BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Anak-anak berusia 7-9 tahun berada di kelas 1, 2, dan 3 SD. Masa tersebut merupakan waktu yang tepat untuk diletakkannya landasan yang kokoh untuk tahap-tahap periode belajarnya. Kelompok anak usia tersebut baru mengalami masa adaptasi perilaku, yaitu dari masa bermain yang dominan pada Taman Kanak-kanak (TK) memasuki masa belajar dan bermain pada tingkat SD. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor
subyek-subyek
belajar,
guru
dan
teknologi
pembelajaran.
Peningkatan kesiapan belajar subyek belajar dari segi kondisi fisikpun sangat penting berupa promosi derajat kesehatan. Menurut Wahjoedi (2001:
58) kebugaran
jasmani adalah
kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti serta dengan cadangan energi yang tersisa ia masih mampu menikmati waktu luang. Kesegaran jasmani merupakan wujud dari loyalitas fungsional seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan hasil baik atau memuaskan tanpa kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani merupakan faktor penting bagi siswa sekolah dasar. Siswa dibina sedini mungkin agar memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik, sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas sekolah dengan baik tanpa adanya rasa lesu, malas, kurang bergairah,
kurang bersemangat, baik di dalam kelas maupun di luar kelas sampai proses pembelajaran selesai. Peningkatan kesegaran jasmani siswa di sekolah perlu dibina untuk menunjang tercapainya proses belajar mengajar yang optimal, karena siswa yang mempunyai kesegaran jasmani yang baik akan dapat melaksanakan tugas belajar dengan baik (Engkos Kosasih, 1985: 10). Pembinaan haruslah dilakukan sedini mungkin, mulai pendidikan dasar, baik di sekolah maupun di rumah agar kesegaran jasmani tetap terjaga. Kesegaran jasmani di sekolah dasar dapat meningkatkan daya pikir, konsentrasi belajar yang tinggi, dan pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswanto (2007: 65) menyebutkan bahwa yang dimaksud konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Slameto (2010: 87), menurutnya konsentrasi belajar besar pengaruhnya terhadap belajar. Seseorang yang mengalami kesulitan berkonsentrasi, maka jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain ia harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran ini. Konsentrasi memegang peranan penting bagi seorang
anak
untuk
mengingat,
merekam,
melanjutkan,
dan
mengembangkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah. Kemampuan
untuk mengingat, merekam, dan mengembangkan materi pelajaran yang baik memungkinkan anak memperoleh prestasi yang optimal. Konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang berkaitan dengan memori atau ingatan pada saat menerima informasi. Konsentrasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain faktor jasmaniah dan faktor rohaniah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh. Kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi hal berikut untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif misalnya kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang. Beberapa faktor eksternal yang mendukung konsentrasi efektif yaitu lingkungan, udara, penerangan, dan orang-orang sekitar lingkungan (Thursan Hakim. 2003: 6-9). Kemampuan konsentrasi akan berkembang sesuai dengan usia dan pada anak-anak kemampuan konsentrasi terbatas bila dibandingkan dengan orang dewasa (Djamarah, 2008: 23). Anak akan lebih memusatkan perhatian pada sesuatu yang baru dan menarik perhatian. Berbeda bila yang diperhatikan sudah sering dilihat maka anak-anak akan malas untuk memperhatikan. Ketrampilan berkonsentrasi pada anak seperti orang dewasa, konsentrasi ini amat tergantung pada suatu pemikiran. SDIT Luqman Al Hakim adalah salah satu sekolah dasar yang berada di Yogyakarta. Sekolah ini memiliki kegiatan belajar mengajar yang berlangsung setiap senin – jum’at dari pukul 07.15 – 14.00 WIB sedangkan di hari sabtu diisi dengan kegiatan ekstrakulikuler. SDIT Luqman Al Hakim
memiliki 6 kelas dengan 4 subkelas sehingga jumlah total 24 kelas. Indeks kebugaran dan tingkat konsentrasi belajar siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim belum diketahui. Indeks kebugaran dan konsentrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor namun hal tersebut belum diketahui pula di SDIT Luqman Al Hakim. Hubungan indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajarpun belum diketahui. Penelitian mengenai kebugaran jasmani telah dilakukan sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan Jasimun pada 2012 dengan judul Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Prestasi Mata Pelajaran Penjas Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Purwasana Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara dengan hasil penelitian ini hasil penelitian nilai r hit (0,543) > r tab (0,220) artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi mata pelajaran penjas. Penelitian sejenis dilakukan oleh Sutoyo pada 2012 dengan judul Hubungan antara Kesegaran Jasmani dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 2 Rajawana dengan hasil penelitian ini hasil penelitian nilai r hit (0,482) > r tab (0,232) artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani dan prestasi belajar. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Elyas Susanto pada 2013 dengan judul Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Potorono Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Potorono Kecamatan Banguntapan,
Kabupaten Bantul. Hasil koefisien (R2) diperoleh sebesar 0,05 berarti kesegaran jasmani memberikan sumbangan sebesar 41,8% terhadap prestasi belajar pada anak, dan sisanya sebesar 58,2% dipengaruhi faktor lain. Pengamatan mengenai konsentrasi belajar dilakukan oleh Amalia pada tahun 2014 dengan melakukan observasi dan wawancara di SD Negeri 2 Karangcegak. Peneliti mengamati perilaku siswa kelas VI di saat proses belajar mengajar berlangsung. Kondisi siswa di kelas tersebut kurang kondusif dan dapat dikatakan siswa belum mampu berkonsentrasi belajar dengan baik karena terdapat siswa yang melamun saat diberikan materi pelajaran
(9,7%),
bermain-main
ketika
pelajaran
(19,4%),
tidak
memperhatikan guru (16,1%), dan beberapa juga ada yang mengobrol dengan teman sebangkunya (12, 9%). Jika dihitung secara keseluruhan, terdapat 58,1% siswa yang bermasalah ketika proses belajar berlangsung. Hal ini menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat konsentrasi belajar siswa ketika mereka melakukan kegiatan belajarnya. Bertitik tolak dari kesenjangan beberapa fakta yang ada dengan harapan dalam rangka mendukung kelancaran proses belajar anak khususnya siswa SD umur 7-9 tahun maka dilakukan penelitian tentang hubungan indeks kebugaran dengan konsentrasi belajar anak-anak siswa SD.
B. Identifikasi Masalah Beberapa masalah dapat kita identifikasi berdasarkan latar belakang diatas sebagai berikut: 1. Belum diketahuinya indeks kebugaran siswa kelas III yang berusia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al-Hakim. 2. Belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi indeks kebugaran siswa kelas III yang berusia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al-Hakim. 3. Belum diketahuinya tingkat konsentrasi belajar siswa kelas III yang berusia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al-Hakim. 4. Belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsentrasi belajar siswa kelas III yang berusia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al-Hakim. 5. Belum diketahuinya hubungan indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar siswa kelas III yang berusia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al Hakim. 6. Belum ada kajian langsung mengenai hubungan indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar.
C. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada hubungan indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar siswa kelas III yang berusia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al Hakim. D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah indeks kebugaran anak siswa SD usia 7-9 tahun ? 2. Bagaimanakah tingkat konsentrasi belajar anak siswa SD usia 7-9 tahun ? 3. Apakah ada hubungan antara indeks kebugaran dengan konsentrasi belajar anak siswa SD usia 7-9 tahun ?
E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui indeks kebugaran anak siswa SD usia 7-9 tahun 2. Mengetahui konsentrasi belajar anak siswa SD usia 7-9 tahun. 3. Mengetahui adanya hubungan antara indeks kebugaran dengan konsentrasi belajar anak siswa SD usia 7-9 tahun.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi para guru SD, khususnya guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai Tim Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), diharapkan memperoleh informasi untuk data dasar dalam penyusunan program UKS di wilayah kecamatan SD tersebut berada. 2. Bagi orang tua, diharapkan mendapatkan informasi tentang tingkat konsentrasi belajar siswa. 3. Untuk para peneliti, diharapkan dapat sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut, berupa penelitian pada siswa SD mengenai
konsentrasi belajar anak dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
G. Definisi Operasional 1. Indeks kebugaran adalah total perolehan nilai dari kegiatan lari 30 meter, jantung siku tekuk, baring-duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter (Depkes RI, 1994: 23-26). 2. Tingkat Konsentrasi belajar adalah tingkatan suatu pemusatan perhatian sehingga dapat memahami setiap materi pelajaran (Diana Aprilia, dkk., 2014: 2). Tingkt konsentrasi belajar terbagi dalam kategori lebih, sesuai, dan kurang. Konsentrasi belajar diukur dengan tes Bourdon Wiersma (Joko Susetyo, dkk., 2012: 35). 3. Anak-anak siswa SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak kelompok umur 7-9 tahun yang pada waktu penelitian ini berlangsung terdaftar sebagai siswa SDIT Luqman Al Hakim kelas 3 dengan kondisi tubuh sehat dan tidak sedang melakukan diet makanan.