BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Tata letak dan penanganan bahan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja dari suatu industri. Tata letak yang kurang tepat dapat menyebabkan lamanya waktu untuk pemindahan bahan karena jarak antar stasiun kerja jauh. Kegiatan yang ada dalam industri harus diatur dan didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kegiatan yang saling mendukung sesuai aliran bahan dan tidak ada backtracking. Oleh karena itu perancangan ulang tata letak diperlukan untuk menentukan efisiensi dari tata letak yang ada sekarang sehingga dapat dilakukan perbaikan jika memang diperlukan perbaikan. Menurut Machfud (1990), suatu perancangan tata letak fasilitas tidak hanya terbatas ketika akan mendirikan atau membangun suatu industri akan tetapi proses perancangan ini harus tetap dilakukan meskipun industrinya sudah ada dan sudah berlangsung. Hal itu disebabkan karena dengan berjalannya waktu akan selalu terjadi perubahan, baik pada proses maupun produknya. Perubahan tersebut menuntut terjadinya perubahan atau perbaikan dari tata letak yang sudah ada (relayout). Perancangan ulang tata letak dilakukan apabila terjadi permasalahan seperti
perubahan
departemen,
rancangan,
penambahan
perluasan
produk
baru,
1
departemen,
pemindahan
satu
pengurangan departemen,
2
penambahan departemen baru, peremajaan peralatan yang rusak, perubahan metode produksi, penurunan biaya, dan perencanaan fasilitas baru (Apple, 1990). Perancangan tata letak dan perancangan sistem penanganan bahan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Penggabungan dua fungsi perancangan ini sangat penting dalam perancangan fasilitas baru. Penanganan bahan diperkirakan mewakili antara 15% - 70%
dari total biaya produk yang
diproduksi. Perancangan sistem penanganan bahan yang baik dapat menjadi tulang punggung utama dari keseluruhan pelaksanaan strategi produksi perusahaan (Tompkins, 2003). UKM Kerupuk
Subur merupakan usaha kecil menengah yang
memproduksi kerupuk ikan yang berbentuk mawar. Setiap hari usaha ini mampu mengolah ± 300 kg tepung tapioka sebagai bahan baku utama pembuatan kerupuk. Hasil pengamatan awal terhadap kondisi tata letak dan penanganan bahan yang ada di UKM Kerupuk Subur menunjukkan bahwa pola aliran bahan sudah terencana dan aliran bahannya lurus, namun terdapat backtracking
yaitu
pada
proses
penjemuran kerupuk.
Secara umum
keterkaitan kegiatan antar stasiun kerja yang ada di UKM Kerupuk Subur sudah terencana, namun belum mempertimbangkan segi keamanan pangan. Misalnya letak tempat untuk mencuci peralatan yang dekat dengan gudang tepung.
Kedua tempat tersebut seharusnya diletakkan berjauhan untuk
menghindari kemungkinan adanya kontaminasi silang. Selain itu kegiatan
3
pemindahan bahan di UKM Kerupuk Subur semua dilakukan secara manual dengan frekuensi pemindahan bahan yang tinggi. Berdasarkan kondisi tata letak dan penanganan bahan yang ada di UKM Kerupuk Subur tersebut maka diperlukan perancangan ulang tata letak fasilitas yang dikombinasikan dengan sistem penanganan bahan. Dalam perancangan ulang tata letak tersebut untuk mengalokasian wilayah stasiun kerja digunakan algoritma BLOCPLAN yang sudah disesuaikan dengan bahan agroindustri dengan mempertimbangkan adanya kemungkinan terjadi cross contamination. Salah
satu
kelebihan dari algoritma BLOCPLAN
dibandingkan
dengan algoritma pengolah tata letak fasilitas yang lain adalah mudahnya proses input data yang dilakukan dan hasil yang tidak kalah handal dibandingkan dengan algoritma yang lain. Input data yang digunakan dalam algoritma ini berupa data kualitatif, namun dapat memberikan output yang sama baiknya dengan algoritma lain yang menggunakan input data kuantitatif (Syukron, 2013). Beberapa penelitian sejenis yang terkait dengan perbaikan tata letak, belum banyak penelitian yang terkait dengan perancangan ulang tata letak fasilitas yang dikombinasikan dengan perancangan sistem penanganan bahan. Oleh karena itu penelitian mengenai perancangan ulang tata letak fasilitas dan sistem penanganan bahan di UKM Kerupuk Subur ini perlu dilakukan.
4
1.2. Rumusan Masalah 1.
Apakah tata letak fasilitas dan sistem penanganan bahan yang ada di UKM Kerupuk Subur saat ini sudah sesuai dengan kriteria tata letak fasilitas dan sistem penanganan bahan yang baik?
2.
Bagaimana tata letak fasilitas dan sistem penanganan bahan di UKM Kerupuk Subur yang memberikan performansi lebih baik daripada sebelumnya?
1.3. Batasan Masalah 1. Perancangan ulang tata letak fasilitas dilakukan dengan menggunakan algoritma BLOCPLAN. 2. Penelitian ini tidak memperhitungkan biaya investasi perbaikan terhadap tata letak usulan. 3. Ada batasan luas lantai pada tata letak usulan. 4. Performansi yang diukur adalah adanya backtracking, jarak pemindahan bahan, dan energi yang dikeluarkan untuk pemindahan bahan.
1.4. Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan rancangan ulang tata letak fasilitas dan sistem penanganan bahan UKM Kerupuk Subur. 2. Mendapatkan perbandingan performansi tata letak fasilitas dan sistem penanganan bahan saat ini dengan tata letak
fasilitas dan sistem
5
penanganan bahan usulan dari jumlah backtracking, jarak pemindahan bahan, dan energi yang dikeluarkan untuk memindah bahan.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan usulan bagi UKM Kerupuk Subur untuk meningkatkan efisiensi proses produksi melalui perancangan ulang tata letak fasilitas dan sistem penanganan
bahan.
Perancangan ulang tata letak
penanganan
bahan
diperlukan
agar
pemakaian
fasilitas dan sistem
ruang
bangunan
lebih
maksimal dan meminimumkan jarak pemindahan bahan. Selain itu juga untuk memudahkan proses manufaktur serta menjaga keamanan produk dari kemungkinan adanya kontaminasi silang antar departemen kerja. Sistem penanganan bahan yang sudah menggunakan alat pemindah bahan yang sesuai dapat mempermudah pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu juga untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pekerja sehingga dapat mengurangi beban kerja atau energi yang dikeluarkan untuk pemindahan bahan.