BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra juga merupakan hasil karya seseorang yang diekspresikan melalui tulisan yang indah, sehingga karya yang dinikmati mempunyai nilai estetis dan dapat menarik para pembaca untuk menikmatinya. Dalam sastra terdapat genre sastra, antara lain seperti puisi, drama, roman, prosa dan lain-lain. Prosa ada beberapa jenis salah satunya novel. Novel adalah suatu cerita prosa fiktif panjang yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat. Karya-karya yang menarik itu dapat mempengaruhi jiwa para pembaca sehingga dapat menyelami dan seolah-olah hadir dalam cerita tersebut. (Tarigan, 1984:164) . Novel adalah bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat nila-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan. Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel ‘Kaze’ karya ‘Dale Furutani’, yang akan dilihat penulis adalah kesetiaan. Dalam novel ini penulis akan membahas tentang kesetiaan samurai kepada tuannya. Kesetiaan atau disebut juga dengan pengabdian diri. Pengertian Kesetiaan Situmorang (2000:1)
Universitas Sumatera Utara
adalah kesetiaan melaksanakan perintah atau keinginan orang lain dengan mengorbankan kepentingan sendiri. Kesetiaan adalah kehormatan tertinggi seorang samurai atau bushi. Dalam Sejarah Bushido Jepang Situmorang (1995:11) menjelaskan bahwa pada awalnya bushi adalah kelompok petani yang dipersenjatai untuk mengabdi kepada tuannya kizoku (keluarga bangsawan) dalam mempertahankan eksistensi shoen atau dozoku tuannya. Sejalan dengan pengertian diatas, juga diutarakan oleh Nio Joe Lan (1962: 52) bahwa bushi adalah golongan yang sudah biasa dengan kesukaran-kesukaran kehidupan sehingga mereka setia kepada pemimpinnya. Untuk mengatur golongan bushi yang setia pada pemimpinnya ini dibentuklah sebuah susunan peraturan tertentu tentang kesetiaan yang dinamakan dengan bushido. Bushido menurut Tsunemoto dalam Situmorang (1995:24) adalah janji untuk mengabdikan jiwa raganya terhadap tuannya. Ciri pengabdian ini menganggap tuan sebagai sesuatu yang mutlak bagi hidup bushi tersebut sehingga bushi bersedia mati demi tuannya. Gejala yang paling jelas adalah perilaku bunuh diri mengikuti kematian tuannya dan mewujudkan balas dendam tuannya. Sikap inilah yang pada zaman itu sangat dikagumi oleh masyarakat Jepang. Kebanyakan orang ingin menjadi seorang bushi. Sikap ini pun terus berkembang sampai zaman sekarang. Namun tentunya sikap tersebut sedikit demi sedikit berubah mengikuti zaman. Pada penulisan ini, penulis akan menganalisa tentang kesetiaan Samurai terhadap tuannnya melalui salah satu novel terjemahan yang berjudul ‘Kaze’ karya
Universitas Sumatera Utara
‘Dale Furutani’. Dale Furutani lahir di Hilo, Hawaii pada tanggal 1 Desember 1946. Menurut Dale Furutani menulis novel merupakan suatu hiburan, dengan segala daya upaya mencoba akurat dalam penceritaan kehidupan bangsa Jepang 1603, dengan menggunakan kebebasan demi kepentingan penciptaan suatu karya fiksi. Novel Kaze dengan judul asli Death at the Crossroad, novel ini menceritakan tentang seorang ronin, samurai yang tidak bertuan yang bernama Matsuyama Kaze. Ronin adalah sebutan untuk samurai yang kehilangan atau terpisah dari tuannya dizaman feodal Jepang (1185-1868). Samurai menjadi kehilangan tuannya akibat hak atas wilayah kekuasaan sang tuan dicabut oleh pemerintah. Samurai yang tidak lagi memiliki tuan tidak bisa lagi disebut sebagai samurai, karena samurai adalah "pelayan" bagi sang tuan. Ronin disebut juga sebagai samurai tak bertuan, hidup tak terikat pada tuan atau daimyo dan mengabdikan hidup dengan mengembara mencari jalan samurai yang sejati. Di zaman Jepang kuno, ronin berarti orang yang terdaftar (memiliki koseki) sebagai penduduk di suatu tempat, tapi hidup mengembara di wilayah lain sehingga dikenal juga dengan sebutan furo (pengembara). Kaze melakukan pengembaraan dan mencari putri kaisar yang hilang setelah malapetaka besar yang menimpa Kekaisaran Jepang. Mangkat sang tuan Kaisar Hideyoshi. Pengembaraan seorang kaze merupakan kesetiaan terakhir terhadap tuannnya dan kaze melaksanakan perintah tuannya dengan mengorbankan kepentingan sendiri dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
Kesetiaan yang timbul dalam diri Matsuyama Kaze merupakan pengabdian yang luar batas kehidupan dan kematian, seorang Samurai tidak akan menyalahkan tuannya. Matsuyama Kaze akan menganggap segala tindakan tuannya adalah benar, karena seorang Samurai sejati rela melakukan apa saja demi menjaga kehormatan tuannya tanpa memikirkan benar atau salah, rasional atau tidak rasional. Ditengah pengembaraanya, dia menemukan sesosok mayat laki-laki misterius disebuah persimpangan Desa Suzaka. Sebatang anak panah menembus punggung lelaki itu. Matsuyama Kaze dicurigai sebagai tersangka oleh Magistrat setempat, Nagato Takamasu. Kaze dibawa menghadap penguasa wilayah Manase. Berdasarkan ciri-ciri anak panah Kaze dibebaskan dari tuduhan. Namun, Kaze tak lantas pergi begitu saja dari desa Suzaka. Dia justru bertekad menyelidiki siapa pelaku pembunuh lelaki di persimpangan desa Suzaka itu. Selama melakukan penyelidikan itu, Kaze untuk sementara tinggal di rumah seorang penjual arang bernama Jiro yang saat itu juga menemukan mayat tersebut. Selama tinggal disana Kaze mendapatkan banyak arti hidup dalam kehidupan rakyat kecil seperti petani yang sebenarnya. Akhirnya Kaze menemukan pelaku pembunuh lelaki misterius itu dia bernama Manase. Kaze pun menghakiminya dengan cara seppuku, yaitu ritual bunuh diri. Setelah semuanya selesai, dia teringat bahwa saat mendatangi desa Higashi, ada seorang pemuda yang memberinya kue beras. Di dalam kain pembungkusnya terdapat lambang Klan yang sama persis dengan lambang Klan mantan tuannya, maka Kaze bertekad mengejar pemuda pemberi kue beras untuk mendapatkan sang putri kaisar yang hilang. Pengabdian diri seorang samurai terjadi karena keinginan dari diri sendiri sebagai
Universitas Sumatera Utara
bentuk loyalitas atau kesetiaan yang sudah mendasar dalam diri orang Jepang sejak dulu, seperti kesetiaan yang dimiliki oleh bushi atau seorang samurai, hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Kesetiaan Samurai dalam Novel Kaze karya Dale Furutani”.
1.2 Perumusan Masalah Tokoh utama dalam novel Kaze adalah seorang samurai yang tidak bertuan yang bernama Matsuyama Kaze. Kaze melakukan pengembaraan dan mencari putri kaisar yang hilang setelah malapetaka besar menimpa Kekaisaran Jepang. Mangkat sang Tuan, kaisar Hideyoshi. Pengembaraan seorang Kaze merupakan sebuah kesetiaan terakhir terhadap tuannya dan Kaze harus melaksanakan perintah tuannya dengan mengorbankan kepentingan sendiri. Kesetiaan adalah kehormatan tertinggi seorang samurai. Kehormatan seorang samurai pertama kali diberikan kepada tuan tanah yang paling berkuasa, kemudian pada kizoku nya lalu kepada keluarganya. Seorang samurai wajib untuk mengabdi kepada tuannya, sekalipun tuannya adalah seorang jendral militer, tuan tanah feodal atau kepala keluarga. Perintah seorang atasan tidak boleh ditanyakan. mereka harus mengikutinya dengan kemampuan terbaik seorang samurai sekalipun jika hal ini membuat ketidakbahagiaan atau menyebabkan kematian, hidup seorang pelayan bergantung pada tuannya. Keadilan dalam diri seorang samurai tentunya juga dituntut dalam melaksanakan pengabdiannya kepada tuannya. Ketidakadilan bisa menjadi samurai
Universitas Sumatera Utara
rendah dan tidak manusiawi. Samurai menanamkan etika khusus dalam kesehariannya menjalankan kesetiaan kepada tuan. Ketulusan dan kejujuran sama berharganya dengan nyawa mereka “ Bushi no ichi-gon “ atau “janji samurai”, melebihi janji akan harga diri. Samurai juga membutuhkan pengendalian diri dan kesabaran agar benar-benar dihormati. Samurai tidak menunjukkan tanda dari penderitaan dan kesenangan. Samurai memikul segalanya tanpa merintih, tanpa menangis. Samurai berpegang teguh pada ketenangan dalam bersikap dan juga pada ketenangan dalam berpikir yang bisa saja terpengaruh oleh segala bentuk keinginan. Sehingga dapat dikatakan bahwa samurai merupakan ksatria sejati. Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji dalam novel Kaze maka maslah penelitian yang dirumuskan dalam pertanyaan adalah sebagai berikut : 1. Hal apakah yang menyebabkan seorang samurai setia kepada tuannya? 2. Kesetiaan samurai seperti apa yang diungkapkan dalam novel Kaze pada tuannya?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dari masalah-masalah yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat terarah dan terfokus dalam melakukan pembahasan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada analisis kesetiaan Samurai terhadap tuannya, dan kesetiaan seperti apa yang diungkapkan dalam novel Kaze. Agar
Universitas Sumatera Utara
pembahasannya lebih akurat, maka sebelum bab pembahasan penulis juga menjelaskan mengenai riwayat hidup pengarang, setting dari novel Kaze, alur cerita novel Kaze, dan juga definisi kesetiaan samurai, pengertian samurai dan pengertian kesetiaan.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka Masyarakat feodal adalah masyarakat yang militeristik yang hidup “di atas” tanah yang terpecah belah. Hal ini terjadi karena lahirnya banyak penguasa feodal yang memberikan perlindungan atas faktor produksi, terutama tanah kepada petani. Penguasa militer dengan perantara prajurit menekan pajak setinggi-tingginya dari petani sehingga petani tersebut hidupnya tergantung pada penguasa militer tersebut. Martin dalam Situmorang (1995:1). Dalam pemerintahan yang berdasarkan feodalisme atau kebudayaan feodal ini, Jepang mempunyai golongan militer yang sangat kuat bahkan dalam stratifikasi masyarakat pada saat itu menduduki tingkat pertama. Golongan militer ini disebut dengan Bushi. Selain dikenal golongan militer dikenal pula ahli pedang Jepang yang disebut dengan Samurai. Benedict (1982:335) mengatakan samurai adalah prajurit yang berpedang dua. Sedangkan menurut Nurhayati (1987:10) samurai adalah pasukan pengikut tuan tanah/ penguasa yang disebut dengan Daimyo.
Universitas Sumatera Utara
Dalam zaman feodalisme di Jepang baik sebelum maupun pada saat zaman Edo sudah ada dirumuskan suatu konsep etos pengabdian diri Bushi terhadap tuannya yang dikenal dengan Bushido atau jalan hidup Bushi. Benedict (1982: 333) mengatakan bushido adalah tata cara samurai yang merupakan
sebuah perilaku
tradisional Jepang yang ideal. Inazo Nitobe dalam Benedict (1982 : 333) mengatakan bushido adalah perpaduan antara keadilan, keberanian, kebaikan hati, kehormatan, kesopanan, kesetiaan, dan pengendalian diri. Bushido yang ada di Jepang sebelum dipengaruhi oleh ajaran Shido dari Tokugawa. Telah ada semenjak adanya bushi di Jepang yang disebut dengan bushido lama (Situmorang : 1995 : 21). Bushido lama dapat ditandai dengan pengabdian diri yang mutlak dari anak buah terhadap tuannya, mereka mampu untuk bunuh diri mengikuti kematian tuannya ataupun mampu mewujudkan balas dendam tuannya. Dalam hal ini terkandung bahwa adanya kesetiaan seorang samurai terhadap tuannya, yaitu kesetiaan pengabdian yang didasarkan pada ajaran Budha Zen.
1.4.2. Kerangka Teori Pradopo (2003:122) Karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi tersendiri. Dalam sastra ada jenis-jenis sastra (genre) dan ragamragam. Dalam berbagai genre inilah, penulis dapat dengan leluasa berkarya untuk dapat menyampaikan berbagai macam tujuan, termasuk didalamnya pesan kebudayaan, karena sastra merupakan bagian integral kebudayaan.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya yang diungkapkan dalam Ratna (2003:10) bahwa intensitas hubungan antara sastra dan kebudayaan dapat dijelaskan melalui dua cara, pertama sebagaimana terjadi intensitas hubungan antara sastra dengan masyarakat, sebagai sosiologi sastra, kaitan antara sastra dan kebudayaan juga dipicu oleh lahirnya perhatian terhadap kebudayaan sebagai studi sruktural . Dalam menganalisis sebuah karya sastra diperlukan suatu pendekatan serta teori yang berfungsi sebagai acuan penulis dan alat untuk memecahkan masalah dalam menganalisis karya sastra. Dalam penulisan ini, penulis lebih mengarahkan pada penelitian kebudayaan. Kebudayaan selalu bersifat sosial dan historik. Sosial karena tidak ada budaya perseorangan, namun meliputi kelompok manusia (suku dan bangsa ). Historik karena suatu budaya pasti memiliki akar budaya. Pendekatan sosiologis bertolak dari pandangan bahwa sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Jadi melalui sastra, pengarang mencoba mengungkapkan suka duka kehidupan masyarakat yang diketahui dengan jelas. Jadi bertolak dari pandangan itu maka kritik sastra lebih banyak menggunakan segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat pada karya sastra tersebut mempersoalkan segisegi yang menunjang pembinaan dan pengembangan tata kehidupan. Berdasarkan teori Sosiologis diatas, maka dalam penelitian ini penulis dapat menganalisis kondisi sosial atau masalah-masalah sosial yang diungkapkan dalam
Universitas Sumatera Utara
novel Kaze yang diperankan oleh Matsuyama Kaze dalam hubungannya dengan masyarakat. Kemudian Penulis juga menggunakan pendekatan Historis. Menurut Ratna (2004: 66), pendekatan historis (sejarah) melihat konsekuensi karya sastra sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas dimana karya sastra adalah gambaran kehidupan masyarakat dizamannya . Penelitian sejarah selalu berarti penelitian tentang sejarah manusia. Fungsi dan tugas penelitian sejarah ialah untuk merekonstruksi sejarah masa lampau manusia (the human past) sebagaimana adanya (as it was). Harus disadari sepenuhnya bahwa betapapun cermatnya suatu penelitian sejarah, dengan tugas rekonstruksi semacam itu seorang sejarawan akan masih tetap menghadapi sejumlah problem yang tidak mudah. Dengan memberikan aksentuasi ”sejarah manusia” untuk mengingatkan bahwa penelitian dan rekonstruksi sejarah hendaknya lebih berperspektif pada konsep manusia seutuhnya. Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani. Rohani dengan manifestasinya dalam bentuk akal, rasa, dan kehendak, yang menjadi sumber eksistensi kemanusiaannya, namun eksistensi hanya nyata dalam realitas di dalam alam jasmani. Perkembangan rohani manusia menjadi nampak dalam wadah agama, kebudayaan, peradaban, ilmu pengetahuan, seni dan teknologi. Manusia juga beraspek individu sekaligus sosial, unik (partikular) sekaligus umum (general). Keduanya sekaligus merupakan keutuhan (integritas), kesatuan (entitas), dan keseluruhan (totalitas). Rekonstruksi sejarah pun hendaknya utuh dan menyeluruh.
Universitas Sumatera Utara
Setting yang dijadikan dalam novel Kaze merupakan peristiwa sejarah yang diperankan oleh tokoh, dan novel tersebut mengandung unsur-unsur sejarah yang digambarkan dengan zaman feodalisme seperti yang pernah terjadi pada masa pemerintahan di Jepang. Dengan melihat peristiwa yang berhubungan dengan sejarah maka penulis menggunakan pendekatan Historis. Berdasarkan pendekatan diatas, penulis akan membahas latar belakang sejarah Samurai pada masa Keshogunan Tokugawa, sehingga kita dapat melihat lebih jauh tentang kesetiaan tokoh Samurai dalam novel Kaze tersebut. Selain teori sosiologis dan historis penulis juga menggunakan teori Semiotika dalam pembahasan novel Kaze. Menurut Jan Van Luxemburg (1992: 46) semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda lambang dan proses perlambangan tentang semiotik ini menganggap bahwa fenomena sosial maupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Berdasarkan teori Semiotika akan menganalisa tanda yang kemudian dihubungkan dengan konsep budaya. Sehingga pada kondisi ini karya sastra yang berbentuk novel yang akan dijadikan sebagai tanda untuk diinterpretasikan. Tandatanda yang terdapat dalam novel ini akan diinterpretasikan dengan mengunakan teori semiotika. Oleh karena itu novel Kaze ini akan dipilih tindakan tokoh samurai yang menggambarkan budaya masyarakat Jepang berupa kesetiaan melalui cuplikancuplikan yang diambil dari novel Kaze .
Universitas Sumatera Utara
1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan hal yang menyebabkan seorang samurai setia kepada tuannya? 2. Untuk mendeskripsikan Kesetiaan Samurai seperti apa yang diungkapkan dalam novel Kaze pada tuannya?
1.5.2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesetiaan para samurai pada masa pemerintahan Keshogunan Tokugawa. 2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan oleh pembelajar bahasa Jepang pada khususnya maupun orang-orang yang tertarik mengenai budaya Jepang pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
1.6 . Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang termasuk dalam cakupan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotik. Metode dekriptif adalah suatu metode yang dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, menginterpretsikan data. Menurut Koentjaraningrat (1976: 30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Dengan menggunakan metode deskriptif ini, peneliti akan menjelaskan kesetiaan tokoh samurai. Pendekatan semiotik digunakan untuk menunjukkan adanya perilaku yang mencerminkan budaya kesetiaan di dalam novel. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel yang berjudul Kaze karya Dale Furutani yang diterbitkan oleh Penerbit Qanita PT. Mizan Pustaka Anggota IKAPI, Bandung pada tahun 2008 setelah diterjemahkan kedalam versi bahasa Indonesia. Novel Kaze ini diterbitkan pertama kali oleh William Morrow and Company, inc.,New York. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka
(
library reseach ) yaitu dengan menelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan bukubuku dan referensi yang ada diperpustakaan umum Universitas Sumatra Utara,
Universitas Sumatera Utara
perpustakaan yang ada di jurusan sastra Jepang, membaca literatur dan melakukan penelusuran melalui media internet.
Universitas Sumatera Utara