BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Terdapat banyak media yang digunakan oleh organisasi non pemerintah dalam menjalankan komunikasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satunya adalah video. Selain untuk tujuan edukasi dan informasi, penggunaan media video dalam komunikasi pembangunan terutama adalah untuk membangun
komunikasi
partisipatif
masyarakat
dan
untuk
mendorong
pembelajaran internal komunitas. Salah satu contoh penggunaan video untuk mendorong pembelajaran internal komunitas adalah program Video Komunitas yang diselenggarakan oleh PT Kawanusa1, sebuah organisasi non pemerintah, di Bali. Program tersebut berjalan pada tahun 2007 – 2008 di pedesaan Kabupaten Tabanan. Program ini menghasilkan video-video yang digunakan oleh masyarakat untuk pembelajaran diantara warganya. Pengembangan video komunitas di Tabanan menarik untuk diteliti karena program tersebut menggunakan video yang diproduksi oleh masyarakat
1
PT Kawanusa adalah lembaga pengembangan sumber daya masyarakat berkedudukan di Bali
dengan spesialisasi media populer. PT Kawanusa adalah wadah bagi kelompok masyarakat untuk mengembangkan kemampuan merancang dan memproduksi media guna penguatan pengetahuan lokal masyarakat. Salah satu peran strategis Kawanusa adalah untuk mengembangkan berbagai media
populer
strategi
untuk
mendorong
www.kawanusa.co.id.
1
transformasi
sosial.
Laman
rujukan
2
sendiri untuk pembelajaran internal komunitas. Video ditonton oleh komunitas dan mendorong terjadinya diskusi dan dialog diantara audiens yang membaca video menurut interpretasi dan relasi pribadi tema video dengan realitas diri mereka. Diskusi dan dialog penonton video selanjutnya akan menciptakan saling tukar pengalaman dan pengetahuan antar warga sehingga pemaknaan atas isi video terjadi sebagai proses pembelajaran masyarakat. Video banyak dipilih oleh lembaga non pemerintah sebagai alat membangun komunikasi masyarakat karena video disukai oleh masyarakat dan mudah diterima karena lebih menarik, yaitu dapat menampilkan gambar bergerak dan suara. Video juga unggul dalam menembus hambatan literasi baca tulis pemirsanya, karena gambar dan suara yang tersaji tidak membutuhkan kemampuan membaca untuk dapat dipahami. Keunggulan lain adalah kemampuan video dalam menampilkan lokalitas. Video dapat disulih suara (dubbing) sehingga pembuat dapat menggunakan bahasa lokal yang dipahami oleh pemirsanya. Penggunaan bahasa lokal ini merupakan keuntungan untuk menarik minat masyarakat terlibat dalam membuat dan menonton video. Memasukkan unsur lokal seperti bahasa sangat penting bagi organisasi non pemerintah karena mereka pada umumnya bekerja di wilayah-wilayah pinggiran, masyarakat terpencil yang kurang fasih berbahasa Indonesia. Pada perkembangannya, lembaga non pemerintah tidak hanya membuat video untuk masyarakat tetapi memfasilitasi masyarakat untuk membuat video tentang mereka sendiri. Video tidak hanya untuk tujuan
memberi informasi
kepada masyarakat tetapi berubah ke arah video untuk memberi kesempatan dan
3
ruang bagi masyarakat menyampaikan suaranya kepada pihak lain seperti pemerintah atau swasta untuk aspirasi pembangunan, maupun kepada sesama masyarakat untuk berbagi gagasan dan pemikiran untuk pembelajaran. Penggunaan video untuk pemberdayaan yang dibuat oleh masyarakat menurut kepentingan mereka sendiri dan untuk tujuan yang mereka tetapkan sendiri dikenal sebagai video partisipatif atau video komunitas. Video komunitas juga merupakan video yang dibuat dengan cara-cara partisipatif oleh masyarakat tetapi secara khusus menunjuk pada komunitas tertentu yang memproduksi video tersebut. Komunitas yang dimaksud di sini adalah kumpulan orang-orang dengan hubungan sosial yang mendiami satu wilayah tertentu. Video komunitas memiliki potensi menjadi media pembelajaran masyarakat karena dalam penggunaannya masyarakat berkomunikasi dan saling berbagi pengetahuan dan pengalamannya. Pengalaman masyarakat Tabanan dalam memanfaatkan video komunitas untuk pembelajaran masyarakat akan dieksplorasi kembali dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 ini. Penelitian tersebut perlu dilakukan untuk melihat kemanfaatan video komunitas setelah lima tahun berlalu sejak dibuat oleh masyarakat. Jika dilihat pada situasi saat ini masihkan video komunitas memiliki konteks terhadap situasi masyarakat yang sama? Untuk mengetahuinya sebuah penelitian terhadap empat video komunitas dilakukan terkait pemanfaatannya untuk pembelajaran masyarakat.
4
1.2.
Rumusan Masalah
Menurut esensinya video komunitas berfungsi setelah selesai dibuat. Fungsi video komunitas dalam hal membangun diskusi dan dialog sehingga memberikan pembelajaran kepada masyarakat. Masyarakat Tabanan di Desa Pakraman Piling dan Desa Pakraman Pacung memproduksi video-video komunitas pada kurun waktu 2007 – 2008. Produksi video tersebut berjalan dalam sebuah program pendampingan oleh PT Kawanusa. Berdasar situasi keberadaan video komunitas saat ini maka terdapat halhal menarik yang ingin dieksplorasi dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan video komunitas untuk pembelajaran masyarakat
setelah lima tahun berlalu.
Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembacaan video komunitas oleh masyarakat dalam konteks saat ini dan makna yang ditangkap berdasar pembacaan tersebut. Terkait dengan pembelajaran melalui video maka bagaimana masyarakat memaknai video komunitas tersebut dalam konteks saat ini? Pemikiran tersebut mendasari penelitian untuk mengeksplorasi pemanfaatan empat video komunitas produksi masyarakat Desa Pakraman Piling dan Desa Pakraman Pacung tersebut. Berdasarkan pada pemikiran tersebut maka pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: bagaimana video komunitas dimanfaatkan dalam pembelajaran pada masyarakat pedesaan Tabanan? Rumusan tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana masyarakat Tabanan menggunakan video komunitas sebagai media pembelajaran?
5
2. Apa peran video komunitas dalam pembelajaran masyarakat pedesaan Tabanan? 3. Bagaimana pengalaman lembaga non pemerintah dalam menumbuhkan pembelajaran masyarakat melalui video komunitas?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menggambarkan penggunaan video komunitas sebagai media pembelajaran mayarakat pedesaan Tabanan. 2. Menjelaskan peranan video komunitas dalam pembelajaran masyarakat pedesaan Tabanan. 3. Mengeksplorasi pengalaman lembaga non pemerintah dalam menumbuhkan pembelajaran masyarakat melalui video komunitas.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan antara lain: 1. Menjadi inspirasi agen pembangunan untuk menggunakan media-media alternatif yang mendorong terjadinya pembelajaran dalam masyarakat. 2. Menjadi inspirasi masyarakat dalam membangun dialog horisontal antar warga.
6
1.5.
Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian terkait penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembangunan telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Hasilhasil penelitian terdahulu diantaranya diuraikan pada paragraf berikut, sedangkan rinciannya terdapat pada lampiran 1. Gandhi et.al. (2009) menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul Participatory Video and Mediated Instruction in Agriculture Extention. Penelitian eksperimen ini menggunakan video yang diciptakan oleh peserta penyuluhan sendiri sebagai media pembelajaran dan instruksional dalam penyuluhan pertanian. Fokus utama penelitian adalah membandingkan efektifitas metode penyuluhan berbasis masyarakat pada petani miskin di India, yaitu antara metode klasik latihan dan kunjungan dengan metode latihan yang dipadu dengan instruksi video partisipatif. Penelitian Chowdhury et.al. (2010) dalam naskah publikasi berjudul With or Without Script? Comparing Two Styles Of Participatory Video On Enhancing Local Seed Inovation System In Banglades merupakan contoh lain penggunaan video partisipatif. Penelitian ini merupakan eksperimen penggunaan dua jenis video partisipatif, yaitu video dengan skrip dan video tanpa skrip, dalam mengenalkan sistem inovasi benih lokal di Banglades. Video dalam penelitian ini digunakan sebagai media belajar pelengkap program inovasi benih lokal. Pada dua penelitian di atas, penggunaan video sudah direncanakan sejak awal akan digunakan dalam penyuluhan pertanian. Meskipun keduanya diciptakan secara partisipatif, namun partisipan pencipta video tidak memiliki keleluasaan
7
dalam menentukan topik selain topik terkait (praktek pertanian dan inovasi benih lokal). Kedua video tersebut diatas secara khusus bertujuan untuk meyakinkan pemirsa tempat video digunakan terhadap pesan yang disampaikan. Gagasan dasar kedua produksi video tersebut adalah difusi inovasi supaya pemirsa mengadopsi gagasan yang ditawarkan melalui media video. Video pada dua penelitian ini sama-sama diciptakan secara partisipatif tetapi jelas titik beratnya adalah pada hasil produksinya atau setelah video dibuat, yaitu efektifitas video sebagai media audio visual penyampai pesan. Penelitian oleh Harris (2008) yang berjudul Video for Empowerment and Social Change: A Case Study with Rural Women in Fiji berbeda dengan penelitian Chowdhury et.al. (2010) maupun Gandhi et.al. (2009). Harris meneliti proses penciptaan dan penggunaan video partisipatif dalam membangun dialog masyarakat multikultur di Kepulauan Fiji, terutama kaum perempuan. Penelitian ini bermaksud mengetahui proses produksi dan implikasi video partisipatif pada pembangunan masyarakat dan dialog antar masyarakat multikultur Fiji. Data, fakta, dan pesan yang dalam video ditemukan melalui Participatory Action Research (PAR) yang dipadu etnografi, sehingga proses penciptaan video itu sendiri merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan. Penelitian memberi tekanan bahwa proses penciptaan dan video yang dihasilkan sama pentingnya untuk membuka dialog diantara kelompok-kelompok perempuan Fiji. Goodsmith (2007) melakukan evaluasi penggunaan video partisipatif dalam mempromosikan pemberdayaan perempuan. Dalam naskah publikasinya yang berjudul Video Sabou et Nafa: community voices joined in a common cause,
8
dijelaskan bahwa penelitian ini ingin mengungkap video partisipatif sebagai alat menumbuhkan jaringan antar masyarakat dan antara masyarakat dengan pemerintah dalam promosi anti mutilasi genital perempuan di Guyana – Afrika Barat. Metode yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR) dan etnografi. Penelitian ini merupakan model pendekatan komunikasi partisipatif yang mendorong terjadinya tindakan kolektif tetapi agenda tidak muncul dari masyarakat secara organik karena sudah dirancang oleh peneliti. Topik-topik penelitian tersebut di atas berbeda dengan penelitian yang dilakukan ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: pertama, objek penelitian adalah video komunitas yang sudah diproduksi dan bukan proses produksinya; kedua, penelitian ini melihat pemanfaatan video sebagai media pembelajaran di komunitas; dan ketiga, penelitian ini mengambil lokasi di Bali yang memiliki ciri khas komunitas banjar adat.