BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan slogan Pesona Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mempromosikan wisata Indonesia ke luar negeri dan di dalam negeri. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari hingga Oktober 2015 mencapai 8 juta wisatawan atau tumbuh 3,38%, sedangkan kunjungan wisatawan domestik pada Januari hingga Oktober 2015 sebanyak 187,3 juta perjalanan (Kemenparekraf, 2015). Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Total kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali pada tahun 2015 sebesar 4.001.835 jiwa dan jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2015 sebesar 5.263.766 jiwa (Disparda Provinsi Bali, 2016). Menurut Rahim (2012), pengembangan pariwisata yang bertujuan untuk menarik minat wisatawan, tidak terlepas dari prinsip Sapta Pesona atau tujuh jabaran konsep sadar wisata yang merupakan konsep dari pariwisata di indonesia. Bersih merupakan salah salah satu konsep Sapta Pesona dari tujuh konsep lainnya, yaitu aman, tertib, sejuk, indah, ramah dan kenangan. Bersih diartikan suatu keadaan atau kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran sampah, limbah, penyakit, dan pencemaran sehingga wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat
1
2
Kebersihan dari suatu lingkungan merupakan salah satu kunci agar manusia yang berada suatu tempat tidak menderita suatu penyakit. Lingkungan yang kotor dapat memberikan dampak berupa gangguan kesehatan bagi manusia. Berdasarkan penelitian Rai dan Sajinadiyasa (2009), terjadi 17 kasus infeksi saluran pernafasan pada wisatawan asing yang dirawat di RSUP Sanglah. Menurut Setyawan (2003), isu disentri terjadi pada sepuluh wisatawan asing asal Taiwan yang berkunjung ke Bali. Disentri merupakan penyakit yanga disebabkan oleh lingkungan yang kotor dan makanan
yang
terkontaminasi
Entamoeba
histolytica.
Sultradewi
(2016)
menginformasikan bahwa pada tahun 2012 Australia pernah mengeluarkan travel warning kepada warganya untuk tidak bepergian ke Bali terkait KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) pada salah satu kabupaten di Bali. Diketahui bahwa lingkungan yang kotor merupakan salah satu faktor risiko kejadian DBD di wilayah tersebut. Salah satu elemen dalam menjaga kebersihan lingkungan yaitu dengan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah meliputi pengelolaan di pemukiman penduduk dan lokasi pariwisata. Kota Denpasar, merupakan ibukota Provinsi Bali yang juga menawarkan beberapa tempat wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Denpasar merupakan wilayah dengan penduduk padat yang setiap hari menghasilkan volume sampah sebesar 2.500 m3 hingga 2.700 m3 per hari, bahkan produksi sampah meningkat tajam pada hari raya sebesar 100%. Pengelolaan sampah di Kota Denpasar dikelola secara formal oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar (DKP Kota Denpasar, 2016). Pekerjaan pengelolaan sampah oleh DKP Kota Denpasar dibagi menjadi dua bagian yaitu pekerjaan administrasi yang berlokasi di kantor dan pekerjaan bagian kebersihan yang bertugas di lapangan. Status pekerja administrasi maupun pekerja
3
lapangan terdiri dari pekerja kontrak dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pekerja kebersihan di lapangan sebagian besar terdiri dari Pekerja Harian Lepas (PHL) (DKP Kota Denpasar, 2016). Pandangan masyarakat tentang pekerjaan bidang kebersihan merupakan pekerjaan yang dipandang rendah atau tidak berdaya tarik tinggi dan melakukan pekerjaan ini tidak memerlukan kualifikasi atau keahlian khusus, seperti tidak adanya persyaratan jenjang pendidikan, batasan usia dan pengalaman kerja. Risiko gangguan kesehatan dan keselamatan sebagai petugas kebersihan juga tergolong tinggi, karena pada sampah ditemukan banyak sekali hazard yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Menurut Irianto (2013), situasi dan kondisi kerja yang berhubungan dengan sampah memiliki potensi bahaya di tempat kerja seperti bahaya mekanis, listrik, fisik, kimia dan biologis. Menurut Fajar (2013) kerugian yang dialami petugas kebersihan diantaranya adalah gangguan kesehatan, mengalami luka, mengalami tindakan pelecehan seksual, hingga menyebabkan kematian. Suputra (2016) menginformasikan terjadi kasus kecelakaan kerja pada tenaga petugas Dinas Kebersihan salah satu kabupaten di Bali yang menyebabkan korban meninggal dunia. Kejadian kecelakaan kerja di DKP Kota Denpasar pada tahun 2002, terjadi pada petugas pengangkut sampah antara lain terpeleset karena licin sebanyak enam kasus, tercangkul sebanyak lima kasus dan tersengat listrik sebanyak satu kasus. Pada tahun 2010 terjadi delapan kasus kecelakaan kerja pada DKP Kota Denpasar dan satu diantaranya dilaporkan meninggal dan pada tahun 2011 terdapat tiga kasus kecelakaan kerja pada petugas dan tidak terdapat korban yang dilaporkan meninggal dunia (DKP Kota Denpasar, 2016).
4
Sebuah studi oleh Noviani (2016) tentang manajemen kerja penyapu jalan, menyatakan bahwa tingkat kepatuhan petugas penyapu akan standar kerja yang diberikan oleh Dinas Kebersihan masih tergolong rendah, yang meliputi pemakaian APD dan kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur (SOP). Hal ini berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan kerja pada petugas penyapu. Hasil survei awal pada 10 petugas penyapu jalan, sebagian besar petugas pernah mengalami kecelakaan kerja berupa terserempet mobil atau motor. Sedangkan survei yang dilakukan terhadap delapan petugas pengangkut sampah, beberapa petugas mengaku pernah terkena benda-benda tajam seperti pecahan kaca, duri dan jarum. Bertolak dari uraian tersebut, penulis membuat skripsi dengan mengambil judul “Gambaran kecelakaan kerja pada petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar tahun 2016”
1.2 Rumusan Masalah Dalam melakukan pekerjaan, petugas DKP Kota Denpasar selalu kontak dengan sampah sebagai bagian dari pekerjaan mereka. Tumpukan sampah bercampur berbagai macam hazard yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja. Selain itu, penggunaan APD yang rendah merupakan masalah yang serius karena dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan data kecelakaan kerja di DKP Kota Denpasar, sepanjang tahun 2010 sampai tahun 2011 terdapat 11 kasus kecelakaan
kerja
kategori
berat
yang
dilaporkan
ke
Jamsostek
(BPJS
Ketenagakerjaan), sedangkan untuk kecelakaan kerja kategori ringan dan sedang tidak diketahui jumlahnya. Dari adanya permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran kecelakaan kerja pada petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar.
5
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat ditarik pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimanakah gambaran kecelakaan kerja petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar?
1.4 Tujuan Adapun tujuan pada penelitian ini adalah: 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran kecelakaan kerja pada petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui prevalensi kecelakaan kerja pada petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar. b. Mengetahui gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja) pada petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar. c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, penggunaan APD, shift kerja dan unit kerja pada petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar.
1.5 Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan menambah kajian kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tentang kecelakaan kerja dengan mengetahui bagaimana gambaran kecelakaan kerja.
6
1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak DKP tentang kecelakaan kerja. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan kecelakaan kerja.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dikhususkan pada aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang menggambarkan proporsi kecelakaan kerja dan hazard di tempat kerja pada petugas DKP Kota Denpasar.