BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari
sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan. Lembaga ini terbentuk dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang berada di bawah koordinasi Kementerian Pertanian. Wujud dari program PUAP adalah dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp 100 juta yang disalurkan langsung ke rekening Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) sasaran program. Dana ini kemudian dikelola oleh unit usaha dalam GAPOKTAN dan di tahun ke-3 sejak penyaluran dana tersebut diharapkan berdiri sebuah Lembaga Keuangan Mikro Agrisnis yang merupakan unit usaha mandiri milik GAPOKTAN yang pengelolaannya terpisah dari GAPOKTAN itu sendiri. Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan PUAP tahun 2010, pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis disarankan menggunakan landasan hukum Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 yang kini telah diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012. Hal ini sejalan dengan UndangUndang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro yang mensyaratkan sebuah
Lembaga Keuangan Mikro setidaknya
memenuhi
persyaratan memiliki badan hukum, dan badan hukum yang dimaksud adalah koperasi atau Perseroan Terbatas (PT).
1
Sejak disalurkannya dana PUAP tahun 2008 di Daerah Istimewa Yogyakarta, telah terbentuk sejumlah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di kabupaten/kota se-Provinsi DIY. Ada yang telah berbadan hukum koperasi namun sebagian besar belum berbadan hukum. Jumlah LKM-A menurut kecamatan dan status badan hukumnya hingga tahun 2013 di Provinsi DIY dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah LKM-A Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Status Badan Hukumnya Tahun 2013 Kabupaten/Kota Jumlah Badan Hukum Belum Berbadan LKM-A Koperasi Hukum 35 0 35 Sleman 65 3 62 Bantul 88 0 88 Kulonprogo 142 2 140 Gunungkidul Yogyakarta 37 0 0 Jumlah 367 5 362 Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta, 2014 Menurut Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992, setiap koperasi harus dinilai kesehatannya setiap tahun. Pedoman penilaian kesehatan koperasi tersebut selanjutnya tertuang dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008. Penilaian kesehatan koperasi meliputi tujuh aspek, yaitu: 1) Permodalan, 2) Kualitas Aktiva Produktif, 3) Manajemen 4) Efisiensi, 5) Likuiditas, 6) Kemandirian dan Pertumbuhan, serta 7) Jatidiri Koperasi. Setiap aspek yang dinilai selanjutnya diberi skor yang kemudian dikategorikan seperti terlihat pada Tabel 1.2.
2
Tabel 1.2 Predikat Kesehatan Koperasi Simpan Berdasarkan 20/Per/M.KUKM/XI/2008 Skor Predikat < 20 Sangat Tidak Sehat 20 - < 40 Tidak Sehat 40 - < 60 Kurang Sehat 60 - < 80 Cukup Sehat 80 – 100 Sehat Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2009
Pinjam
Hasil penilaian kesehatan koperasi tersebut selanjutnya dijadikan sebagai salah satu ukuran kinerja bagi koperasi yang telah dinilai untuk melakukan berbagai perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas internal hingga dapat terus memperoleh kepercayaan dan memberi kontribusi positif bagi anggotanya. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Sedyo Makmur merupakan salah satu LKM-A di Provinsi Daerah Istimewa Yoyakarta yang berbadan
hukum
Koperasi
Serba
Usaha
(KSU)
dengan
nomor
116/BH/KDK12.1/V/2010 dan mulai beroperasi tahun 2010. Lembaga ini berlokasi di Desa Imogiri, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Berdasarkan Data Perkembangan PUAP tahun 2013 dari BPTP Yogyakara, KSU LKM-A Sedyo Makmur mengelola aset sebesar Rp. 576.600.200, sementara LKM-A lainnya rata-rata masih berada dibawah Rp. 200 juta. Selain itu, KSU LKM-A Sedyo Makmur juga merupakan satu-satunya LKM-A di Yogyakarta yang melakukan pelayanan selama 6 hari dalam seminggu sehingga KSU LKM-A Sedyo Makmur dapat dikategorikan sebagai LKM-A yang cukup signifikan perkembangannya dibandingkan dengan LKM-A lain yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3
1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh KSU LKM-A Sedyo Makmur sejak koperasi ini berdiri adalah hasil penilaian kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul setiap tahunnya hanya menempatkan KSU LKM-A Sedyo Makmur pada predikat “Cukup Sehat” dengan skor 74,45. Untuk lebih jelasnya, hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.3 Tabel 1.3 Nilai Kesehatan Koperasi KSU KSU LKM-A Sedyo Makmur Berdasarkan Aspek yang Dinilai No.
Aspek Yang Dinilai
Skor
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Permodalan Kualitas Aktiva Produktif Manajemen Efisiensi Likuiditas Kemandirian dan Pertumbuhan Jatidiri Koperasi Jumlah
10,80 16,25 14,15 9,50 7,50 6,75 10,00 74,45
Skor Maks. 15 25 15 10 15 10 10 100
% Pencapaian Skor 72 65 94 95 50 68 100
Sumber : Dinas Perindagkop Kab. Bantul (diolah), 2014 Berdasarkan Tabel 1.3, terlihat bahwa aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas serta aspek Kemandirian dan Pertumbuhan memperlihatkan persentase yang relatif rendah dari skor maksimal. Hal ini mengindikasikan masih terdapat sejumlah permasalahan pada kinerja lembaga ini yang berimbas pada nilai kesehatan koperasi yang belum sesuai dengan harapan manajemen. Selain persoalan kinerja, sebagai lembaga keuangan yang baru tumbuh KSU LKM-A Sedyo Makmur memiliki sejumlah potensi dan tantangan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Keberlanjutan lembaga ini tentunya sangat diharapkan mengingat lembaga ini merupakan salah satu dari sedikit lembaga 4
keuangan yang khusus didirikan untuk membantu pelaku agribisnis skala kecil dalam hal permodalan sehingga diperlukan strategi untuk pengembangannya di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kinerja manajemen KSU LKM-A Sedyo Makmur serta menyusun strategi untuk mengembangkan KSU LKM-A Sedyo Makmur agar dapat tumbuh menjadi lembaga keuangan yang kuat, mandiri dan berkelanjutan dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja manajemen KSU LKM-A hSedyo Makmur tahun 20112013 ? 2. Bagaimana strategi KSU LKM-A Sedyo Makmur untuk pengembangannya di masa yang akan datang ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kinerja manajemen KSU LKM-A Sedyo Makmur tahun 20112013 2. Merumuskan strategi untuk mengembangkan KSU LKM-A Sedyo Makmur dimasa mendatang
5
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang penulis harapkan melalui penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program PUAP. 2. Bahan pembanding serta referensi bagi peneliti yang berkaitan dengan LKM-A ini di masa yang akan datang. 3. Sebagai ajang untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai Lembaga Keuangan Mikro, khususnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis.
6