BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Pujianti, 2003). Usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2000). Demografi yang sangat cepat di negara-negara berkembang telah mengakibatkan perubahan struktur penduduk secara drastis. Penduduk di atas usia 15 tahun dan dibawah 65 tahun makin membengkak karena pertumbuhan penduduk anak-anak peninggalan masa lalu. Begitu juga penduduk diatas usia 60 tahun, atau diatas usia 65 tahun. Penduduk usia ini dikenal sebagai penduduk lanjut usia yang tumbuh dengan kecepatan paling tinggi (Suyono, 2007). Dalam pertemuan
yang
diselenggarakan
oleh Asian
Urban
Information Center of Kode (AUICK) di jepang, dengan masalah perubahan struktur penduduk ini dibahas bersama wakil-wakil dari sepuluh kota di Asia yang berasal dari Fasialabad, Pakistan, Chennai, India, Khon-Kaen,
Thailand, Weihai, Cina, Danang, Vietnam, Chittagong, Bangladesh, Kuantan, Malaysia, Olongapo, Philipina, Kobe, Jepang, dan Surabaya, Indonesia. Pilihan kota-kota itu didasarkan pada kenyataan bahwa perkembangan diperkotaan umumnya tinggi dibandingkan akibat yang melanda di daerah pedesaan. Sepuluh kota iti memberikan gambaran yang bervariasi. Jepang, khususnya kota Kobe, yang mengalami transisi demografi lebih dulu dibandingkan kota-kota lainnya, penduduk diatas usia 65 tahun yang terbesar, yaitu sekitar 20 persen, dari jumlah penduduk yang ada. Pada tahun 2050 jumlah penduduk lansia itu akan meningkat secara drastis sekitar 35 persen dari seluruh jumlah penduduk pada tahun itu. Cina, Thailand dan Indonesia yang sangat berhasil di program KB dan kesehatan mengalami transisi demografi yang tergolong cepat. Ketiga Negara itu akan segera mempunyai jumlah penduduk lansia sekitar 25 dan 22 persen pada tahun 2050. suatu jumlah penduduk lansia yang sangat besar di Asia ini (Suyono, 2007). Dari hasil sensus penduduk yang di laksanakan oleh BPS menunjukkan pada tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi lansia yang di perkirakan 17 juta orang. Pada tahun 2020 junlah penduduk lansia Indonesia diproyeksikan mencapai 28 juta orang yang berusia 71 tahun. Perubahan komposisi penduduk lansia menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi, sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lansia, baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Berbagai masalah fisik biologik, psikologik dan sosial,
2
muncul pada lansia sebagai akibat proses menua dan penyakit degenaratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang (Depsos, 2008). Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai senescence yaitu masa proses menjadi tua. Seseoarang akan menjadi orang semakin tua pada usia lima puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya (Hurlock, 1999). Perubahan mental meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang dikemukakan oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari penelitian Cross sectional dan logitudional didapatkan oleh kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu (Nugroho, 2002). Status mental adalah suatu pengkajian status mental yang merupakan komponen penting dari setiap evaluasi apapun tentang fungsi sensorinya,
3
penampilan, perilaku fisik dan kemampuan kognitif. Wawancara klien selama pengambilan riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemberian perawatan memberikan data berharga yang berfungsi sebagai dasar evaluasi untuk pengkajian status mentalnya (Potter. 2005). Pengkajian
status
mental
merupakan
hal
penyokong
dalam
mengevaluasi kesehatan lansia keakuratan riwayat medis dan sosial, yang didapatkan dari lansia akan tergantung pada keadekuatan mental dan keadaan fungsional yang afektif (Rasmun, 2001). Pada umumnya tahap perkembangan keluarga sangat penting dalam konsep keluarga (Murwani, 2007). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk mencipkan dan mempertahankan budaya (Rasmun, 2001). Panti wredha suatu institusi hunian bersama para usia lanjut yang secara fisik atau kesehatan mentalnya masih diperhatikan oleh para pengurus panti, kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti. Mereka kehilangan kebebasan dan merasa tertekan karna harus mengikuti peraturan dipanti padahal lansia rentang dengan status mentalnya seperti gangguan memori, daya ingat, proses fikir, dan berbahasa dengan baik (Darmojo, 2006). Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan bahwa didapatkan data desa Kangkung RW 2 berjumlah 75 jiwa, dan peneliti melakukan beberapa wawancara pada 5 lansia di Desa Kangkung menyatakan 3 lansia
4
penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki, rambutnya jarang di sisir, ganti baju dua hari sekali, kancing baju tidak tepat, pembicaraanya keras dan cepat, tingkat kesadarannya, tampak bingung dan kacau, memori daya ingatnya, tidak dapat mengingat kejadian yang lebih dari satu bulan apalagi bertahun-tahun seperti guru sekolahnya, tapi 2 lansia tidak mengalami hal tersebut mereka masih memperhatikan akan penampilannya walaupun mandi sehari satu kali, rambut masih rapi, sering di sisir, tingkat kesadarannya tampak tenang, mereka masih mengingat kejadian yang terjadi dalam satu minggu terakhir. Mereka juga bisa menerima perubahan pada dirinya karena, mereka mempunyai dukungan dari keluarganya dan sanak famili, sedangkan berdasarkan wawancara beberapa pengurus di panti wredha pucang gading semarang didapatkan data jumlah lansia 81 jiwa, kebutuhan hunian lansia biasanya di sediakan oleh pengurus panti, kebanyakan lansia ditempatkan di panti karena terlantar dan keluarganya tidak mampu merawatnya ataupun masalah ekonominya, padahal lansia sangat rentang dengan kesehatan mentalnya, terutama
fungsi kognitif,
memori, aktifitas motorik, proses pikir, dan berbahasanya karena mereka masih butuh perhatian yang lebih. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang perbedaan status mental di keluarga Desa Kangkung RW 2 dan di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
5
B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan status mental lansia di Desa Kangkung dengan lansia yang di Panti Wredha Pucang Gading Semarang?
C. Tujuan Peneliti 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan status mental di keluarga Desa Kangkung dengan lansia yang di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. 2. Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi status mental lansia yang ada di Keluarga Desa Kangkung.
b.
Mengidentifikasi status mental lansia yang berada di Panti Wredha Semarang.
c.
Menganalisa perbedaan status mental lansia yang di keluarga desa kangkung dengan lansia yang di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
D. Manfaat Peneliti 1. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian
ini
diharapkan
dapat
keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.
6
mengembangkan
ilmu
2. Manfaat Bagi Profesi Kesehatan Sebagai meningkatkan 3.
bahan
masukan
bagi
profesi
kesehatan
dalam
profesionalisme pelayanan kesehatan bagi lansia.
Manfaat Bagi Masyarakart Memberikan bahan masukan, untuk menambah wawasan dan mengetahui bagi masyarakat tentang status mental lansia
4.
Manfaat Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pengetahuan dan wawasan yang lebih luas khususnya tentang status mental lansia dan sebagai suatu pengalaman belajar kegiatan peneliti.
E.
Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperwatan jiwa dan ilmu keperawatan gerontik.
7