BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
1.1.1
Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat untuk membentuk
sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir tahun 2015. Ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi China dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini
sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturanaturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing. Pembatasan, terutama dalam sektor tenaga kerja profesional, didorong untuk dihapuskan sehingga pada
intinya,
MEA
akan
1
lebih
membuka
peluang
2
tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya. (www.bbc.com) Menurut data World Economic Forum, posisi daya saing Indonesia tahun 2013–2014 berada pada urutan ke 38 dari 148 negara yang disurvei. Di posisi ini, Indonesia berada jauh di bawah Singapura yang menempati urutan ke-2, Malaysia (24), Brunei Darussalam (26),
dan Thailand (37). Peringkat daya saing tersebut
diukur melalui 12 kriteria yaitu institusi, infrastruktur, makro ekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar produk, efisiensi pasar tenaga kerja, perkembangan financial market, kesiapan akan teknologi, ukuran pasar, sofistikasi bisnis, dan inovasi. Tabel 1.1 Peringkat Daya Saing Indonesia Sumber: The Global Competitiveness Index 2013-2014 Negara
2011–2012
2012–2013
2013–2014
Singapura Malaysia Brunei Darussalam Thailand
Dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tenaga kerja di Indonesia harus mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan dengan tenaga kerja asing dari negara-negara Asean lainnya.
3
1.1.2
Pendidikan sebagai Faktor Pendorong Keberhasilan Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya saing suatu bangsa
diantaranya adalah pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, juga kesiapan teknologi. Pendidikan dan pelatihan keterampilan yang tepat memiliki
peran
strategis dalam memberi kontribusi siginifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Masyarakat dengan pendidikan beserta keterampilan yang baik dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatannya, yang secara kolektif akan meningkatkan pendapatan negara. Saat ini dan di masa mendatang, sumber daya alam bukan lagi menjadi daya saing utama suatu bangsa, melainkan penguasaan atas ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan laporan Putting Higher Education to Work: Skills and Research for Growth in Asia (Penerapan Hasil Pendidikan Tinggi dalam Dunia Kerja: Keterampilan dan Penelitian untuk Pertumbuhan di Asia) yang menyoroti peranan penting perguruan tinggi di Indonesia dan di seluruh kawasan regional dikatakan bahwa perguruan-perguruan tinggi di negara-negara berkembang di Asia masih kurang membekali para lulusan mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan. (www.worldbank.org) Sementara itu, tuntutan dunia kerja saat ini semakin tinggi.Tidak hanya mampu dalam bidang akademis saja, tapi yang lebih dicari adalah orang-orang yang mempunyai softskill. Para pencari kerja umumnya lebih menyukai orang-orang yang mempunyai kemampuan lengkap, misalnya tidak hanya cerdas tapi juga ahli
4
dibidang IT, penguasaan bahasa asing, team work, leadership, komunikasi, dan sebagainya. Inilah yang menjadi permasalahan, tidak semua lulusan mempunyai kapasitas dan ketrampilan seperti yang dibutuhkan dunia kerja tersebut. Menurut Hough
&
Wiranta (1994)
rendahnya
kualitas
sumber
daya
Indonesia
dikarenakan “there are twin problems of quality and relevance: graduates are widely such lacking skills that employers need and as having had no practical work experience " Adanya ketidaksesuaian antara kualitas pendidikan tinggi dengan relevansinya dalam dunia kerja, menyebabkan banyaknya produk-produk pendidikan yang kesulitan untuk memasuki dunia kerja. Meskipun saat ini jumlah lulusan Perguruan Tinggi yang mempunyai “title” sarjana meningkat dibandingkan beberapa tahun yang lalu, terdapat lulusan sarjana yang masih banyak menganggur karena kurangnya keterampilan.
Gambar 1.1 Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi Sumber: Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) BPS2008–2012 Generasi muda sekarang perlu mengingat bahwa belum semua ketrampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja dapat mereka miliki hanya dengan mengandalkan
5
pendidikan formal. Kondisi semakin diperparah dengan terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada, dan jika ada pun yang diambil adalah lulusan SMK atau diploma yang dinilai udah mempunyai ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan lulusan sarjana.Selain itu lulusan SMK atau diploma merupakan tenaga kerja yang umumnya mau dibayar lebih murah dan tidak menuntut hal-hal di luar kemampuan perusahaan. Apabila dilihat dari kuantitas lulusan pendidikan tinggi, sebenarnya terdapat hal yang kontroversial. Di satu sisi Indonesia kekurangan tenaga kerja yang berpendidikan sarjana, tetapi disisi lain kita memiliki pengangguran sarjana dalam jumlah yang amat besar. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa lulusan Perguruan Tinggi belum memiliki keterampilan yang diperlukan oleh pasar kerja. (Mastuti, 2009) 1.1.3
Peningkatan Permintaan Pendidikan di Indonesia Data yang didapat dari World Bank menyatakan bahwa pada tahun 2014
terdapat sekitar 252,8 juta jiwa di Indonesia. Dimana dengan jumlah penduduk sebanyak itu Indonesia menempati peringkat keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat sebagai negara dengan populasi manusia paling banyak. (www.data.worldbank.org). Pada tahun 2014, terdapat 28,5% dari populasi yang merupakan anak berusia anak usia 0-14 tahun dan diperkirakan Indonesia akan mengalami surplus
6
demografi pada tahun 2030 dimana jumlah populasi manusia usia produktif akan lebih besar daripada usia non-produktif.
Gambar 1.2 Persentasi Kelompok Usia 0-14 Tahun (2014) Sumber: www.bps.go.id Seiring
dengan
perkembangan
penduduk
akan
muncul
kebutuhan
masyarakat akan pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sendiri terlihat adanya peningkatan jumlah dari tahun 2012-2014. Jumlah total Sekolah Menengah Atas (SMA) baik negeri maupun swasta di Indonesia pada tahun 2012-2013 berada diangka 12.107. Pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan ke angka 12.409 (Pusat Data dan Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral)
7
Tabel 1.2 Gambaran Umum Keadaan SMA Tiap Provinsi tahun 2012-2013 Sumber: Pusat Data dan Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Tabel 1.3 Gambaran Umun Keadaan SMA Tiap Provinsi tahun 2013-2014 Sumber: Pusat Data dan Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
8
Tidak hanya dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA),menurut Edy Suandi Hamid, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), yang dikutip dari nasional.tempo.co mengatakan jumlah perguruan tinggi berkembang sangat pesat di Indonesia. Peningkatan pertumbuhan itu dimulai sejak 2005 dimana dalam 10 tahun terakhir, satu perguruan tinggi muncul di Indonesia tiap dua hari, kata Edy Suandi Hamid di Menara Kadin pada Kamis, 4 Juni 2015.
9
Menurut beliau, pada tahun 2005, ada 2.408 perguruan tinggi yang tercatat di Indonesia. Jumlah ini meningkat sekitar dua kali lipat dalam kurun waktu sepuluh tahun. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh forlap.dikti.go.id, pada semester genap 2015/2016 total perguruan tinggi swasta dan negeri mencapai angka 4300. Hal ini menunjukan bahwa ada minat dan permintaan masyarakat akan pendidikan. Tabel 1.4 Jumlah Perguruan Tinggi di Indonesia Rekap Nasional Semester 2015/2016 Genap Sumber: http://forlap.dikti.go.id/
Sebagai bagian dari kelompok negara berpenghasilan menengah dan berteknologi menengah ke bawah, Indonesia sudah mulai mencapai jenjang teknologi yang lebih tinggi dan memfasiltasi asimilasi teknologi dengan menjadi lebih terbuka, mempromosikan industrialisasi, membangun infrastruktur dan meningkatkan industri manufaktur. Namun, kapasitas untuk melakukan inovasi
10
masih sangat lemah. Dalam konteks ini, pendidikan dapat memainkan peranan penting dalam mendukung peningkatan daya saing dan pertumbuhan karena pendidikan tinggi menyediakan keterampilan dan penelitian tingkat tinggi untuk menerapkan teknologi saat ini maupun mengasimilasi, menyesuaikan dan mengembangkan teknologi-teknologi baru. Keterampilan dan penelitian merupakan dua faktor pendorong produktivitas. (www.worldbank.org) 1.1.4
Pendidikan sebagai Lifestyle Pendidikan di Indonesia mulai mengalami pergeseran kebutuhan, ke arah
lifestyle atau untuk gaya hidup. Dengan banyaknya fokus dan pemberian perhatian kepada pendidikan ini, timbullah institusi pendidikan, dan juga permintaan dari masyarakat terhadap pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu upaya bangsa dalam meningkatkan derajat dan kualitas sumber daya manusia untuk sejajar dengan bangsa maju lainnya di dunia. Pendidikan merupakan jalan awal dalam menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Dengan pendidikan akan melahirkan manusia yang berkualitas. Dan melalui pendidikan manusia akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya itulah manusia dapat membangun hidupnya dengan lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan dirinya sehingga status sosialnya berubah. Pada masyarakat Indonesia umumnya beranggapan bahwa dengan menempuh pendidikan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan derajat statusnya di dalam masyarakat. Maka hal ini wajar jika adanya
11
anggapan dari masyarakat mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai peran pendidikan sebagai kunci meningkatkan keberhasilan seseorang dalam kehidupan karirnya. 1.1.5
Siswa di Persimpangan Jalan Bagi setiap siswa siswi kelas XII yang telah mengikuti Ujian Nasional (UN),
mereka harus segera menentukan langkah mereka selanjutnya apakah itu terjun langsung kedalam dunia kerja atau meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi mereka yang hendak meneruskan pendidikan masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi, tentunya mereka sudah harus menyiapkan jurusan apa yang akan diambil nanti. Untuk beberapa anak, masih banyak yang mengalami kendala dalam memutuskan utuk memilih perguruan tinggi dan jurusan yang akan diambil. Hal ini dikarenakan sebagian besar anak belum mengetahui bakat dan minatnya sendiri dan juga kurangnya pengetahuan mengenai berbagai program jurusan perkuliahan dan pilihan karir yang dapat diambil dimasa depan. Tidak sedikit anak yang memilih jurusan kuliah atas dasar ikut-ikutan temannya yang sudah kuliah, maupun karena dorongan dan paksaan dari orang tuanya. Untuk mengetahui bakat dan minat secara tepat, dapat dilakukan hal seperti berikut, ketika seseorang masih kecil, bakat dan minat dapat terlihat dari observasi orangtua terhadap hal yang disenangi oleh anaknya. Sedangkan untuk anak usia remaja, yang telah memiliki kesenangan diberbagai bidang, seringkali merasa kesulitan untuk menentukan hal yang paling diminati karena merasa minat disemua bidang. Untuk itu, mengetahui secara pasti bakat dan minatnya menjadi hal yang penting. Salah satu cara yang paling akurat untuk mengetahui bakat dan minatnya
12
adalah melalui tes bakat dan minat. Mengetahui bakat dan minat dapat menjadi modal dasar untuk menentukan pilihan jurusan kuliah yang tepat.1 Satu hal yang pasti ketika seseorang salah memilih jurusan pada waktu kuliah, hal tersebut akan membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupannya dimasa mendatang. Setidaknya terdapat 3 dampak negatif yang dapat terjadi, diantaranya :
Problem Psikologis
Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan, merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan kemauan / pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu akan sulit dicerna otak karena sudah ada blocking emosi. Kesal, marah, sebal, sedih, itu semua sudah memblokir efektivitas kerja otak dan menghambat motivasi. Memilih jurusan kuliah sesuai dengan saran teman atau trend, padahal tidak sesuai dengan minat diri juga punya dampak psikologis, yakni menurunnya daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi dan menurunnya daya juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, masalah semakin bertambah, bisa menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan.
Problem Akademis
Problem akademis yang bisa terjadi jika salah mengambil jurusan kuliah yaitu, seperti prestasi yang tidak optimum, banyak mengulang mata kuliah yang berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi, kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, dan
1
http://tesbakatindonesia.com/pentingnya-mengetahui-bakat-minat/
13
buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah memilih jurusan kuliah bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran. Kalau makin sering tidak masuk kuliah, makin sulit memahami materi, makin tidak suka dengan perkuliahannya
akhirnya
makin
sering
bolos.
Padahal,
tingkat
kehadiran
mempengaruhi nilai.
Problem Relasional
Salah memilih jurusan kuliah membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak mampu menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan, ia pun merasa minder karena merasa dirinya bodoh, dsb hingga dia menjaga jarak dengan teman lain, makin pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih senang mengurung diri di kamar, takut bergaul karena takut kekurangannya diketahui, dsb. Atau, anak bisa jadi agresif karena kompensasi dari inferioritas di pelajaran. Karena dia merasa kurang di pelajaran, maka dia berusaha tampil hebat di lingkungan sosial dengan cara missal, mendominasi, mengintimidasi anak yang dianggap lebih pandai, dsb.2
1.1.6
Peran Stakeholder dalam membangun Industri Pendidikan
Stakeholder pendidikan dibagi dalam 3 kategori utama, yaitu:
2
http://belajarpsikologi.com/tips-memilih-jurusan-kuliah/
14
1. Sekolah, termasuk di dalamnya adalah para guru, kepala sekolah, murid dan tata usaha sekolah. 2. Pemerintah, diwakili oleh para pengawas, penilik, dinas pendidikan, walikota, sampai menteri pendidikan nasional. 3. Masyarakat, sedangkan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan adalah orangtua murid, pengamat dan ahli pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan atau badan yang membutuhkan tenaga terdidik (DUDI), toko buku, kontraktor pembangunan sekolah, penerbit buku, penyedia alat pendidikan, dan lain-lain. Peran serta stakeholder pendidikan dalam suatu perencanaan adalah hal yang sangat urgen sehingga akan dampak pada peningkatan profesionalitas guru. Hal ini sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 bahwa stakeholder pendidikan yaitu dewan pendidikan dan komite sekolah dalam kaitannya dengan hal di atas mereka memiliki 4 peran, yaitu; 1.
Peran Sebagai Pemberi Pertimbangan Atau Nasihat (Advisory Agency)
Peran sebagai pemberi pertimbangan atau nasihat (Advisory Agency) menunjukkan respon dan keikutsertaan dewan pendidikan dan komite sekolah memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dan di sekolah.
15
2.
Peran Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)
Peran pendukung dewan pendidikan dan komite sekolah berkaitan dengan internal manajemen sekolah; 3.
Peran Sebagai Pengontrol (Controling Agency)
Peran sebagai pengontrol (controlling agency) sesuai peran dewan pendidikan dan komite sekolah, sebagai badan pengawas terhadap kegiatan sekolah termasuk pelaksanaan dan penggunaan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT). Fungsi pengontrol (controling agency) menunjukkan bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan aktifitas; 4.
Peran Sebagai Penghubung (Mediating Agency)
Pusat pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat harus saling bekerja sama secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk dapat bekerja secara sinergis harus ada yang menghubungkan antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Itulah sebabnya salah satu peran dewan pendidikan dan komite sekolah adalah peran penghubung (mediating agency).Jika ada kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, maka dari beberapa banyak program yang inovatif dapat dicoba untuk dilaksanakan oleh sekolah. Peran penghubung atau mediating agency menunjukkan bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah; Keempat peran dewan pendidikan dan komite sekolah tersebut dalam melakukan aktifitas bukanlah melakukan dan perannya secara terpisah-pisah, tetapi
16
berlangsung
secara
simultan.
Dalam
melakukan
aktifitasnya,
mereka
mengedepankan peningkatan kualitas pendidikan, bukan menyalurkan kehendaknya pribadi apalagi melakukan pemerasan. Dalam melaksanakan perannya dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan etika dan aturan yang berlaku serta focus pada perolehan mutu yang kompetitif
1.2
Definisi Masalah Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada masalah dalam kualitas
lulusan perguruan tinggi dimana banyak ditemukan pengangguran intelektual akibat minimnya keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Tidak hanya itu saja, masalah juga tidak hanya dialami kelompok demografi lulusan perguruan tinggi namun juga dialami oleh kelompok anak usia SMA (15-18 tahun). Dimana ditemukan definisi masalah, sebagai berikut: 1. Masih ada siswa yang mengalami kendala dalam memutuskan perguruan tinggi dan jurusan kuliah. 2. Belum adanya Institusi yang mengerjakan dan berkecimpung dalam layanan pengembangan minat dan bakat siswa, khususnya untuk usia SMA. 3. Bagaimana membangun layanan yang dapat memenuhi kebutuhan siswa-siswi tersebut, dan profitable untuk pelaku usaha.
17
1.3
Tujuan dan Keuntungan
1.3.1
Tujuan bisnis Tujuan bisnis Teen Edu adalah untuk menjawab kebutuhan siswa dan siswi untuk mendapatkan dan menentukan perguruan tinggi dan jurusan kuliah yang tepat serta pengetahuan mengenai beragam pilihan karir yang dapat mereka pertimbangkan di masa depan. Yang dituangkan dalam tujuan utama dari Teen Edu, yaitu: 1. Inspiring – Integrating – Assisting – Nurturing students. 2. Menciptakan institusi yang mengerjakan dan berkecimpung dalam layanan pengembangan minat dan bakat siswa, khususnya untuk usia SMA. 3. Menciptakan bisnis baru yang layak dan dapat diterima (feasible) serta dapat bertahan (sustainable) seiring dengan berjalannya waktu.
1.3.2
Keuntungan untuk pelaku bisnis 1. Pelaku bisnis dapat menjangkau siswa dan siswi yang sesuai dengan target yang diinginkan. 2. Teen Edu membuka lapangan pekerjaan baru dan mendapatkan profit dan bisnis yang berkelanjutan.
1.3.3
Keuntungan untuk konsumen 1. Menuntun dalam memilih jurusan perkuliahan sesuai dengan bakat dan minat.
18
2. Menuntun generasi muda untuk bisa menemukan panggilan profesi yang sesungguhnya. 3. Mencetak generasi muda yang percaya diri, berintegritas, beretika, berdaya saing, dan memiliki jiwa kepemimpinan
1.4
Ruang Lingkup Dalam pembuatan bisnis ini ditetapkan target market adalah siswa SMA
berusia rata-rata 15-18 tahun dengan pertimbangan bahwa pengembangan potensi harus dilakukan dengan sedini mungkin. Program-program pembelajaran dan pelatihan yang ditawarkan Teen Edu dapat dipilih sesuai dengan bakat dan minat.Sistem pembelajaran bersifat inovatif, menggunakan practical approach berupa industry insight sharing, simulasi, dan kasus dunia kerja nyata, didukung oleh teknologi berbasis IT, serta tenaga pengajar yang berpengalaman. Tidak hanya itu saja para siswa pun disediakan channel ke lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan, dan institusi lain baik dalam maupun luar negri yang semuanya diciptakan untuk satu tujuan yaitu mendukung keberhasilan mereka dimasa mendatang.
1.5
Ide Bisnis Berdasarkan pembahasan sebelumnya diperoleh pengetahuan bahwa ada
tantangan dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan SDM yang berkualitas, meningkatkan daya saing tenaga kerja di Masyarakat Ekonomi Asean, perkiraan mengenai surplus demografi, kurangnya bimbingan dan keterampilan bagi siswa SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dan menentukan karir, serta
19
peningkatan permintaan akan pendidikan, diperoleh beberapa pilihan yang dapat dilakukan generasi muda sebagai berikut: 1. Bimbingan konseling untuk menentukan jurusan bagi siswa SMA yang hendak melanjutkan ke perguruan tinggi. 2. Mendatangi universitas-universitas untuk mengetahui lebih mendalam jurusan yang tersedia. 3. Tes bakat dan minat oleh psikolog untuk menentukan jurusan dan karir yang dapat dipilih 4. Mengikuti pelatihan berupa training profesi 5. Mengikuti seminar mengenai dunia pekerjaan 6. Membangun network dengan professional, lembaga, perusahaan, dan institusi.
Apabila pilihan diatas dilakukan seluruhnya, siswa harus menyiapkan biaya yang besar, waktu yang panjang, dan usaha yang besar. Oleh karena itu Teen Edu hadir memberi innovative integrated solution bagi generasi muda untuk mengembangkan potensi, bakat, dan minat secara efisien dan efektif menggunakan practical approach berupa industry insight sharing, simulasi, dan kasus dunia kerja nyata, didukung oleh teknologi berbasis IT, tenaga pengajar yang berpengalaman dan penyediaan channel ke lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan, dan institusi lain baik dalam maupun luar negri yang semuanya diciptakan untuk satu tujuan yaitu mendukung keberhasilan mereka dimasa mendatang.
20
Gambar 1.3 Framework Bisnis Teen Edu
Tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang mengikuti program saja, namun karena terjadi peningkatan permintaan pendidikan, bisnis Teen Edu dapat menjadi pelopor dibidangnya dan terus hadir secara berkesinambungan membimbing generasi muda Indonesia demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan berpotensi.