BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah
salah satu tujuan hidup meskipun terdapat resiko didalamnya selama mereka bekerja termasuk resiko kecelakaan kerja. Menurut Kendall et all (Australian Govermnment Comcare, 2008), secara umum bekerja dinilai memberikan manfaat untuk kesehatan mental dan kesejahteraan personal. Bekerja memberi seseorang, sebuah
identitas
diri.
Memberikan
peluang
bagi
orang-orang
untuk
mengembangkan dan menggunakan keterampilan-keterampilannya, membentuk hubungan-hubungan sosial dan meningkatkan perasaan harga diri. Ini kemudian tidak mengejutkan jika kehilangan pekerjaan telah dikaitkan dengan reaksi-reaksi yang sangat negatif, termasuk distres baik secara psikologis maupun secara fisiologis. Maka sangatlah mungkin, jika tidak ada pilihan pekerjaan lain yang dinilainya lebih baik dan lebih mudah diperolehnya dari pekerjaannya saat ini, seseorang akan terus mempertahankan pekerjaannya saat ini meskipun resiko kecelakaan kerjanya dinilai relatif tinggi. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap keselamatan kerja dari pekerja yang bekerja di berbagai institusi atapun organisasi. Hal ini dapat dilihat dari Undang-Undang yang memberikan panduan yang jelas dengan fokusnya pada keselamatan kerja. Keselamatan kerja yang dimaksudkan disini, menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
1
2
Keselamatan Kerja dalam Pasal 1 ayat (1), semua keselamatan kerja yang harus dijamin keselamatannya di tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan di mana terdapat sumber atau sumbersumber bahaya termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian tempat kerja tersebut. Berbagai syarat-syarat keselamatan kerjapun ditetapkan dalam UndangUndang tersebut. Hal itu tertera dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1), dimaksudkan untuk: a. b. c. d. e. f. g.
h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan; Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya; Memberi pertolongan pada kecelakaan; Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran; Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan; Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; Menyelenggarakan suhu dan udara lembab yang baik; Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban; Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya; Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman dan barang; Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang; Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
3
Namun demikian, meskipun Pemerintah Indonesia cukup memberikan peraturan dan ketentuan yang jelas terhadap keselamatan kerja, menurut Muji Handaya (Kompas, 2011), angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa. Pada tahun 2010, kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.000 kasus, 1.200 kasus diantaranya mengakibatkan pekerja meninggal dunia. Rata-rata tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari. Dibandingkan dengan negara-negara di Eropa, seperti Denmark dan Jerman, kasus kecelakaan kerja lebih banyak yaitu 100.000 kasus, namun pekerja yang meninggal dunia hanya tercatat 500 orang. Dampak psikologis kecelakaan kerja yang pernah dialami pekerja, salah satunya adalah stres yang dialami pekerja bersangkutan. Menurut Kendall et all (Australian Government Comcare, 2008), sejumlah bentuk-bentuk stres yang membahayakan telah dikenali dapat berdampak buruk terhadap pekerjaan. Salah satunya yaitu gangguan stres paska trauma yang berkembang sebagai respon terhadap peristiwa atau situasi penuh tekanan akut. Kondisi tersebut sedikit besar memberikan peluang untuk terjadinya kecelakaan kerja secara berulang. Stres tersebut dapat menjadi masalah utama yang akan dapat berdampak terhadap resiko-resiko kerja yang tidak hanya menjadi masalah utama bagi organisasi, tetapi bagi pekerja itu sendiri dan keluarga mereka (Australian Government Comcare, 2008). Banyak sekali faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pemulihan kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis dari pekerja yang mengalami kecelakaan kerja agar dapat bekerja kembali secara optimal dalam organisasi
4
dimana mereka bekerja. Beberapa faktor sangat mempengaruhi, menurut Foreman et all (2006), karakteristik-karakteristik pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, komponen-komponen intervensi-intervensi rehabilitasi terkait pekerjaan dan medis tertentu, karakteristik-karakteristik pekerjaan secara fisik dan secara psikologis, faktor-faktor tempat kerja, jaminan skema kompensasi pekerja dan faktor-faktor sosial yang lebih luas seperti kondisi-kondisi pasar tenaga kerja dan kerangka kerja hukum yang berlaku semuanya tampak memiliki peranan dalam mempengaruhi hasil-hasil pemulihan kerja dari pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Feuerstein et all (Foreman et all, 2006) menegaskan bahwa salah satu aspek psikologis tempat kerja yang tampak mempengaruhi pemulihan kerja orang yang mengalami kecelakaan kerja adalah kurangnya dukungan dari supervisor dan rekan-rekan kerjanya. Sehingga, tingginya kepekaan dari supervisor dan rekanrekan kerjanya dalam mendukung pulihnya kembali pekerja yang mengalami kecelakaan kerja agar dapat bekerja secara optimal dalam suatu perusahaan diharapkan dapat memberikan pengaruh positif. Selain stres terkait pekerjaan paska traumatis dan rendahnya dukungan dari supervisor dan rekan-rekan kerja, menurut Fayad et all (Foreman et all, 2008), rendahnya kepuasan kerja juga telah dikaitkan sebagai salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi rendahnya percepatan pemulihan psikologis pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.
5
1.2.
Rumusan Masalah Bagaimanakah stres kerja dan coping stres karyawan yang mengalami kecelakaan kerja di PT. Aliansi Temprina Nyata Grafika Jakarta?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran mengenai stres kerja dan coping stres karyawan yang mengalami kecelakaan kerja di PT. Aliansi Temprina Grafika Jakarta.
1.4.
Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat dan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Manfaat teoritis Menambah wawasan baru mengenai stres kerja dan coping stres karyawan yang mengalami kecelakaan kerja di PT. Aliansi Temprina Nyata Grafika, dimana masih sedikit ilmu psikologi yang membahas tentang strategi coping pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. b. Manfaat praktis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan penanganan yang tepat melalui strategi coping yang tepat bagi pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja di PT. Aliansi Temprina Nyata Grafika.
6
1.5.
Sistematika Penelitian Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan dari penelitian ini maka disusun sistematika penelitian sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori–teori tentang strategi coping orang yang mengalami kecelakaan kerja, penelitian-penelitian sebelumnya serta teori yang berkaitan dengan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, pendekatan penelitian, subjek penelitian, dan metode pengumpulan data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum subjek penelitian, latar belakang subjek, hasil observasi, sejarah perawatan subjek, analisis kasus tiap subjek penelitian dan analisis kasus antar kasus subjek penelitian. BAB V
PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.