaitu secara terisolasi dari lingkungan, maka manusia hanya dapat dipahami dengan memahami seluruh kenyataan dalam hubungan dengan dia, dan dia sendiri dalam hubungan dengan segalanya (Bakker, 1994: 46). Peneliti akan memahami masalah secara utuh tidak parsial apalgi subjektif, guna penguatan argumentasi yang akan dibagun oleh peneliti. 4)
Refleksi Dengan unsur metodis ini penulis akan berupaya merefleksikan secara kritis
mengenai konflik KMP dan KIH
yang ditinjau dari sudut pandang filsafat
manusia Thomas Hobbes dengan menjelaskan secara objektif kelebihan dan kekurangan teori filsafat manusia ketika digunakan untuk meninjau problema
17
konflik KMP dan KIH. kemudian menguraikan pandangan khas penulis sebagai sebuah saran dan kesimpulan. 1.6 Hasil Yang Dicapai Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Deskripsi tentang konflik mendasar antara KMP dan KIH. 2. Deskripsi tentang pemahaman hakikat manusia menurut Thomas Hobbes. 3. Analisis kritis tentang konflik mendasar KMP dan KIH dalam tinjauan Filsafat manusia Thomas Hobbes. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut. BAB I: berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai, sistematika penulisan dan daftar isi. BAB II: berisi tentang pembahasan objek formal penelitian yaitu mendiskripsikan teori hakikat filsafat manusia Thomas Hobbes. BAB III: berisi uraian tentang objek material penelitian yaitu menjelaskan akar masalah yang terjadi konflik antara KMP dan KIH. BAB IV: berisi penjelasan mengenai tinjauan filsafat manusia Thomas Hobbes terhadap Konflik KIH dan KMP.
18
BAB V: berisi penutup memuat kesimpulan dan saran terkait dengan inti penelitian terhadap manusia dari sudut pandang filsuf Thomas Hobbes melihat Konflik KMP dan KIH.