BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi (Irawati dan Anugerah, 2007). Perhatian para investor yang terpusat pada informasi laba membuat manajemen memanipulasi data dengan cara meratakan laba. Perataan laba (income smoothing) adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi atau transaksi (Koch, 1981 dalam Irawati dan Anugerah, 2007). Praktik perataan laba terkait erat dengan manajemen laba. Penjelasan tentang manajemen laba dengan menggunakan pendekatan teori keagenen (Agency Theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika semua pihak berusaha untuk
mencapai
dan
mempertahankan
tingkat
kemakmuran
yang
dikehendakinya (Salno dan Baridwan, 2000 dalam Irawati dan Anugerah, 2007).
1
2
Menurut Koch (1981) dalam Mursalim (2005) income smoothing adalah suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu (artificial smoothing) atau transaksi riil (real smoothing). Selain dua dimensi income smoothing di atas Barnes, et al. (1976) dalam Mursalim (2005) juga mengemukakan dimensi lain yaitu perataan laba yang dapat dilakukan melalui klasifikasi elemen-elemen dalam laporan laba rugi yang disebut classificatory smoothing. Dengan demikian income smoothing dapat dilakukan melalui tiga dimensi yaitu real, artificial dan classificatory smoothing (Mursalim, 2005). Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan. Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan baik untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan, seperti menaikkan nilai dari perusahaan, sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko yang rendah (Foster, 1986 dalam Juniarti dan Corolina, 2005). Tujuan dan alasan yang melatarbelakangi manajemen melakukan perataan laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah kandungan informasi atas laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini perlu diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang telah mengalami penambahan atau
3
pengurangan tersebut dapat menyesatkan pengambilan keputusan yang akan diambil (Juniarti dan Corolina, 2005). Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan
keuangan
hanya
ditujukan
kepada
informasi
laba,
tanpa
memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang disebut manajemen atas laba (earning management) atau manipulasi laba (earnings manipulation). Ashari, et al. (1994) dalam Suwito dan Arleen (2005) menemukan bahwa terdapat indikasi tindakan perataan laba dan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan perataan laba. Tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah, dan perusahaan dalam industri yang berisiko. Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut. Pertama,
dengan
memperbesar
kepemilikan
saham
perusahaan
oleh
manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho dan Bambang, 2007), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d, et al. (1998) dalam Midiastuty dan Mas’ud (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba
4
menjadi berkurang. Ketiga, melalui peran monitoring oleh dewan komisaris (board of directors). Dechow, et al. (1996) dan Beasly (1996) dalam Ujiyantho dan Bambang (2007) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan. Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, 2001 dalam Wardhani, 2006). Isu mengenai Corporate Governance
ini mulai
mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya Corporate Governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik Corporate Governance (Wardhani, 2006). Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan
5
transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007). Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, serta stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003 dalam Nasution dan Setiawan, 2007). Dari uraian diatas dapat dilihat banyaknya pendapat dari berbagai penelitian tentang mekanisme corporate governance dalam mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing) maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh mekanisme corporate governance dalam hal ini Komposisi Dewan Komisaris dan Ukuran Dewan Komisaris, serta Karakteristik peruahaan dalam hal ini Profitabilitas, Leverage, dan Net Profit Margin terhadap praktik perataan laba (income smoothing). Penelitian ini merupakan replikasi dari Juniarti dan Corolina (2005) dengan mengganti variabel dan tahun yang lebih baru yaitu tahun 2006 sampai dengan 2009. Dari penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah mekanisme corporate governance yaitu Komposisi Dewan Komisaris dan Ukuran Dewan Komisaris, serta Karakteristik Perusahaan yaitu Total Aktiva, Profitabilitas, Leverage, dan Net Profit Margin berpengaruh
6
terhadap praktik perataan laba (income smoothing), oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasar uraian diatas, maka permasalahan pokok yang akan diteliti adalah: 1. Apakah Mekanisme Corporate Governance dalam hal ini Komposisi Dewan Komisaris dan Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah Karakteristik Perusahaan dalam hal ini Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Net Profit Margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang : 1. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dalam hal ini Komposisi Dewan Komisaris dan Ukuran Dewan Komisaris terhadap tindakan
7
perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia. 2. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dalam hal ini Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan
Net Profit Margin terhadap tindakan
perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor dan kreditur Sebagai stakholders dari perusahaan publik yakni bermanfaat memberikan informasi pengaruh keberadaan dewan komisaris dan karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba (income smoothing), sehingga dapat menjadi informasi untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi. 2. Bagi perusahaan Dalam hal ini pihak manajemen perusahaan pada perusahaan manufaktur, yaitu memberikan masukan untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh keberadaan dewan komisaris serta pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktik perataan laba (income smoothing), sehingga mengurangi tindak perataan laba pada internal perusahaan dan yang akhirnya dapat mengahasilkan laporan keuangan yang handal dan terbebas dari kecurangan akuntansi.
8
3. Bagi kalangan akademis Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai bahan literature untuk meningkatkan minat dan perkembangan ilmu akuntansi di masa mendatang khususnya mengenai fenomena perataan laba (income smoothing).
E. Sistematika Penulisan Agar penulisan sesuai dengan tujuan maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep yang relevan untuk mendukung dalam penelitian ini, antara lain: mekanisme coporate governance (komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris), karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Net Profit Margin)
manajemen
smoothing),
tinjauan
laba,
perataan
penelitian
pemikiran dan perumusan hipotesis.
laba
terdahulu,
(income kerangka
9
BAB III
METODA PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukuranya, teknik analisis data, serta pengujian data.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini yang akan menguraikan tentang pelaksanaan penelitian,
deskripsi
data,
hasil
analisis
data
dan
pembahasannya. BAB V
PENUTUP Bab ini akan mengemukakan kesimpulan yang diperoleh, keterbatasan penelitian, serta saran untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.