Bab I Pendahuluan
Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep ‘pertumbuhan iman’ ini dengan konsep tentang keselamatan yaitu ketika seseorang percaya kepada Yesus Kristus maka ia akan diselamatkan dan sejak saat itulah ia harus mengusahakan pertumbuhan imannya. Dengan demikian konsep ‘pertumbuhan iman’ ini tidak pernah dilepaskan dari pemahaman orang-orang percaya mengenai jati dirinya dan bahkan telah menjadi salah satu kebutuhan kehidupan pribadinya.
Oleh karena itu, konsep pertumbuhan iman tersebut menjadi sebuah konsep yang sangat penting bagi orang-orang percaya. Hal itu nampak dari seringnya kata “pertumbuhan iman” itu diucapkan dalam kotbah, kelompok-kelompok PA (Pemahaman Alkitab), persekutuan, rapat-rapat bahkan perbincangan sehari-hari. Misalnya: ketika ada sebuah kelompok Pemahaman Alkitab membicarakan tentang berbagai macam permasalahan yang sedang dihadapi oleh masing-masing anggota kelompok, seringkali kata “pertumbuhan iman” tidak lupa untuk menjadi bahan perbincangan.
Tetapi pada jaman sekarang pemahaman orang-orang Kristen tentang “pertumbuhan iman” telah menjadi kabur, karena mereka selalu mengkaitkan antara pertumbuhan iman dengan memiliki banyak pengetahuan tentang alkitab atau juga dapat berbicara banyak tentang alkitab saja. Akibatnya, banyak orang yang memiliki pengetahuan yang banyak tentang alkitab menjadi sombong dan merasa dirinya hebat atau lebih dewasa dari orang lain, sehingga mereka seringkali memandang rendah orang-orang yang pengetahuan alkitabnya rendah/sedikit, apalagi orang-orang yang tidak beriman seperti mereka.
Selain pemahaman diatas, pemahaman yang kabur tentang pertumbuhan iman juga terlihat ketika konsep pertumbuhan iman itu dikaitkan dengan kesalehan hidup saja. Sehingga orang yang tidak terlihat saleh hidupnya dianggap tidak bertumbuh imannya dan orang yang berpakaian rapi, sopan dan terlihat seperti seorang malaikat sebagai orang yang bertumbuh imannya. 1
Akibatnya, orang-orang Kristen lebih banyak memusatkan diri pada hubungan vertikal yaitu hubungan manusia dengan Allah daripada hubungan horisontal yaitu dengan sesama manusia, dan semakin lama pemahaman itu semakin tidak jelas ketika mereka merasa puas hanya berhubungan dengan Allah saja. Sehingga ibadah tidak lagi untuk memuaskan hati Allah tetapi sebaliknya untuk mencari kepuasan diri sendiri. Misalnya: ketika seseorang dapat menyanyi dan berdoa sambil menangis mereka merasa puas karena sudah dapat berdoa atau memuji dengan sungguh-sungguh. Juga ketika mereka melihat bahwa dirinya telah rajin membaca alkitab, punya banyak pengetahuan dan tahu kehendak Tuhan, mereka menjadi puas.
Namun bukan berarti pandangan di atas salah, sebab pertumbuhan iman juga tidak bisa dilepaskan dari pengetahuan seseorang tentang alkitab sebagai ‘Firman Tuhan’ dan kesalehan hidup. Oleh karena itu, bukan berarti juga penulis mendukung pemahaman yang menganggap bahwa menyelidiki Alkitab secara tekun itu tidak perlu dan hidup saleh itu tidak penting.
Pemahaman yang benar tentang konsep “pertumbuhan iman” kini menjadi sedemikian penting selain berpengaruh pemahaman seseorang tentang jati dirinya, juga menjadi sangat penting ketika membicarakan masa depan gereja karena masa depan gereja sangat bergantung pada orang-orang yang hidup di dalamnya. Jika orang-orang yang ada di dalam gereja memiliki pemahaman yang salah tentang pertumbuhan iman ini maka lambat laun pemahaman yang salah itu akan menjadi budaya dan akhirnya akan menjadi sebuah rumusan pengajaran yanga akan diajarkan turun temurun.
Disamping itu, belum adanya buku yang secara khusus membicarakan hal pertumbuhan iman ini. Kalaupun ada, seringkali tidak dibicarakan secara mendalam seolah-olah penulis mengandaikan pembaca sudah tahu sehingga mereka hanya menekankan pada langkahlangkah untuk mencapai pertumbuhan iman saja. Oleh karena itu, wajar saja apabila banyak orang-orang kristen yang merasa putus asa, karena seringkali gagal dalam prakteknya. Hal itulah yang kemudian menantang penulis untuk menggali konsep itu secara lebih mendalam. Diharapkan bahwa hasil dari penyelidikan ini dapat memberikan sumbangan bagi pembinaan kehidupan berjemaat di gereja-gereja pada umumnya dan di GKI Coyudan Khususnya. 2
Permasalahan Skripsi Penelitian yang berusaha untuk memperoleh pemahaman yang benar tentang konsep ‘pertumbuhan iman’, memiliki cukup banyak referensi yang terdapat dalam kitab perjanjian baru tetapi pada penulisan skripsi ini, penulis merujuk kepada surat Paulus kepada jemaat di Kolose. Hal ini dipilih penulis karena beberapa pertimbangan yaitu: pertama, pemikiran Paulus yang terdapat dalam surat-suratnya selalu menjadi pegangan atau dasar kehidupan bergereja. Kedua, surat Paulus kepada jemaat di Kolose seringkali menjadi salah satu rujukan orang-orang kristen ketika membicarakan tentang pertumbuhan iman, terutama Kolose 2:6,7. ketiga, surat Kolose ini memperlihatkan pemikiran Paulus yang sangat mendalam tentang iman.
Dalam penelitian terhadap kitab kolose ini, penulis dibantu dengan beberapa pertanyaan yang akan menjadi titik tolak penelitian yaitu antara lain: a.
Apa yang dimaksud dengan berakar di dalam Dia? Kolose 2:7
b.
Apa yang dimaksud dengan dibangun di atas Dia? Kolose 2:7
c.
Bagaimana Kristus digambarkan dalam surat Kolose berkaitan dengan makna dari Kolose 2:6,7
d.
Mengapa orang yang telah menerima Kristus harus berakar dan dibangun di atas Dia?
e.
Bagaimana kaitan antara Kolose 2:6,7 dengan profil manusia baru yang digambarkan dalam Kolose 3:5-17
Penulisan skripsi ini akan meneliti surat kolose keseluruhan secara garis besar, karena penulis akan lebih fokus pada kolose 2:6,7. Hal ini dikarenakan kolose 2:6,7 sebagai fokus penelitian tidak bisa dipisahkan dengan seluruh isi surat kolose. Sekalipun demikian, penulis tetap akan melihat beberapa bagian surat kolose yang terkait erat dengan kolose 2:6,7 dengan lebih mendalam.
Dengan demikian, berdasarkan beberapa pertimbangan dan pemahaman di atas maka penulis memilih judul “Pertumbuhan Iman” (Studi eksegetis surat Kolose dan relevansinya bagi kehidupan bergereja di GKI Coyudan) untuk penulisan skripsi ini.
3
Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam usaha penyelidikan terhadap masalah yang telah dipaparkan diatas adalah metode eksegetis, khususnya metode Historis Kritis. Alasannya, yang pertama adalah karena kelemahan model penafsiran yang dilakukan oleh Gereja atau orang-orang Kristen secara khusus terhadap usaha pemahaman Alkitabnya. Yaitu bahwa mereka lebih banyak melihat pada teks Alkitab secara harafiah atau secara tekstual saja, sehingga sangat kurang mendalami makna dari kata-kata yang tercantum dalam teks dari segi historisnya. Yang kedua, supaya dalam pembahasannya nanti, dimungkinkan juga untuk meninjau latar belakang historis, sosiologis dan budaya dari surat Paulus kepada Jemaat di Kolose.
Metode eksegetis ini memiliki tujuan yang sangat sederhana yaitu agar kita dapat memperoleh pemahaman yang tepat dan memadai atas sebuah teks, khususnya pada pemahaman Paulus tentang pertumbuhan iman. Tetapi, sekalipun tujuannya sangat sederhana, ternyata Metode Eksegetis Historis Kritis inipun merupakan kumpulan dari pelbagai macam metode atau pendekatan. Metode-metode atau pendekatan-pendekatan ini sangat berguna karena akan membantu kita untuk menilai secara kritis teks-teks Alkitab yang mengandung banyak aspek yang rumit.
Adapun pendekatan yang akan dipakai oleh penulis dalam tulisan ini adalah, pertama kritik teks yaitu mencari susunan kata yang asli 1 . Kita mengetahui bahwa Alkitab kita merupakan hasil dari salinan terhadap teks yang asli. Salinan-salinan itu beragam dan kemungkinan besar terjadi penambahan disana-sini oleh penyalin maka dengan kritik teks ini hendak dicari teks-teks Alkitab yang mendekati teks Alkitab yang asli. Kedua, kritik bentuk yaitu menyelidiki jenis dan kedudukan teks dalam kehidupan (Sitz im Leben) 2 . Teks Alkitab tidak hadir begitu saja dalam kehidupan manusia tetapi ia dihadirkan oleh manusia dalam situasi kehidupan tertentu pada jamannya. Sehingga sangat penting untuk merekonstruksi ragam situasi kehidupan dan mencari fungsi teks dalam kehidupan Gereja mula-mula
1 2
John H.Hayes dan Carl R. Hlladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, BPK GM, Tahun 1996, hal 37-48 Dr. A.A. Sitompul dan Dr. Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, BPK GM, Tahun 1999, hal 239-247
4
Sistematika Penulisan Berdasarkan uraian diatas maka dalam penulisan skripsi ini akan dibuat menurut sistematika sebagai berikut: I.
Pendahuluan Dalam bagian ini akan dibahas latar belakang permasalahan, permasalahan skripsi dan pemilihan judul dan alasannya, metode penelitian dan sistematikan penulisannya.
II.
Pengantar ke dalam Surat Kolose Dalam bagian ini akan dibahas: a. Latar belakang dari Surat Kolose yaitu situasi historis Kolose pada jaman surat itu ditulis dan situasi historis dari penulisnya. Termasuk juga akan dibahas tujuan penulis dan permasalahan dalam surat kolose. b. Garis besar surat Kolose
III.
Tafsir surat Kolose 2:6,7 Sehubungan dengan Topik yang telah dipaparkan dalam pendahuluan maka Penulis akan memulai menafsir surat Kolose 2:6,7 dengan memperhatikan juga ayat-ayat yang mendahului dan ayat-ayat yang menyusuli Kolose 2:6,7 ini, secara lebih intensif.
IV.
Berteologi secara kontekstual dengan diinspirasikan oleh surat Kolose 2:6,7 Setelah memperoleh hasil penafsiran dari surat Kolose maka penulis akan berteologi dengan kehidupan bergereja di GKI Coyudan Solo. Bagian ini dibagi menjadi: a. Pemahaman tentang ‘pertumbuhan iman’ yang kini berkembang di GKI Coyudan. b. Pemahaman yang diperoleh penulis melalui studi eksegetis terhadap surat Kolose. c. Perbedaan yang terjadi diantara kedua pemahaman di atas. d. Bagaimana hasil penelitian ini dapat membantu melengkapi kekurangan dari pemahaman yang sudah ada di GKI Coyudan.
V.
Penutup Di bagian ini penulis hendak mengakhiri skripsi ini dengan melihat pada kondisi masa depan sebagai harapan dari apa yang telah penulis temukan dalam penelitian. 5