BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan. Pada umumnya persediaan ini merupakan salah satu aktiva lancar yang mempunyai nilai terbesar dibandingkan dengan unsur lainnya, maka perlu mendapatkan perhatiaan khusus dari pimpinan perusahaan, khususnya penggunaan metode persediaan apakah sudah sesuai dengan tujuan perusahaan. Persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuaanya untuk dijual atau diolah kembali. Persediaan dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang memiliki definisi yang berbeda. Menurut Hermanto (1995 ), persediaan meliputi semua barang yang dimiliki pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual kembali atau tanpa mulai proses perusahaan. Menurut Assouri ( 1978 ), persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. 1
Persediaan dalam perusahaan mempunyai kedudukan ganda yaitu sebagai unsur harga pokok penjualan di dalam laporan laba rugi dan sebagai unsur aktiva lancar di dalam neraca. Tujuan utama dari metode persediaan adalah untuk memilih asumsi arus biaya yang paling mencerminkan laba periodik, sesuai kondisi yang berlaku. Asumsi arus biaya memberikan dampak langsung terhadap neraca, laba rugi, penyajian arus kas serta pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu persediaan yang dimiliki selama satu periode harus dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca. Pemilihan metode akuntansi persediaan untuk laporan keuangan di Indonesia diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14 (Revisi 2009) yang sesuai dengan kebutuhan fiskal, yaitu berdasarkan Undang-Undang PPH No. 36 Tahun 2008, pihak perusahaan hanya diperbolehkan untuk menerapkan metode penilaian persediaan FIFO dan ratarata. Tapi apabila suatu perusahaan dalam laporan keuangan menggunakan metode persediaan LIFO maka untuk tujuan pajak harus membuat kembali dengan metode yang diperbolehhkan yaitu metode rata-rata dan FIFO. Perusahaan manufaktur dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan selain jumlah populasinya yang banyak, perusahaan manufaktur juga mencakup seluruh aspek-aspek penelitian. Perusahaan manufaktur juga memiliki berbagai jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku (raw materials inventory), persediaan barang dalam proses (work in process
inventory) dan persediaan barang jadi (finished goods inventory) yang tidak semua jenis persediaan dalam satu perusahaan tersebut menggunakan satu metode penilaian persediaan yang sama. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan dapat dijual baik berupa bahan baku, barang setengah jadi ( barang dalam proses ) serta dapat pula dijual setelah barang itu jadi. Berdeba dengan perusahaan dagang yang hanya memiliki satu jenis persediaan saja yaitu persediaan barang dagang yang tidak mengalami proses perubahan maupun kualitas barang. Dengan demikian barang yang dibeli akan dijual kembali oleh perusahaan tanpa adanya proses pengolahan. Hampir semua jenis perusahaan baik jasa, dagang, perbankan maupun manufaktur yang terdaftar di BEI, itu merupakan perusahaan yang tergolong besar. Contoh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah PT Kabelindo Murni Tbk, yaitu pada tahun 2010, menghasilkan total nilai penjualan sebesar dengan tingkat Rp 542.618.000.000,00 dengan total nilai laba sebelum pajak Rp 5.827.000.000,00 dan nilai rasio leverage 0,44 dengan metode persediaan yang digunakan oleh perusahaan untuk tahun 2010 adalah metode akuntansi persediaan FIFO. Sedangkan tahun 2011, total nilai penjualan
sebesar
Rp
864.753.000.000,
laba
sebelum
pajak
Rp
25.452.000.000 dan tingkat leverage 0,62. Untuk tahun 2012 total penjualan sebesar Rp 1.020.197.000.000,00 dan total nilai laba sebelum pajak sebesar Rp 32.006.000.000,00 dan nilai rasio leverage 0,78 perusahaan untuk menggunakan metode persediaan rata-rata.
memilih
Dari contoh perusahaan PT Kabelindo Murni Tbk tersebut dapat diketahui bahwa baik untuk total penjualan, laba sebelum pajak serta rasio hutang dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan. Akan tetapi ada perubahan dalam penggunaan metode akuntansi persediaannya yaitu untuk tahun 2009-2010 memakai metode FIFO sedangkan untuk tahun 2011-2012 menggunakan metode rata-rata. Penggunaan metode akuntansi persediaan antara perusahaan yang satu dengan yang lain tidak harus sama. Perusahaan diberi kebebasan dalam memilih metode akuntansi persediaan mana yang akan diterapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan, apakah ingin memaksimalkan laba ataupun meminimalkan pembayaran pajak. Untuk memilih metode yang akan digunakan, harus memperhatikan faktor-faktor yang berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang terpilih sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah sebanyak lima variabel yaitu ukuran perusahaan, laba sebelum pajak, likuiditas, leverage dan intensitas persediaan. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin kecil ukuran perusahaan, maka semakin besar kecenderungan manajer untuk memilih metode akuntansi yang menghasilkan laba tinggi agar perusahaan dianggap memiliki kinerja yang baik, sehingga kemungkinan memperoleh dana pinjaman dari kreditor akan meningkat. Sementara itu semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar kecenderungan manajer untuk memilih metode akuntansi yang menghasilkan laba rendah untuk meminimalisasi pembayaran pajak.
Laba sebelum pajak dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan. Hal ini sesuai dengan Political Cost Hypothesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi akan cenderung untuk menggunakan pilihan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba, yaitu dengan metode persediaan rata-rata. Likuiditas merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang rendah berusaha menaikkan labanya agar dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, yaitu dengan menggunakan metode yang dapat menaikkan laba, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio lancar yang tinggi biasanya memilih metode yang dapat
menghasilkan laba
yang rendah sehingga
memperoleh
penghematan pajak. Leverage menggambarkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar dibanding dengan kemampuan perusahaan sendiri yang digambarkan dengan modal. Leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Ketika rasio leverage tinggi, maka hutang perusahaan juga tinggi. Dengan hutang yang tinggi, maka perusahaan akan mencoba untuk menaikkan
total aktiva dengan cara memilih metode persediaan yang dapat menambah total aktiva. Sebaliknya, ketika leverage rendah maka perusahaan dapat memilih metode yang dapat menurunkan laba agar biaya pajaknya juga turun. Intensitas persediaan menunjukkan sejauh mana efisiensi manajemen dalam mengelola persediaan. Semakin rendah persediaan akhir, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan berjalan dengan baik. Intensitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan yang digunakan. Ketika persediaan tinggi, maka manajer akan memilih metode yang dapat memperkecil persediaan. Hal ini dilakukan agar kinerja manajer dalam mengelola persediaan dianggap baik oleh perusahaan karena semakin rendah persediaan, maka semakin efisien pula pengelolaan persediaannya. Berdasarkan uraiaan tersebut diatas, maka peneliti sangat tertarik ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai persediaan dengan judul penelitian:
ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERPENGARUH
TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 20102012). Periode 2010-2012 dipilih karena merupakan tahun yang paling terbaru dan mudah untuk memperoleh datanya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan dapat berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012? 2. Apakah laba sebelum pajak dapat berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012? 3. Apakah likuiditas dapat berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 20102012? 4. Apakah leverage dapat berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 20102012? 5. Apakah intensitas persediaan dapat berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012?
1.3 Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 yang menggunakan salah satu dari metode persediaan FIFO atau rata-rata, sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2009) dan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 yang menjelaskan bahwa pihak perusahaan hanya diperbolehkan untuk menerapkan metode FIFO dan ratarata untuk persediaannya. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada pemilihan metode akuntasi persediaan yaitu: ukuran perusahaan, laba sebelum pajak, likuiditas, leverage,dan intensitas persediaan. 1.4 Tujuan dan Kegunaan 1.4.1
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis serta memberikan bukti bahwa: 1. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 2. Laba sebelum pajak dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 3. Likuiditas dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012
4. Leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 5. Intensitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. 1.4.2
Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
berguna
untuk
menambah
ilmu
pengetahuan
dan
dalam
pengaplikasian teori yang telah diperoleh ke dalam dunia kerja nantinya. 2. Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan untuk meningkatkan laba sehingga menjadi optimal. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan informasi serta wawasan. 4. Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
proses pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi khususnya yang berkaitan dengan persediaan. Hasil penetian ini juga dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika pada penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi alasan diangkat dalam penelitian, perumusan masalah yang diambil, batasan masalah, tujuan dan kegunaan dari penelitian serta sistematika penulisan dalam penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan menjadi dasar acuan teori yang digunakan dalam analisis pada penelitian ini (landasan teori dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan pengembangan hipotesis) BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan secara operasional. Dalam bab ini dijelaskan mengenai variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dan definisi opersional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, bagaimana metode analisisnya serta tahap pelaksanaan kegiatan penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini
berisikan mengenai analisis dan pembahasan tentang
variabel-variabel yang menjadi objek penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan tentang kesimpulan
hasil penelitian
yang
dilakukan serta saran-saran yang dapat bermanfaat sebagai masukan kepada pihak- pihak yang berkepentingan. Daftar Pustaka