BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang ditandai dengan melemahnya nilai kurs rupiah, kebijakan moneter ketat, gejolak suku bunga, penurunan kapasitas produksi nasional dan inflasi yang tinggi menyebabkan bank-bank mengalami kesulitan likuiditas. Kondisi ini telah menimbulkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap bank sehingga mengakibatkan kinerja bank semakin buruk yang selanjutnya menjurus kepada runtuhnya sistem perbankan nasional. Pemerintah mengambil tindakan untuk mengatasi berbagai persoalan yang diakui menjadi penyebab timbulnya krisis perbankan. Salah satu tindakan pemerintah dengan membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada bulan Februari 1998 diketuai oleh Iwan Prawinata mantan Direktur utama Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim). Badan ini bertugas untuk memilih, menyaring, dan menyeleksi bank-bank nasional (BUMN, swasta, maupun campuran) yang dianggap memerlukan pembenahan (Lukman, 2000 ; 164). Masalah yang menjadi penyebab bank-bank nasional memerlukan pembenahan antara lain sebagai berikut : 1. Kecukupan modal atau kinerja perbankan berdasarkan rasio kecukupan modal (Capital-to-assets Ratio) bank-bank nasional pada saat terjadi krisis kurang dari 8% sebagai batas kewajaran rasio kecukupan modal berdasarkan BIS (Bank for International Settlement).
2
2. Kesehatan bank secara total (berdasarkan penilaian kesehatan bank dengan penetapan CAMEL) banyak terdapat bank dinyatakan tidak sehat diantaranya Bank Exim, Bank Danamon, Bank Modern, Bank Jakarta dan Bank PDFCI. 3. Kredit bermasalah atau batas maksimal pemberian kredit (BMPK). Bankbank memberikan kredit kepada kalangan tertentu atau grup-grup tertentu dengan jumlah yang sangat besar dan melanggar ketentuan yang ada. Pemerintah melalui BPPN melakukan langkah-langkah sebagai tindak lanjut dalam industri perbankan yaitu dengan menutup kegiatan usaha atau melikuidasi 16 bank swasta (tanggal 24 November 1997), pembekuan operasi 7 bank swasta serta pengambilalihan 7 bank swasta dari BUMN oleh BPPN pada tanggal 4 April 1998, selanjutnya pada bulan Agustus 1998 pemerintah membekukan 8 bank (BBO) dan mengambil alih 7 bank (Lukman, 2000 ; 160). Sebagai akibat dari likuidasi 16 bank swasta nasional tersebut di atas mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan berkurang sehingga terjadi Rush atau penarikan dana masyarakat secara besar-besaran. Rush tersebut menyebabkan bank-bank mengalami kesulitan likuidasi yang sangat parah dan tidak bisa diatasi. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan bantuan dari Bank Indonesia (BI) berupa bantuan likuiditas yang kemudian lebih dikenal dengan istilah BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia). Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajer, pemegang saham maupun pemerintah, karena hal ini menyangkut distribusi kesejahteraan diantara mereka. Melihat kondisi perbankan nasional saat ini maka penilaian kinerja perbankan sangat diperlukan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap
3
dunia perbankan. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel atau indikator-indikator. Sumber utama variabel atau indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan ini dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan. Studi penilaian kinerja perbankan berdasarkan variabel atau indikatorindikator laporan keuangan bank yang bersangkutan telah banyak dilakukan. Eko (1998) melakukan penilaian kinerja hampir 215 bank didasarkan pada rasio-rasio CAMEL tanpa menilai kualitas manajemen, untuk melihat ranking dari bank-bank tersebut. Syahriel (2001) menilai kinerja keuangan 150 bank berdasarkan laporan keuangan publikasi dengan menggunakan kriteria rasio-rasio CAMEL untuk melihat ranking dari 150 bank tersebut. Dari penelitian yang mereka lakukan dengan indikator yang lazim digunakan, diperoleh gambaran kinerja keuangan bank. Misalnya, persentase dari rasio-rasio CAMEL yang dimiliki bank yang bersangkutan. Payamta dan Mas’ud (1999) meneliti kinerja perusahaan perbankan sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode CAMEL. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja bank untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO. Berdasarkan pada latar belakang tersebut dan kinerja bank-bank besar yang mengalami penurunan akibat krisis yang terjadi dan turunnya kepercayaan masyarakat pada industri perbankan nasional maka penulis tertarik untuk melakukan
4
“Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Saat dan Setelah Krisis Ekonomi di Indonesia“.
1.2 Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah yang akan diteliti yaitu : 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan perbankan diukur menurut rasio CAMEL? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja yang significant pada saat terjadinya krisis dan setelah krisis ekonomi?
1.3 Batasan Masalah Mengingat adanya faktor keterbatasan waktu dan tempat maka penulis membatasi penelitian ini pada data yang akan di analisis adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang akan diambil sebagai sampel adalah semua perusahaan perbankan yang listing di BEJ selama tahun 1997-2002 yaitu : a. PT. Bank Central Asia b. PT. Bank Buana c. PT. Bank Danamon d. PT. Bank Internasional Indonesia e. PT. Bank Lippo f. PT. Bank Mega
5
g. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) h. PT. Bank Niaga i. PT. Bank NISP j. PT. Bank Permata (PT. Bank Bali) Untuk bank yang saat ini sudah dilikuidasi tidak diteliti karena bank yang yang dibekukan oleh pemerintah pada waktu krisis tidak listing di BEJ. 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan saat masa krisis yaitu pada tahun 1997 sampai dengan 1999 dan setelah krisis yaitu tahun 2000 sampai dengan 2002. 3. Kinerja keuangan dinilai dengan menggunakan metode CAMEL.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui
kinerja
keuangan
perusahaan
perbankan
yang
diukur
menggunakan rasio CAMEL pada saat dan setelah krisis. 2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara kinerja keuangan perusahaan perbankan yang diukur menggunakan rasio CAMEL pada saat dan setelah krisis.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Investor
6
Sebagai bahan masukkan untuk pertimbangan dalam melakukan investasi dan portofolio di Bursa Efek Jakarta. 2. Emiten Sebagai informasi tambahan dalam pengambilan keputusan (kebijakan) yang harus diambil oleh perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ. 3. Bagi bank yang bersangkutan a. Sebagai bahan masukan untuk memperbaiki kinerja manajemen bank yang bersangkutan. b. Bank yang bersangkutan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan di bidang keuangan bank tersebut. 4. Pihak lain Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian dan tambahan pengetahuan.
1.6 Hipotesis Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh para ahli perbankan seperti : Eko (1998) yang melakukan penilaian kinerja 215 bank yang didasarkan pada rasio-rasio CAMEL tanpa melihat kualitas manajemen, dan Syahriel (2001) menilai kinerja keuangan 150 bank berdasarkan laporan keuangan publikasi dengan menggunakan kriteria rasio-rasio CAMEL. Dari hasil penelitian yang dilakukan Eko, disimpulkan bahwa banyak bank berkinerja jelek pada tahun 1997 akibat krisis yang terjadi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Syahriel
7
menyimpulkan bahwa kinerja perbankan Per Des 2000 mulai membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syahriel dalam menilai kinerja keuangan 150 bank. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil perhitungan rasio CAMEL 150 bank. Berdasarkan penelitian tersebut makan penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : Ho
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
kinerja keuangan perusahaan
perbankan yang diukur menurut rasio CAMEL pada saat dan setelah krisis ekonomi. Ha
:
Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang diukur menurut rasio CAMEL pada saat dan setelah krisis ekonomi.
1.7 Metode Penelitian 1. Metode Pengambilan Sample Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data diperoleh dari catatan, literatur kuliah, buku-buku, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), internet, serta bacaan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu perusahaan perbankan yang terus-menerus listing di BEJ mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 dan memiliki laporan keuangan yang lengkap.
8
2. Metode Analisis Data Alat analisis yang dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan dalam penelitian ini yaitu : a. Metode CAMEL, yakni sehimpun indikator yang berunsurkan variabelvariabel berikut :
C : Capital (untuk rasio kecukupan modal), meliputi rasio CAR
A : Assets (untuk rasio kualitas aktiva), meliputi rasio RORA
M : Management (untuk menilai kualitas manajemen), meliputi rasio NPM
E : Earnings (untuk rasio rentabilitas), meliputi rasio ROA, ROE, BOPO
L : Liquidity (untuk rasio likuiditas), meliputi rasio LDR Dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan perbankan
diproksikan dengan rasio-rasio CAMEL yang disesuaikan terhadap data yang tersedia. Kinerja bank dinilai berdasarkan aspek permodalan, kualitas aktiva produktif (KAP), aspek manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Teknik CAMEL dalam penelitian ini tidak dapat diterapkan sepenuhnya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI), tetapi disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada. Oleh karena itu, penilaian kinerja bank tidak menggunakan nilai kredit tetapi terbatas pada penggunaan rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja aspek permodalan, kualitas aktiva produktif (KAP), manajemen,
9
rentabilitas, dan likuiditas. Penyesuaian ini terpaksa dilakukan, mengingat penilaian kinerja bank dengan CAMEL tidak sepenuhnya dapat dilakukan hanya berdasarkan Laporan Keuangan Bank (LKB) yang dipublikasikan (Payamta, Mas’ud, 1999 ; 58). Penyesuaian terhadap KAP dilakukan karena di Indonesia hanya Bank Indonesia dan bank yang bersangkutan yang mengetahui tingkat kolektibilitas (lancar, kurang lancar, diragukan, atau macet) kualitas aktiva tersebut (Amir dan Husni, 1993; 16). Rinaldi (Infobank, 1995; 6 ) berpendapat bahwa dalam pengungkapan laporan keuangan bank sesuai dengan format yang berlaku (SKAPI), Bank Indonesia masih “setengah hati”, akibatnya masyarakat luas sangat sulit mengetahui kesehatan bank secara benar. Infomasi-informasi penting yang menjadi dasar penilaian kesehatan bank (CAMEL) seperti ATMR, CAR, Pelanggaran BMPK, kolektibilitas aktiva produktif, khususnya kolektibilitas kredit yang diberikan tidak dapat dilacak dari laporan keuangan bank (LKB). Dalam penelitian ini, KAP diproksikan dengan RORA (Amir, 1996 ; 15). Aspek manajemen pada penilaian kinerja bank dalam penelitian ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan draft margin (Riyadi, 1995; 16). Alasannya seluruh kegiatan manajemen suatu bank, yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum,
10
manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba bank tersebut. Dengan
demikian,
faktor-faktor
CAMEL
sebagai
variabel
pengukur kinerja suatu bank dirumuskan seperti di bawah ini : 1) Aspek Pemodalan (Capital) Penilaian aspek permodalan suatu bank lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya. Kecukupan modal dalam model CAMEL dianalisis dengan menggunakan Core Capital-ToAssets Ratio (CAR). CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank (Lukman, 2000; 122) . Standar terbaik yang ditetapkan Bank Indonesia sesuai ketentuan BIS untuk rasio CAR adalah sebesar 8%. Dalam penelitian ini kecukupan modal dinilai berdasarkan rasio CAR dengan rumus sebagai berikut : CAR =
Equity Capital − Fixed Assets x 100% Loans + Securities
Keterangan :
Capital-To-Assets Ratio (CAR) : untuk menilai keamanan dan kesehatan bank dari sisi modal pemiliknya, atau merupakan kinerja
11
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menimbulkan resiko .
Equity Capital : modal bersih
Fixed Assets : total aktiva tetap
Loans : jumlah kredit yang diberikan
Securities : sekuritas
Jika suatu bank memiliki rasio CAR di bawah 8% berarti kinerja bank tersebut dilihat dari segi kecukupan modal dinilai kurang baik. Sebaliknya jika suatu bank memiliki rasio CAR lebih dari 8%, maka kinerja bank tersebut dari segi kecukupan modal dinilai baik.
2) Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Assets) Aspek kualitas aktiva produktif (KAP) diproksikan dengan Return on Risked Assets (RORA). RORA mengukur kemampuan bank dalam berusaha mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba. Return on risked assets (RORA) dirumuskan sebagai berikut : RORA =
Laba Sebelum Pajak x 100% Risked Assets
Keterangan :
Return on Risked Assets (RORA) : rasio antara laba sebelum pajak dengan risked assets.
12
Risked Assets : penjumlahan antara kredit yang diberikan ditambah dengan penempatan pada surat-surat berharga.
Semakin besar nilai RORA dari tahun ke tahun, berarti kinerja bank tersebut semakin baik, sebaliknya semakin kecil nilai RORA maka kinerja bank dinilai semakin buruk atau menurun.
3) Aspek Manajemen (Management) Aspek manajemen diproksikan dengan net profit margin yang dirumuskan sebagai berikut : Net Profit Margin (NPM) =
Net Income x 100% Operating Income
Keterangan :
Net Profit Margin (NPM) : rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.
Net income : laba bersih
Operating income : pendapatan operasional
Jika nilai rasio NPM semakin besar dari tahun ke tahun, berarti kinerja bank tersebut akan semakin baik dan sebaliknya jika rasio NPM semakin kecil maka kinerja bank dinilai kurang baik dilihat dari segi manajemennya.
4) Aspek Rentabilitas (Earnings)
13
Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Rentabilitas bank akan diukur dengan menggunakan: a) Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Standar yang diwajibkan Bank Indonesia sebesar 1,5%. ROA dirumuskan sebagai berikut : ROA =
laba sebelum pajak x 100% Total Aktiva
Keterangan :
Return on Asset (ROA) : rasio laba terhadap aktiva
Semakin besar ROA suatu bank, semakin baik pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
b) Return on Equity (ROE) Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut go-public). Dengan demikian rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan
14
bank dalam memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan pembayaran dividen. Standar yang diwajibkan Bank Indonesia untuk setiap bank adalah sebesar 11%,. ROE dirumuskan sebagai berikut : ROE =
laba bersih x 100 % mod al sendiri
Keterangan :
Return on Equity (ROE) : rasio laba terhadap modal sendiri.
kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan bagi saham bank tersebut
c) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Standar yang diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk rasio ini adalah sebesar 92%. BOPO dirumuskan sebagai berikut : BOPO =
Beban Operasional x 100% Pendapa tan Operasional
Keterangan :
BOPO : untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
15
Rasio BOPO di bawah 92% maka kinerja suatu bank akan semakin baik, dan sebaliknya di atas 92% semakin buruk pula kinerjanya dilihat dari segi rentabilitas.
5) Aspek Likuiditas (Liquidity) Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan. Tingkat likuiditas bank diukur dengan menggunakan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. LDR (Loan to Deposit Ratio), dirumuskan sebagai berikut : LDR =
Jumlah Kredit yang Diberikan x 100% Total Dana Pihak Ketiga + Modal Sendiri
Keterangan :
Loan to Deposit ratio (LDR) : untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
16
LDR yang bagus adalah yang nilainya berkisar antara 85% sampai 110%. Loan to Deposit Ratio (LDR) terlalu rendah berarti banyak dana yang tidak dioptimalkan pemanfaatannya dalam bentuk kredit,
sebaliknya
LDR
yang
terlalu
besar
menunjukkan
ketergantungan bank pada dana beresiko tinggi seperti kredit macet.
3. Uji hipotesis Beda Dua Mean untuk Observasi Berpasangan Penelitian ini menggunakan uji hipotesis beda dua mean untuk observasi
berpasangan, untuk mengetahui signifikan tidaknya perbedaan
antara kinerja keuangan perusahaan perbankan yang diukur menurut rasio CAMEL. Untuk menggunakan model ini diperlukan jumlah data yang berpasangan. Selain itu untuk memperbandingkan dua buah variabel dependen, dua buah variabel yang diperbandingkan harus memiliki karakteristik yang relatif hampir sama. Oleh Karena itu dalam penelitian ini sebisa mungkin hal itu dipenuhi. Dalam menguji hipotesis akan digunakan teknik statistik parametik karena variabel-variabel dalam penelitian ini sudah merupakan data kuantitatif. Uji statistik yang dimaksud adalah uji t dengan uji hipotesis beda dua mean untuk observasi berpasangan. Pengujian hipotesis dengan distribusi t adalah pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi t sebagai uji statistik, tabelnya disebut tabel nilai-t. Hasil t hitung kemudian dibandingkan
17
dengan nilai yang ada pada tabel untuk menerima atau menolak hipotesis nol (Ho) yang dikemukakan. Prosedur pengujian hipotesis untuk uji t tersebut meliputi langkahlangkah sebagai berikut : a. Formulasi hipotesisnya : Ho :
μ1 = μ2
Ha :
μ1 ≠ μ2
Digunakan pengujian dua sisi. b. Penentuan nilai α / Level of significant Menentukan tingkat signifikan α untuk pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini α yang dipilih adalah 0,05 atau 5% yang berarti kemungkinan benar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilita 95% atau toleransi kesalahannya adalah 5%. Kemudian menentukan nilai tα atau tα/2 dari tabel. c. Kriteria pengujian : Ho diterima jika : - t (α / 2 ; n - 1) ≤ t ≤ t
(α / 2 ; n - 1)
Ho ditolak jika : t > t (α / 2 ; n - 1) atau t < - t (α / 2 ; n - 1) d. Perhitungan nilai t Uji t dirumuskan sebagai berikut : t=
D
S
D
n
18
Dimana : D
: mean dari rata-rata harga D
SD : Deviasi standar dari harga-harga D n
: Banyaknya pasangan
e. Kesimpulan Kesimpulan pengujian merupakan penerimaan atau penolakan Ho : a. Jika Ho tidak ditolak maka Ha ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan yang diukur menurut rasio CAMEL pada saat dan setelah krisis. b. Jika Ho ditolak maka Ha tidak ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan yang diukur menurut rasio CAMEL pada saat dan setelah krisis.
1.8 Sistematika penulisan Pembahasan masalah dari menganalisis kinerja keuangan perusahaan perbankan dengan menggunakan rasio-rasio CAMEL untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dikemukakan di atas dibagi menjadi 5 bab yaitu : BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini, diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan.
19
BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini, dibahas tentang konsep dasar laporan keuangan dan teknik analisis laporan keuangan serta pengujian beda dua mean BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisikan tentang gambaran secara umum dari obyek penelitian ini. BAB IV : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang hasil pengumpulan data serta analisis terhadap data tersebut. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran dari hasil penelitian.