BAB I PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang Komunitas Jazz Jogja adalah komunitas yang terdiri dari
musisi
dan
pecinta
musik
jazz
di
Yogyakarta.
Sejak
awal
terbentuknya komunitas ini konsistenmenyosialisasikan musik jazz kesemua lapisan masyarakat, khususnya di daerah Yogyakarta. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengoreksi pandangan mayoritas masyarakat yang memosisikan musik jazz sebagai genre musik elit dan hanya milik kaum borjuis. Hal ini terlihat darimahalnya harga tiket dan megahnya gedung yang digunakan dalam pertunjukan musik jazz, sehingga tidak semua orang bisa menikmatinya.Fakta inilah yang membuat identitas musik jazz menjadi musik berkelas menengah ke atas dan berestetika tinggi.1 Dengan kata lain, hadirnya Komunitas Jazz Jogja adalah bentuk perlawanan terhadap pertujukan jazz yang elit. Komunitas Jazz Jogja membuat pertunjukan musik jazz yang sederhana dan merakyat dengan tujuan agar bisa dinikmati oleh semua kalangan, diantaranya: Jazz Gayeng, Ngayogjazz, Jazz Mben Senen, Etawa 1Diunduh
dari laman http://fredywp.blogspot.com/2013/06/konsumsimusik-jazz.html,diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
2
Jazz,Jazz on The Street, dan Jazz Sunrise @the Beach.Menurut Hegel, fungsi utama seni adalah untuk mempresentasikan yang absolut dalam bentuk indrawi.2 Komunitas ini, berkesenian dengan cara mengadakan pertunjukan musik jazz dan mendokumentasikan karya (lagu) dari beberapa project atau banddirekam ke dalam CD album kompilasi. Komunitas
Jazz
Jogja
sudah
memproduksi
lima
album
kompilasi sejak tahun 2009 hingga 2013.Album kompilasi adalah hasil perpaduan dari beberapa project dan lagu dalam sebuah CD.Album pertama berjudul Jazz Basuki Mawa Beya.Konsep album ini adalah setiap project bebas menciptakan karya sendiri yaitu musik jazz (all ganre) atau jazz gaya Indonesia. Album kedua berjudul JazzIng Java Sasarengan.Konsep yang diusung adalah mengaransemen lagu tradisional Jawa menggunakan ritmis jazz. Album ketiga berjudul Lain Ladang Lain Jazznya.Konsep album ini adalah mengaransemen lagu jazz menggunakan ritmiskesenian tradisional Indonesia (jazz gaya Indonesia). Album keempat berjudul Panen Karya.Konsep pada album ini adalah setiap project menciptakan sebuah karya (lagu) menggunakan ritmis Indonesia. Album kelima
2Mudji
Sutrisno, Teks-teks Kunci Estetika: Filsafat Seni (Yogyakarta: Galang Press, 2005), 32.
3
berjudul
Study-Ing
Babad
Jazz.Konsep
album
ini
adalah
mengaransemen lagu jazz yang terkenal pada setiap eranya. Perubahan
konsep
pada
setiap
albumnyasecara
simetris
membentuk proses kesadaran individu dan projectyang berpatisipasi pada album tersebut,dalam artian pembentukan habitus musikal mengikuti album kompilasi. Fokus penelitian ini pada individu dan project Komunitas Jazz Jogja yang mengisi album kompilasi.Individu dan project dipilih berdasarkan banyaknya keterlibatandi dalam album kompilasi.Hal ini bertujuan untuk melihat pembentukan habitus musikal yang terjadi pada pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja. Penelitian ini juga melihat karakteristik musikal, proses produksi, dan peran album kompilasi terhadap pembentukan habitus musikal bagi pengisinya (individu dan project). 1.2 Rumusan Masalah Transformasi album kompilasi memfisibelkan pembentukan habitus musikal pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.Bagaimana karakteristik musikal album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja?
4
2.Bagaimana
proses
produksi
album
kompilasikarya
Komunitas Jazz Jogja? 3.Bagaimana
peran
album
kompilasi
karya
Komunitas
JazzJogja terhadap pembentukan habitus musikal bagi para pengisinya? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di atas yaitu untuk mengetahui karakteristik musikal, proses produksi, dan peran album kompilasi terhadap pembentukan habitus musikal pada pengisi album kompilasi.Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan wacana baru dan bermanfaat bagi mereka yang berkonsentrasi di ranah musikologi, etnomusikologi, maupun sosiologi. Hasil
penulisan
ini
dapat
memberikan
referensi
kepada
masyarakat umum dan pecinta musik jazz tentang album kompilasi karya
Komunitas
Jazz
Jogja.
Tulisan
ini
dapat
memberikan
pengertian dan pemahaman baru atas kesenian terhadap nilai budaya dan juga memperkaya pengetahuan untuk kajian musik khususnya musik jazz dan komunitas jazz di Indonesia.
5
1.4 Tinjauan Pustaka Langkah awal dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa buku dan hasil penelitian, terkait dengan topik permasalahan yang diangkat. Tinjauan pustaka berisi uraian beberapa hasil penelitianyang dilakukan oleh peneliti lain, dimana hasil penetian tersebut berhubungan dengan penelitian ini. Beberapa literatur yang relevan digunakan oleh peneliti dalam membangun landasan teori. Kesenian dikaji sebagai bahan penelitian terhadap beberapa kepustakaan yang berkaitan dengan musik jazz itu sendiri, baik secara arti, kebudayaan, juga secara kajian musikologis terhadap perkembangan musik jazz secara umum maupun spesifik. Tinjauan pustaka sangatlah diperlukan sebagai bahan rujukan terhadap objek dari penelitian ini. Melihat buku, artikel, dan tesis yang telah ada, sebenarnya permasalahan akan musik jazz bukan hal yang baru. Banyak penulis yang mengangkat musik jazz sebagai objek penelitian dengan kajian dan pengangkatan permasalah yang berbeda. Dinamika musik jazz dijelaskan dalam buku karya Samboedi dalam buku yang berjudul JAZZ: Sejarah dan Tokoh-tokohnya. Buku ini tertulis perkembangan dan sejarah musik jazzsecara global, di Australia, danAsia termasuk Indonesia.Informasi dalam buku ini yang digunakan oleh peneliti
6
yaitu perkembangan musik jazz secara global dan Indonesia. Samboedi
menulis
perkembangan
musik
jazz
di
Indonesia,
khususnya tentang biografi musisi jazz sebelum dan sesudah tergabung dalam Indonesia All Stars. Ia juga menceritakan beberapa musisi jazz Indonesia, di antaranya: Embong Rahardjo, Indra Lesmana, Dullah Suweileh, Berry Likumahuwa. Buku berjudul 123 Ayat Tentang Seni karya Yapi Tambayong menjelaskan 123 ayat tentang seni susastra, seni musik, seni drama, seni rupa, dan seni film. Ada satu ayat yang membahas tentang kolaborasi musisi jazz Belanda dengan Indonesia. Hal ini digunakan peneliti untuk menjelaskan sejarah perkembangan jazz di Indonesia. Artikel karya yang ditulis oleh Oki Rahadianto Sutopo berjudul “Transformasi Jazz Yogyakarta: Dari Hibriditas menjadi Komoditas,” dalam Jurnal Sosiologi MASYARAKAT, Vol. 17, No. 1, Januari 2012, menjelaskan tentang perkembangan jazz Yogyakarta. Tulisan ini membahas tentang transformasi jazz di Yogyakarta. Narasi mengenai jazz hibrid menjelaskan jazz Yogyakarta menjadi sebuah tontonan yang mampu meraup profit.Hal ini disebabkan karena para kapital sudah masuk dalam aspek paling esensial yaitu pemaknaan akan produk budaya. Lokalitas yang diangkat bertujuan memberi makna
7
justru menjadi komoditas yang semakin jauh dari makna lokalitas itu sendiri. Artikel karya yang ditulis oleh Oki Rahadianto Sutopo berjudul “Dinamika Kekuasaan Jazz dalam Komunitas Jazz Yogyakarta 20022010,” dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 14, No 1, Juli 2010, mejelaskan tentang perkembangan Komunitas Jazz Yogyakarta yang meliputi wacana perlawanan. Wacana perlawanan dijelaskan tentang musisi akademis yang mengusung jazz standar dengan musisi non-akademis yang mengusung jazz non-standar. Jazz standar berpedoman pada real book, sementarajazz non-standar memainkan Jazz Fusion. Wacana perlawanan terjadi karena ideologi akan musik jazz itu sendiri sehingga menghasilkan narasi-narasi yang berbeda. Tesis yang diajukan oleh Wilton Aw. Djaya dengan judul “Pembentuk Identitas Kolektif Melalui Musik dalam Komunitas Jazz Yogyakarta”, Program Studi Kajian Budaya dan Media, UGM, 2011, menggunakan tiga landasan teori yaitu habitus dan wacana yang dikembangkan oleh Bourdieu, teori identitas yang dikembangkan oleh Henry Tajfel dan John C. Teori habitus digunakan untuk menganalisa prilaku individu Komunitas Jazz Jogja secara personal dan kolektif. Teori identitas digunakan untuk melihat identitas
8
kolektif Komunitas Jazz Jogja. Teori wacana digunakan untuk menganalisa relasi-relasi kuasa yang terjadi pada Komunitas Jazz Jogja. Wilton menjelaskanbahwa identitas kolektif Komunitas Jazz Yogyakarta didapat melalui relasi intergroup dan intragroup yang membuat berbeda dengan praktik reproduksi wacana tentang jazz. Pada penelitian ini, penulis terfokus pada album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja.Adapun sepanjang pengamatan penulis, topik tentang kajian pembentukan habitus musikal pada Komunitas Jazz Jogja pengisi album kompilasi belum pernah diteliti.Dengan demikian, dapat diketahui penelitian ini orisinil. 1.5 Landasan Teori Landasan teori digunakan dalam mengkaji permasalahan yang berfungsi untuk memperkuat dan membedah masalah-masalah dalam penelitian. Tesis ini membahas tentang pembentukan habitus musikal pada individu dan project pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja.Penelitian ini tidak hanya terfokus pada perubahan
album
kompilasi
dari
perspektif
musikologi
saja,
melainkan juga melihat pembentukan habitus musikal dan proses produksi album kompilasi menggunakan perspektif sosiologi. Hal ini membuat peneliti menggunakan teorihabitus Pierre Bourdieu untuk melihat pembentukan habitus musikal pengisi album kompilasi.
9
Produksi kultural dihasilkan oleh individu dalam suatu ranah sosial. Individu itu sendiri memiliki habitus yang tercipta dari disposisi-disposisi mereka dimulaidari kanak-kanak pada suatu ranah.Habitus dibentuk melalui pendidikan dan interaksi antara individu yang mendiami suatu ruang sosial.3 Singkatnya, habitus merupakan tindakan atau sikap yang terakumulasi dan dinamis mengikuti ranah sosial, sehinggahabitus setiap individu berbedabeda. Produk habitus bersifat spesifik dan beradaptasi dengan ranah. Ranah merupakan sistem sosial yang bersifal relasional antara posisi objektif.4 Pada ranah terdapat perjuangan untuk memperebutkan sumber atau pertaruhan dan akses terbatas (field of stuggle).Proses produksi album kompilasi Komunitas Jazz Jogjadipandang sebagai suatu
ranah
dimana
terjadi
perjuangan
atau
manuver.Para
individuyang tergabung dalam suatu project berjuang memproduksi karya untuk bisa berpatisipasi dan masuk dalam album kompilasi. Para
individu
yang
telah
memiliki
modal
tetap
harus
menyesuaikan konsep album kompilasi. Ada empat katagorimodal,
3Richard
Jenkins, Membaca Pikiran Pierre Bourdieu,terj., (Yogyakarta: Kreasi Wacana, cetakan ketiga 2013), 108-109. 4Jenkins, 124-125.
Nurhadi
10
yaitumodal ekonomi, modal sosial (berbagai jenis relasi bernilai dengan pihak lain yang bermakna), modal kultural (pengetahuan sah satu sama lain), dan modal simbolis (prestise dan gengsi sosial).5Peneliti melihat keempat modal pada setiap individudengan tujuan untuk melihat pembentukan habitus musikal dariperubahan karakteristik musikal dan proses produksi album kompilasi. Individu yang memiliki modal simbolis besar (dominan) akan mengisyaratkan tindakan eksplisit maupun implisit kepada individu yang
memiliki
modal
simbolis
kecil
(terdominasi).
Individu
terdominasi akan mengikuti tindakan atau perintah dari individu dominan karena dianggap sesuatu yang legitimit. Tindakan atau perintah kerap diikuti oleh kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik adalah kekerasan dalam bentuk sangat halus yang diberikan pada individu tanpa mengundang resistensi, tetapi malah mengundang konformitas
sebab
sudah
mendapat
legitimasi
sosial
karena
bentuknya yang sangat halus.6 Kekerasan simbolik dipengaruhioleh doxa yang cenderung mengatur 5Richard
kehidupan
sosial.Doxa
itu
sendiri
Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu, terj., Pipit Maizier (Yogyakarta: Jalasutra, cetakan kedua 2009), 17. Lihat juga: Jenkins, 125. 6Richard Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), xxi.
11
merupakankestabilandan
keterikatantatanan
sosial
dalam
diri
individu pada tradisi, serta terdapat kekuasaan yang sepenuhnya ternaturalisasi dan tidakdipertanyakan.7Doxa berada pada tatanan yang lebih tinggi dan dimiliki di bawah alam bawah sadar individu, sehingga apa yang diterimanya dianggap sesuatu kebenaran yang mutlak. Singkatnya, doxa merupakan kebenaran yang tidak dapat dipertanyakan. Pengisi album kompilasi menganggap Music Director adalah orang yang bertugas menjaga benang merah album kompilasi dan memiliki kemampuan bermusik yang baik. Hal ini membuat pengisi album kompilasi membenarkan saran yang diberikan Music Directorguna kelancaran album kompilasi. Korelasi habitus dengan modal menghasilkan suatu praktik pada suatu ranah sosial.Hal ini terjadi karena seluruh kehidupan sosial pada dasarnya bersifat praktis.8Pernyataan ini dianalogikan bahwa praktik tidak bekerja pada ruangan yang kosong.Relasi antara habitus dengan modal, praktik, doxa, kekerasan simbolik, dan kekuasaan simbolik dalam suatu ranah.Secara ringkas, Bourdieu menyatakan rumusan generative yaitu: (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik.9Pada penelitian ini, praktik berada pada Jaran Art Space,
7Richard
Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), xxi. 96. 9Richard Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), xxi. 8Jenkins,
12
Bentara Budaya Yogyakarta, dan Padepokan Bagong yang digunakan pada proses produksi album kompilasi. Pierre
Bourdieu
dalam
karyanya
berjudulArena
Produksi
Kultural berbicara tentang suatu karya yang tercipta karena adanya relasi-relasi yang objektif pada suatu ranah.Karya seni tidak tercipta dari
kreasi
senimannya
saja,
banyak
individu-individu
yang
berpatisipasi didalamnya, Bourdieu berpendapat bahwa: Penyelidikan harus ditingkatkan kepada semua pihak yang turut memberikan kontribusi bagi hasil ini, yaitu orangorang yang memahami ide karya seni itu (para komposer atau pemain drama); orang-orang yang melaksanakannya (musisi atau aktor); orang-orang yang menyediakan perlengkapan dan materi yang dibutuhkan (para pembuat alat musik); dan orangorang yang memberikan audien pemahaman karya tersebut (kritikus, ahli musik atau sastra, dan sebagainya).10 Ada beberapa individu dan kelompok yang membantu produksi album kompilasi, seperti Music Director (MD), Dagadu, Padepokan Bagong, Jaran Art Space, Bentara Budaya Yogyakarta, dan Sound Engineer. Karya seni baru bisa eksis sebagai objek simbolis jika dia diakui dan dikenali.Artinya, jika dilembagakan secara sosial sebagai karya seni dan diterima oleh para penikmat yang sanggup mengenali
10Pierre
Bourdieu, Arena Produksi Kultural: Sebuah Kajian Sosiologi Budaya, terj., Yudi Santosa (Yogyakarta: Kreasi Wacana Offset 2010), 12.
13
dan mau mengakuinya sebagai karya seni.11Album kompilasi sudah bisa disebut objek simbolis karena sudah diakui, dikenali, dan diterima oleh pecinta musik jazz khususnya di Yogyakarta sejak tahun 2009. Penelitian ini melihat pembentukan habitus musikal dari individu dan project pengisi album kompilasi. Skema pembentukan habitus musikal dalam penelitian ini adalah:
Album Kompilasi 2
Album Kompilasi 4
Individu Album Kompilasi 1
Album Kompilasi 3
Album Kompilasi 5
Project Gambar 1.1: Skema pembentukan habitus musikal individu dan project pada album kompilasi
Skema diatas menjelaskanproses pembentukan habitus musikal pada individu dan projectmengikutikonsep album kompilasi.Pada akhirnya,konsep dari album kompilasi (ranah) membentuk habitus pada individu dan project.Penelitian ini tidak hanya terfokus pada perubahan
karakteristik
11Richard
musikal
(teks),
tetapi
Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), 15.
juga
pada
14
pembentukan habitus (konteks) dari perspektif sosiologi dimana teori habitus digunakan atau bekerja. Penelitian ini secara umum melihat Komunitas Jazz Jogja yang memproduksi album kompilasi dalam skema penelitian, yaitu: Komunitas Jazz Jogja
Alldint
Jazz Mben Senen
Etawa
Album Kompilas i
Jazz Basuki Mawa Beya
Pengisi Album Kompikas (Individu dan project
Sasarengan
Lain Ladang, Lain Jazznya
Proses Pembentukan Habitus Musikal Teks
Konteks
Panen Karya Musikologi Study-ing Babad Jazz Gambar1.2 : Skema penelitian
Sosiologi
15
1.6 Metode Penelitian Dalam mengkaji dan mendeskripsikan suatu permasalahan dalam
penelitian
perlu
menggunakan
metode-metode
penelitian.Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan multidisiplin (musikologi dan sosiologi).Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik, dengan cara deskripsi berbentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks
yang
alamiah.12Metode
yang
digunakan
diharapkan
membantu dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam rumusan masalah. Penulisan akan dilakukan secara deskriptif analitis, sehingga memberikan pemahaman baru bagi para pembaca. Pada penelitian ini, penulis menggunakan studi kepustakaan untuk mendukung ide, gagasan, dan pola pikir demi keakuratan dengan cara mengumpulkan data secara tertulis sebagai literatur, baik dari buku-buku ilmiah maupun karya-karya tulis lainnya. Pengumpulan data dijadikan sebagai sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan di beberapa perpustakaan, diantaranya: 12Lexy
Perpustakaan
Universitas
Gajah
Mada
dan
J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 6).
16
Perpustakaan ISI Yogyakarta.Dalam menganalisa, data-data yang ditemukan di lapangan diseleksi yang baik dan sesuai kebutuhan.13 1.6.1 Batasan Subjek dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan karena untuk melihat pembentukan habitus dari individu dan project.Individu disini maksudnya orang atau
anggota
Komunitas
Jazz
Jogja
yang
mengisi
album
kompilasi.Project adalah beberapa individu yang terkumpul dalam sebuah band pengsi album kompilasi. Hal ini dilakukan dengan cara memilih individu dan project yang paling banyak berpatisipasi dalam album
kompilasi,
dengan
tujuan
melihat
pembentuk
habitus
musikal. Subjek penelitian ini adalah Agung Prasetyo, Gilang, Yoga Pradana, Aggria Hida, Danny Eriawan, personel Blank on 5, Everyday,
dan
beberapa
anggota
Komunitas
JazzJogja.Objek
penelitian yaitu individu dan project yang berpatisipasi paling banyak dalam album kompilasi. 1.6.2 Lokasi Penelitian Terdapat tiga lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
melihat
pembentukan
habitus
musikal
pengisi
album
kompilasi, yaitu: (1) Jaran Art Space atau Mabes Komunitas Jazz 13Soedarsono,
Metodologi Penelitiana Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, cetakan kedua 2001), 127.
17
Mben Senen, beralamat di Jln. Ring Road Utara, no. 4, Condong Catur digunakan untuk berlatih dan progress report setiap project, (2) Bentara
Budaya
Yogyakarta
(BBY),
beralamat
di
Jl.
Suroto
2Kotabaru, Yogyakarta digunakan sebagai tempat progress report dan menyosialisasikan karya dari setiap project yang akan di take, dan(3) Padepokan Seni Bagong Kussadiarja, beralamat di Jln. Kembaran RT 04/RW 21, Taman Tirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta digunakan sebagai tempat takealbum kompilasi. 1.6.3 Teknik Pengumpulan Data Untuk
memperoleh
data
penelitian,
digunakan
teknik
pengumpulan data. Secara garis besar, data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) data yang diperoleh dari wawancara, (2) data yang diperoleh dari observasi, dan (3) data berupa dokumen, teks, atau karya seni yang dinarasikan.14Ketiga jenis pengelompokan data dapat dianalogikan menjadi wawancara, pengamatan, dan kajian kepustakaan. Peneliti juga menggunakan tiga jenis pengelompokan dalam mengumpulkan data, yaitu:
14Pawito,
Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKIS, 2007), 96.
18
1.6.3.1 Wawancara Wawancara dapat dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau paduan wawancaraatau bisa juga dilakukan wawancara tanpa panduan.15 Peneliti langsung datang ke lokasi penelitian dengan membawa
beberapa
alat
bantu
untuk
mempermudah
proses
wawancara, seperti: buku, bolpoint, kamera, dan handycame. 1.6.3.2 Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk melihat proses pembentukan habitus musikal pada berbagai aktivitas Komunitas Jazz Jogja dalam proses produksi album kompilasi. 1.6.3.3 Kajian kepustakaan Pengumpulan data ini dilakukan menggunakan sumber tertulis dapat berupa buku, artikel, tesis, surat kabar, booklet, jurnal, majalah, makalah seminar, data dari situs internet, dan beberapa penulisan ilmiah. Dengan adanya sumber tertulis tersebut diperoleh data lebih awal terkait dengan objek penelitian.
15M.
Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), 234.
19
1.6.4 Analisis Data Model analisis data dalam penelitian yang digunakan adalah analisis data interaktif. Miles dan Huberman membagi menjadi tiga komponen dalam menganalisis data, yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.16 1.6.4.1
Reduksi Data
Analisis data menggunakan komponen kegiatan reduksi data merupakan
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangansehingga finalnya dapat ditarik dan diverifikasi atau disimpulkan.17Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dan dimulai dengan membuat ringkasan, menelusuri tema, dan menulis memo dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan. 1.6.4.2
Penyajian Data
Analisa data menggunakan komponen kegiatan penyajian data yang berupa mengorganisasikan data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis menjadi 16Pawito,
104.
17Matthew
B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj., Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press, 1992), 16.
20
kesatuan.18 Pendeskripsian sekumpulan informasi yang sistematis untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk gambar, tabel, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang terpadu dan mudah dipahami. 1.6.4.3
Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan dan vertifikasi merupakan kegiatan di akhir penelitian. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun
kesimpulan
final
tidak
pernah
dirumuskan
tanpa
menyelesaikan analisis data.19 Makna dirumuskan untuk diuji kebenarannya,
kecocokannya,
dan
kekokohannya
yang
telah
disepakati oleh subjek di mana penelitian itu dilakukan. Perumusan makna menggunakan pendekatan emik, yaitu dari kacamata key informan atauinforman atau subjek penelitian, bukan penafsiran makna menurut pandangan peneliti. Hal ini dilakukan karena suatu makna tidak terlepas dari konteks dari hal yang dimaknai.
18Pawito, 19Pawito,
105-106. 106.
21
1.7 Sistematika Penulisan Hasil Penelitian ini akan dibagi kedalam beberapa bab yang didalamnya akan menjelaskan secara keseluruhan setiap tema berdasarkan judul bab. Bab-bab disusun sebagai berikut: Bab I. Bagian ini akan dibagi kedalam latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II.Pada bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan musik jazz dari New Orleans sampai perkembangan dan kegiatan Komunitas Jazz Jogja. Bab III.Pada bab ini dideskripsikan analisa proses produksi dan karakteristik musikal album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja. Bab IV. Bab ini menganalisis modal awal yang dimiliki beberapa individu dan project pengisi album kompilasi. Bab ini juga mengkaji peran album kompilasi bagi individu dan project yang mengisinya Bab V.Bab terakhir ini berisikan tentang ringkasan dan penjelasan dari hasil penelitian dan penjelasan analitik tentang pembentukan habitus musikal dari individu dan project pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz.