BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah media komunikasi yang diperlukan bagi pihak-
pihak diluar perusahaan yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan (Desiana, 2012). Laporan keuangan yang dibutuhkan bagi pihak-pihak luar perusahaan, merupakan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pembuatan keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang dianggap independen yaitu auditor eksternal (Febrianty, 2012). Herawaty dan Susanto (2008) yang dikutip dari Milka (2010) menyatakan bahwa untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, maka auditor dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. Kalbers dan Forgaty (1995) menyatakan bahwa professional merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Hastuti dkk (2003) dalam Arleen dan Yulius (2009) mengungkapkan bahwa terdapat lima dimensi yang mencerminkan seseorang yang professional dalam profesi auditor eksternal, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi.
1
2
Pencapaian kompetensi professional akan memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan uji professional dalam subyek-subyek (tugas) yang relevan dan juga adanya pengalaman kerja (Mulyadi, 2002). Disamping
menjadi
seorang
professional
yang
memiliki
sikap
profesionalisme, setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Etika profesi memiliki arti yang lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencangkup prinsip perilaku untuk orang-orang professional yang dirancang untuk tujuan idealistis. Etika profesi juga ditetapkan organisasi profesi bagi para anggotanya yang secara rela menerima prinsip perilaku professional lebih keras daripada yang diminta oleh undang-undang (Sunarto, 2003:63). Dalam penelitiannya Arleen dan Yulius (2009) yang dikutip dari Murtanto dan Marini (2003), menyatakan bahwa etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi yang lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya. Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan baik akuntan independen, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah (Dewi, 2009).
3
Ada beberapa kasus yang menyebutkan tidak sedikit akuntan publik melakukan pelanggaran terhadap etika profesi. Kasus yang terjadi di Indonesia antara lain dugaan penyuapan terhadap auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Bagindo Quirino di sebuah Restoran, di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Bagindo telah ditetapkan sebagai tersangka karena diduga telah menerima suap dari mantan pejabat Depnakertrans Bahrun Effendi dan Taswin Zein sebesar Rp 650.000.000.00,- yang diberikan dalam rangka merubah hasil temuan yang dilakukan auditor BPK (Kristianto, 2009). Selain Bagindo, ada juga anggota BPK III Jabar yang menerima suap yaitu saudara EH. Menurut Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi, penetapan EH sebagai tersangka dilakukan setelah menggeledah dan memeriksa saksi-saksi. Diduga EH menerima bagian dari uang suap sebesar Rp 200.000.000.00,- yang diberikan tersangka HS dan HL dari Pemerintah Kota Bekasi (Samuel, 2010). Menurut Hendro (2006) yang dikutip dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pertimbangan auditor tentang tingkat materialitas adalah suatu kebijakan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu (Mulyadi, 2002).
4
Pertimbangan materialitas merupakan pertimbangan professional yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan (SPAP, 2001; SA Seksi 312 paragraf 10). Pertimbangan materialitas tersebut dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencangkup pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Pertimbangan
kualitatif
berkaitan
dengan
penyebab
salah
saji
sedangkan
pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan, salah saji yang secara kuantitatif tidak material bisa menjadi material secara kualitatif (SPAP 2001, SA; seksi 312 paragraf 11). Pertimbangan atas materialitas ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena standar audit tidak mengatur secara rinci tentang nilai materialitas yang harus ditentukan auditor. Oleh karena itu baik tidaknya pertimbangan auditor tentang materialitas ditentukan oleh kualitas auditor itu sendiri, yang diantaranya profesionalisme auditor, pengalaman auditor dan etika profesi (Desiana, 2012). Kasus yang terjadi di Indonesia adalah kasus yang terjadi pada Bank Century. Ketua Tim Audit Investigasi Bank Century dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Hasan Basri mengatakan ada permainan bank dan rekayasa akuntansi dalam kasus Bank Century (Riza, 2010). Laporan keuangan yang dikeluarkan Bank Century dianggap menyesatkan ternyata memiliki kesalahan yang material. Hasil audit BPK tentang century dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan memuat “dosa” Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
5
yang belum secara resmi menetapkan perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal tersebut dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau adanya pernyataan material yang salah, dan dapat menyebabkan ketidaktepatan opini yang diberikan oleh akuntan publik karena banyak ditemukan kesalahan yang material oleh auditor pada saat melakukan pemeriksaan laporan keuangan (Hendra, 2012). Dari latar belakang yang telah dijelaskan, penulis pun tertarik untuk melakukan penelitian. Sehingga, penelitian yang akan dilakukan berjudul: “Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Sejauhmana pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas 2.
Sejauhmana pengaruh Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas 3.
Sejauhmana pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
6
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah, maka tujuan dari penelitian adalah memberikan bukti empiris. 1.
Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas 2.
Pengaruh Etika Profesi terhadap pertimbangan Tingkat Materialitas
3.
Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi secara simultan
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
1.4
Kegunaan Penelitian Menurut Uma Sekaran (2009), tujuan dari adanya penelitian adalah sebagai
berikut: 1.
Basic Research (Penelitian Dasar) Penelitian yang menghasilkan pokok pengetahuan dengan berusaha
memahami
bagaimana
masalah
tertentu
dalam
organisasi
dapat
diselesaikan. 2.
Applied Research (Penelitian Terapan) Untuk memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh manajer
dalam konteks pekerjaan yang menuntut solusi tepat waktu.
7
Penelitian yang penulis lakukan diharapkan akan mempunyai kegunaan antara lain: 1.
Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu akuntansi
khususnya auditing dengan mengkaji mengenai pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor dalam menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas. 2.
Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah bagi
KAP mengenai penentuan Tingkat Materialitas melalui Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor. 1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data yang objektif sebagaimana yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini, maka penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2013 di wilayah.