BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan. Biaya perawatan yang mahal, angka kematian dan kecacatan yang tinggi, serta lamanya proses perawatan di rumah sakit membuat penderita menjadi rawan terkena infeksi nosokomial. Pseudomonas aeruginosa menjadi bakteri yang paling sering menginfeksi luka bakar, karena memiliki sifat yang tahan terhadap suhu yang ekstrim. Pseudomonas aeruginosa juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial di rumah sakit, dengan komplikasi sepsis yang berujung kematian. Infeksi pada luka bakar sering disertai dengan resistensi bakteri terhadap obat anti bakteri, hal ini menambah peliknya penanganan pasien luka bakar (Nader, dkk., 2014). Pseudomonas aeruginosa memiliki resistensi terhadap banyak obat anti bakteri, dan berkembang biak dengan cepat bila flora normal ditekan (Jawetz, dkk., 2004; Deirdre, dkk., 2006). Anti-bakteri topikal dan desinfektan yang biasa digunakan dalam pengobatan infeksi pada luka bakar, sering menimbulkan reaksi alergi dan iritasi kulit, akhirnya memperlambat tingkat regenerasi kulit dan mengakibatkan bertambah lamanya waktu perawatan. Contohnya Silver sulfadiazin (SSD) sebagai pengobatan topikal yang paling sering digunakan pada luka bakar. Selain menyebabkan tertundanya proses penyembuhan luka, juga menimbulkan toksisitas ginjal dan leukopenia yang menyebabkan semakin mahalnya biaya perawatan
1
2
pasien, sehingga SSD tidak dianjurkan untuk digunakan dalam pengobatan jangka panjang. Banyak obat luka bakar yang telah diperkenalkan dalam literatur, namun sampai saat ini masih menjadi tantangan guna menemukan obat yang mampu mempersingkat fase rawat inap pasien luka bakar. Ada beberapa laporan tentang penggunaan obat herbal dalam penyembuhan luka bakar, menunjukan bahwa tanaman obat berbasis herbal memiliki khasiat terapi yang menjanjikan, dan dengan toksisitas rendah, dari segi harga juga lebih murah jika dibandingkan dengan obat sintetis (Cheppy, 2001; Hembing, 2001). Bahan alami khususnya tanaman tradisional yang memiliki khasiat obat, kembali dilirik guna dicari nilai farmakologisnya sebagai anti bakteri dan pemercepat regenerasi sel dalam proses penyembuhan luka bakar. Salah satu tanaman tradisional berkhasiat obat adalah binahong (Anredera cordifolia). Penelitian Amertha, 2007. didapatkan bahwa ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) terbukti lebih efektif dalam menyembuhkan luka bakar pada anak ayam coba, dibandingkan dengan salah satu obat luka bakar yang telah digunakan secara klinis. Memperhatikan hal ini, maka diperkirakan efektivitas ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) dalam penyembuhan luka bakar adalah mempercepat regenerasi sel dalam penyembuhan. Proses penyembuhan luka itu sendiri, terdiri dari 4 fase, yaitu: fase hemostatis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase pematangan. Pada fase inflamasi penyembuhan luka, salah satu marker inflamasi yang terpenting adalah interleukin 6 (IL-6) yang disekresikan oleh sel-T dan makrofag, di mana pada fase
3
inflamasi, makrofag menstimulasi sekresi vascular endothelial growth factor (VEGF) yang memicu proses angiogenesis, yang berperan penting dalam fase proliferasi penyembuhan luka, dengan meningkatkan jumlah pembuluh kapiler di bawah luka (Herndon, 2012 ; Versteeg, dkk., 2013).
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) secara topikal dapat meningkatan kadar interleukin 6 (IL-6) pada luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa?
2.
Apakah pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) secara topikal dapat meningkatan sekresi vascular endhotelial growth factor (VEGF) pada luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa?
3.
Apakah pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) secara topikal dapat mempercepat kesembuhan luka dilihat dari kecepatan penutupan luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peran ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) secara topikal dalam mempercepat proses penyembuhkan luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa.
4
1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Membuktikan pengaruh ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) secara topikal terhadap peningkatan kadar interleukin 6 (IL-6) pada luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa. 2. Membuktikan pengaruh ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) secara topikal terhadap peningkatan sekresi vascular endhotelial growth factor (VEGF) pada luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa. 3. Membuktikan pengaruh ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) secara topikal dalam mempercepat kesembuhan luka dilihat dari kecepatan penutupan luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa.
1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat akademik Ditinjau dari segi akademik penelitian ini bermanfaat sebagai: a. Sumber data mengenai manfaat ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia), untuk mempercepat penyembuhan luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa. b. Sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang pengujian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) serta pengaruhnya pada kadar Interleukin 6 (IL-6) dan vascular endhotelial growth factor (VEGF).
5
1.4.2. Manfaat praktis Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah untuk memperluas pengetahuan tentang potensi yang terdapat pada ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat daun tanaman tersebut sebagai pemercepat penyembuhan luka bakar tikus yang diinfeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa.