BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan
tanggung-jawab bersama, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama dari semua pihak yang bersangkutan, seperti pemerintah, aparat, masyarakat, media massa, keluarga, remaja itu sendiri, dan pihak-pihak lain. Maraknya kasus narkoba belakangan ini, terutama yang mengincar anak-anak di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) tak urung membuat masyarakat resah, khususnya orang tua. Anak sekolah menengah atas adalah sasaran empuk bagi pengedar narkoba dikarenakan anak sekolah sangat mudah dirayu dan ingin coba – coba karena mereka penasaran. Lantas jika sudah masuk ke lingkungan sekolah bagaimana? Disinilah peran sekolah dan guru sangat diperlukan untuk mencegah masuknya narkoba ke dalam lingkungan sekolah. Penyalahgunaan narkoba terjadi karena korban kurang atau tidak memahami apa narkoba itu sehingga dapat dibohongi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab (bandar & pengedar). Keluarga, khususnya orang tua tidak tahu atau kurang memahami hal-hal yang berhubungan dengan narkoba sehingga tidak dapat
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
memberikan informasi atau pendidikan yang jelas kepada anak-anaknya akan bahaya narkoba. Hal ini disebabkan kurangnya penyuluhan dan informasi di masyarakat mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba. Untuk itu penyuluhan dan tindakan edukatif harus direncanakan, diadakan dan dilaksanakan secara efektif dan intensif kepada masyarakat yang disampaikan dengan sarana atau media yang tepat untuk masyarakat. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan dampak kerugian terhadap kondisi kesehatan jasmani seseorang, begitu juga kondisi psikis pemakainya. Perubahan psikis sering menimbulkan kendala hubungan sosial bagi penyalahguna narkoba dalam keluarga maupun masyarakat umum di sekitarnya. Seorang penyalahguna narkoba tidak akan hidup normal layaknya anggota masyarakat lainnya. Mereka biasanya mempunyai tingkah laku yang aneh dan menciptakan ketergantungan fisik dan psikologis pada tingkatan yang berbeda. Ketergantungan berarti mereka tidak dapat hidup tanpa menggunakan narkoba. Ketergantungan tersebut menyebabkan timbulnya rasa sakit jika ada upaya mengurangi penggunaan narkoba atau bahkan menghentikannya. Sedang ketergantungan secara psikologis dapat menimbulkan tingkah laku yang kompulsif (mendorong) untuk memperoleh barang-barang haram tersebut. Bahkan sering kali penyalahguna akan melakukan tindakan kriminal untuk memperoleh uang yang kemudian digunakan buat membeli narkoba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Budi Waseso kembali menyatakan Indonesia dalam kondisi darurat narkoba dengan jumlah kematian 50 orang per hari karena barang haram ini. Sekitar 5 juta dari penyalahguna narkoba, 40-50 orang per hari meninggal karena narkoba, kerugian negara akibat narkoba mencapai Rp63,1 triliyun. Sementara di Indonesia diketahui sekitar 60 jaringan yang beroperasi. Ini berarti rata-rata Rp 1 triliyun tiap jaringan.1 Keadaan yang lebih parah lainnya yang sering terjadi pada korban saat tubuh seorang kebal akan narkoba, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya akan narkoba menjadi meningkat supaya mencapai efek yang sama. Akibat fatal yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba dengan dosis tinggi dan dilakukan secara sering dapat menyebabkan kematian. Berkaitan dengan penanggulangan narkoba, sekolah memegang peranan penting karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak-anak muda yang sering dijadikan sasaran. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional diketahui tersangka penyalahguna narkoba yang coba pakai pada tahun 2014, berjumlah 1.624.026, meningkat 12% dari tahun 2011 sebesar 1.159.649, yang dimana penyalahguna coba pakai ini terdiri dari remaja atau golongan pelajar. Menurut hasil penelitian Fakultas Psikologi Universitas Autonoma Barcelona pada tahun 2007, mereka yang terkena narkoba di sekolah umumnya berawal dari merokok. Bahkan, anak-anak yang potensial menjadi penyalahguna narkoba biasanya 1
http://www.antaranews.com/berita/548440/bnn--50-orang-meninggal-per-hari-karena-narkoba
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
berawal dari kebiasaan merokok kemudian meningkat dengan mencoba-coba mengisap/mengkonsumsi ganja, kemudian berlanjut memakai sabu-sabu dan narkoba jenis lainnya Untuk mengantisipasi dan mengurangi maraknya peredaran narkoba di kalangan pelajar terutama siswa sekolah menengah atas, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta menargetkan membentuk Satuan Tugas Antinarkoba (Satgas Antinarkoba) di 10 sekolah setingkat SMA. Sampai saat ini, BNNP DKI sudah berhasil membentuk Satgas Antinarkoba di 5 sekolah setingkat SMU baik negeri dan swasta di DKI Jakarta. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Provinsi DKI, Emma Suryaningtyas, mengatakan di setiap sekolah ada 20 siswa yang diangkat menjadi Satgas Antinarkoba. Mereka mendapat pembekalan dan pelatihan khusus dari BNNP DKI Jakarta seputar bahaya narkoba. Siswa yang dipilih menjadi Satgas Antinarkoba di setiap SMU adalah siswa kelas X dan XI. Jumlahnya 20 orang di setiap sekolah. Mereka inilah yang diharapkan sebagai ujung tombak pencegahan masuknya narkoba ke kalangan pelajar. Pembentukan Satgas Antinarkoba di SMA ini baru dilakukan tahun 2015. Targetnya ada 10 sekolah yang disasar dibentuk Satgas Anti narkobanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Ada tanggung jawab yang harus dijalankan setiap anggota Satgas Antinarkoba yang dibentuknya di setiap sekolah. Diantaranya adalah memberikan edukasi ke siswa lain mengenai bahaya narkoba agar siswa tidak sekalipun mencoba narkoba.2 Kemendikbud sebagai lembaga pemerintah yang ditugasi menangani masalah pendidikan telah mengkampanyekan anti narkoba serta membentuk lembaga kebugaran jasmani yang bertugas mengurusi masalah narkoba. Namun pada tahun 2012 lembaga ini dibubarkan. Program pendidikan yang efektif dan luas merupakan bagian yang penting dari tindakan penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Pencegahan melalui pendidikan sebagai sebuah proses berkesinambungan dengan tujuan menghindari narkoba, merupakan cara yang strategis. Dari sisi pendidikan kurikulum materi pengenalan tentang narkoba di pelajaran SMA sebenarnya sangat dimungkinkan dimasukan karena kurikulum sekarang yang disebut kurikulum 2013 dapat dilakukan secara terintegrasi. Misalnya, ketika seorang guru mengajarkan pelajaran Agama dan bahasa Indonesia dengan bacaan-bacaan yang membahas bahaya penyalahgunaan narkoba mata pelajaran tersebut bisa membangun sosialisasi kesadaran anak-anak. Oleh karena itu sistem pendidikan sekolah, pendidikan dan motivasi guru merupakan hal penting yang tidak akan diabaikan untuk dapat menjamin siswa secara efektif menolak narkoba dan memilih cara hidup sehat. Dengan demikian perlu 2
http://wartakota.tribunnews.com/2015/03/05/bnnp-dki-bentuk-satgas-antinarkoba-di-5-sma-dijakarta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
disiapkan materi pengajaran masalah cara hidup sehat bebas dari narkoba sejak Sekolah Dasar. Namun yang menjadi kendala di dunia pendidikan sekarang belum seluruh guru mempunyai pengalaman dan pengetahuan dasar tentang narkoba.3 Itulah sebabnya di sekolah dasar sekarang ini dialokasikan dana khusus untuk mengadakan buku-buku tentang narkoba yang akan bermanfaat bagi penyadaran anak-anak dari ancaman bahaya narkoba. “Serta mencegah anak-anak agar tidak terjerumus kedalam pengaruh buruk narkoba,”. Sebab, mereka yang sekali terkena narkoba, akan sulit untuk berhenti dan korban akan terus tergantung serta terjebak dalam sebuah lingkaran setan. Pencegahan berbasis sekolah (School Based Prevention) lebih mudah dilaksanakan karena sekolah lebih berstruktur sehingga dapat diadakan pengawasan meskipun dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu. Dalam melaksanakan pendidikan pencegahan di sekolah dalam kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler yang menyangkut upaya meningkatkan kualitas hidup secara bertahap disisipkan pengetahuan atau pelajaran yang bertujuan untuk mensosialisasikan kebijakan penanggulangan dan bahaya penyalahgunaan narkoba. Dalam pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah perlu diadakan langkah-langkah, sebagai berikut antara lain : 4
3
http://wartakota.tribunnews.com/2015/03/05/bnnp-dki-bentuk-satgas-antinarkoba-di-5-sma-dijakarta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
1. Menilai besar dan luasnya masalah dan mengembangkan mekanisme pengawasannya. 2. Tetapkan kebijakan yang jelas dan konsisten yang berlaku bagi siswa, guru dan semua personil di lingkungan sekolah yang menyelesaikan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah tidak dibenarkan. 3. Melaksanakan ekstrakurikuler,
pendidikan
pencegahan
mensosialisasikan
dan
melalui
kurikulum
melaksanakan
dan
kebijakan
penanggulangan. Kemudian mengikuti/mengadakan pelatihan untuk para guru tentang pencegahan narkoba untuk mengetahui materi-materi yang perlu dikuasai terampil menggunakan metode mengajar sesuai tingkat dan umur serta gejala-gejala penyalahgunaan narkoba. 4. Menyelenggarakan program bantuan/pendukung anak-anak sejak TK sampai dengan SMA, antara lain kelompok belajar, kegiatan-kegiatan alternatif, konseling untuk teman sebaya, ketrampilan, kerja bakti sosial dan lain-lain. Kemudian mengharapkan partisipasi orang tua, dan pendekatan terpadu sekolah dan masyarakat. Salah satu prioritas pembangunan pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia di era globalisasi. Peningkatan kualitas SDM ini hanya dapat dipenuhi dengan penyiapan peserta didik dan generasi muda yang aktif, dinamis dan mampu menjawab tantangan 4
lampung.bnn.go.id/wp/2016/12/05/peranan-sekolah-dalam-pencegahan-narkoba
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
global, bukan generasi muda yang malas, rendah diri, apatis, kurang gairah, dan bermasa depan suram. Pada beberapa peserta didik, perilaku-perilaku negatif ini banyak dijumpai sebagai akibat penyalahgunaan narkoba yang saat ini sangat memperihatinkan.5 Alasan peneliti memilih judul Pola Komunikasi Guru Bimbingan Konseling, Guru Olahraga dan Murid sebagai judul penelitian dan SMAN 63 Jakarta sebagai tempat penelitian ialah karena peneliti ingin melihat dan mengetahui pola komunikasi yang terjadi di masyarakat, terutama di dunia pendidikan atau di sekolah. Pola komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh guru kepada muridnya dalam menyampaikan pesan guna mencegah masuknya narkoba kedalam lingkungan sekolah dan juga SMAN 63 Jakarta sudah bekerjasama dengan pihak eksternal terkait dengan narkoba, yaitu Badan Narkotika Nasional dan Polri sejak tahun 2014 dengan melakukan kampanye – kampanye anti narkoba dan seminar tentang narkoba. Itulah mengapa peneliti tertarik melakukan penelitian di SMAN 63 Jakarta, karena di SMA lain tidak terlalu banyak yang melakukan kerjasama seperti SMAN 63 Jakarta. Seiring dengan perkembangan zaman, era komunikasi yang semakin maju sangat memudahkan anak sekolah menggunakan gadget atau handphone terbaru. Namun di era yang sekarang kini mereka menyalahgunakan alat komunikasi tersebut untuk hal yang tidak semestinya dilakukan untuk anak seumur mereka.
5
http://indonesiabergegas.bnn.go.id/index.php/en/component/k2/805-peranan-sekolah-dalampencegahan-narkoba
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Alat komunikasi tersebut mereka pakai untuk mencari – cari sesuatu atau apa yang ingin mereka tahu. Dari situlah mereka bisa mendapatkan
kontak atau
seseorang untuk berkenalan, lalu bertemu dan bergaul. Perlahan mereka mencoba – coba dan ingin tahu apa itu narkoba. Narkoba dapat masuk ke dalam lingkungan sekolah melalui seseorang yang berjualan melalui dunia maya secara diam – diam dan mengintai anak – anak sekolah yang belum terlalu paham dengan apa yang dinamakan narkoba. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas.6 Untuk itu peneliti tertarik ingin mengungkapkan lebih jauh lagi tentang “POLA
KOMUNIKASI
GURU
BIMBINGAN
KONSELING,
GURU
OLAHRAGA DAN MURID DALAM PENCEGAHAN NARKOBA DI SMAN 63 JAKARTA” 1.2.
Fokus Penelitian Seiring dengan maraknya narkoba didalam lingkungan sekolah, terutama di
SMA. Maka fokus dari penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi yang
6
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung, PT. Rajagrafindo Persada. 2011 Hal. 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
dilakukan oleh guru kepada muridnya dalam upaya pencegahan narkoba di lingkungan sekolah?
1.3.
Identifikasi Masalah Seiring dengan maraknya narkoba di lingkungan sekolah dan begitu
banyaknya siswa/i SMA mulai mengenal dan mengetahui narkoba,. Maka permasalahan penelitian ini adalah; 1. Pola komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan terkait dengan narkoba ? 2. Bagaimana cara guru menumbuhkan hubungan interpersonal kepada muridnya dalam komunikasi interpersonal?
1.4.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pola komunikasi yang seperti apa yang dilakukan oleh guru terhadap murid dalam mencegah narkoba di lingkungan sekolah? 2. Bagaimana cara guru menumbuhkan hubungan interpersonal pada muridnya agar komunikasi berjalan dengan baik?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
1.5.
Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Akademis Dalam
tugas
penelitian
ini
dapat
memberikan
informasi
terhadap
berkembangnya ilmu komunikasi, khususnya untuk bidang kehumasan mengenai peran Public Relations dalam menjalankan pola komunikasi yang baik. Serta bagaimana seorang Guru mampu menjalin komunikasi yang baik kepada para muridnya.
1.5.2. Manfaat Praktis Dalam tugas penelitian ini diharapkan Guru selalu mempunyai cara atau pola komunikasi komunikasi yang baik terhadap murid agar terwujudnya persepsi komunikasi yang sama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/