BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi yang berkaitan dengan gunung api (Layman, 2002). Sistem panas bumi ini dapat dibagi menjadi tiga area yaitu Sileri, Sikidang-Merdada dan Pakuwaja. Total potensi energi panas bumi dari ketiga area tersebut diperkirakan 355 MW, yang didasarkan pada anomali geofisika dengan metode magnetotelluric (MT) dan data sumur (Boedihardi dkk, 1991). Selain ketiga area tersebut, terdapat daerah prospek panas bumi yang memperlihatkan aktivitasnya berupa fumarol, kolam lumpur dan air panas yaitu kawah Candradimuka (Buntaran, 1982). Berdasarkan SK Menteri Pertambangan No. 491/KPTS/M/PERTAMB/1974, Area Prospek Candradimuka termasuk dalam wilayah kerja panas bumi (WKP) Dataran Tinggi Dieng (Dirjen EBTKE, 2012). Letak area tersebut berada di bagian barat dari lapangan panas bumi Dieng, tepatnya diantara Gunung Butak dan Gunung Jimat (Gambar 1.1.). Pada kawah Candradimuka dan sekitarnya, terdapat beberapa manifestasi yang menunjukan adanya aktivitas hidrotermal yang tinggi (Buntaran, 1982). Manifestasi aktif yang hadir berupa mata air panas, fumarol dan batuan alterasi sedangkan manifestasi tidak aktif berupa mata air dingin dan batuan alterasi. Oleh karena itu, karakteristik air manifestasi perlu diteliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap mineral alterasi yang terbentuk.
1
2
Karakteristik geokimia air manifestasi dapat digunakan untuk pendugaan awal sistem panas bumi pada daerah penelitian. Karakteristik sistem panas bumi tersebut berupa jenis dan genesa air panas bumi, kematangan air panas bumi serta pendugaan suhu bawah permukaan. Berdasarkan karakteristik geokimia dan data geologi, maka dapat dibuat model hidrologi air panas bumi pada daerah penelitian.
Gambar 1.1. Wilayah kerja panas bumi (WKP) Dataran Tinggi Dieng beserta area prospek panas bumi dan lapangan panas bumi Dieng. Area prospek panas bumi meliputi area Candradimuka, Mangunan dan Wanayasa (Dirjen EBTKE, 2012 dan www.geodipa.co.id, 2016). Lapangan panas bumi meliputi area Sileri, Sikidang-Merdada dan Pakuwaja berdasarkan konduktansi magneotelurik (Layman, 2002).
3
Studi batuan alterasi perlu dilakukan untuk interpretasi jenis air panas bumi yang pernah berinteraksi dengan batuan pada sistem panas bumi tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui pengaruh antara karakteristik geokimia air panas bumi dan mineral alterasi yang terbentuk untuk mengetahui sistem panas bumi pada daerah penelitian.
I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah manifestasi yang muncul dan bagaimana jenis air panas yang hadir beserta genesanya? 2. Bagaimana mineral alterasi yang terbentuk dan keterkaitannya jenis air panas? 3. Bagaimana model hidrologi air panas bumi pada daerah penelitian?
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi manifestasi, melakukan analisis konsentrasi komponen kimia dan isotop air manifestasi serta mengidentifikasi jenis mineral alterasi yang hadir. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jenis manifestasi dan menentukan jenis air panas beserta interpretasi genesanya 2. Mengetahui jenis mineral alterasi yang terbentuk serta kaitannya dengan karakteristik air panas yang hadir 3. Membuat model hidrologi air panas bumi pada daerah penelitian
4
I.4. Batasan Penelitian Pada penelitian ini, ditemukan beberapa batasan penelitian sebagai berikut: 1. Pengambilan sampel alterasi dilakukan di sekitar lokasi pengambilan sampel air sedangkan pengambilan sampel gas tidak dilakukan. Pengambilan sampel tidak dilakukan secara maksimal pada lokasi berbahaya (gas CO2 tinggi). 2. Keterbatasan kesediaan alat dan dana penelitian untuk analisis laboratorium geokimia air dan isotop sehingga analisis dilakukan di Kyushu, Jepang. 3. Penulis melakukan penelitian bersama dengan penelitian Payana (2017) untuk data geologi dan alterasi permukaan.
I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat bagi pengembangan panas bumi di Dataran Tinggi Dieng serta bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Bagi pengembangan panas bumi, penelitian ini dapat digunakan sebagai studi pendahuluan dan memberikan informasi awal karakteristik sistem panas bumi pada daerah Kawah Candradimuka dan sekitarnya. Informasi ini menunjukan bahwa terdapat daerah potensi panas bumi selain lapangan Dieng yang telah diekspoitasi pada Dataran Tinggi Dieng. Bagi lingkungan, penelitian ini menunjukan rona awal dari daerah penelitian sebelum dilakukan eksploitasi dan menunjukan daerah berbahaya yang memungkinkan adanya amblesan tanah dan keberadaan gas beracun yang tinggi. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan informasi bahwa kualitas air di sekitar manifestasi yang buruk bagi kesehatan apabila dikonsumsi sehari-hari.
5
I.6. Lokasi Daerah Penelitian Daerah penelitian secara administratif terletak di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya. Secara astronomis, daerah penelitian terletak pada 49S 371000-375500 E dan 92020009207000 S. Menurut SK Menteri Pertambangan No.491/KPTS/M/PERTAMB/1974, daerah penelitian termasuk dalam wilayah kerja panas bumi (WKP) Dataran Tinggi Dieng (Dirjen EBTKE, 2012). Berikut adalah lokasi daerah penelitian (Gambar 1.2.).
Gambar 1.2. Lokasi daerah penelitian pada komplek vulkanik Dieng (Peta dasar diperoleh dari Google Map versi 2016 dengan digitasi ulang; Simbol menurut BSN, 2002)
6
I.7. Peneliti Terdahulu 1. Andreastuti (2015), melakukan kajian pustaka beberapa penelitian mengenai geologi komplek vulkanik Dieng. Komparasi stratigrafi dan litologi oleh Sukyar (1986) dan Fauzi (1987) menunjukan hasil yang hampir sama. Secara umum, struktur geologi komplek vulkanik Dieng dapat dibagi menjadi 3 yaitu barat-timur, utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. 2. Nurpratama (2010), melakukan penelitian pemetaan alterasi permukaan di sekitar Kawah Sikidang. Alterasi permukaan di daerah penelitian dapat dibagi menjadi 6 zonasi yaitu zona kuarsa-alunit, zona kuarsa-kristobalit, zona kristobalit-alunit, zona kuarsa, zona kuarsa-kristobalit dan zona kristobalit 3. Sukhyar, dkk. (1989), melakukan penelitian geologi regional dengan skala 1:100.000 pada komplek vulkanik Dieng, Jawa Tengah. Dalam penelitian tersebut, daerah pengamatan dibagi menjadi empat satuan besar yaitu Endapan Dieng Tua, Endapan Dieng Dewasa, Endapan Dieng Muda dan Endapan Permukaan. 4. Allard dkk. (1989), melakukan penelitian komposisi gas dan asal usul gas karbon dioksida pada erupsi Gunung Api Dieng tahun 1979 berdasarkan isotop δ13C dan rasio 34S/32S. Hasil analisis gas menunjukan kosentrasi gas CO2 yang tinggi (88,898,2%, H2S (< 0,01-0,03%), SO2 (< 0,01-0,03%) dan komponen gas lainnya. Nilai δ13C sekitar – 4,0% menunjukan karbondioksida magmatik yang menyerupai gas Gunung Merapi. Sementara dari rasio 34S/32S dari sampel sulfur menunjukan asal usul berupa gas vulkanik.
7
5. Lubis dan Prijanto (1982), melakukan penelitian geokimia di daerah vulkanik Dieng, Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian geokimia, terdapat dua sistem hidrotermal berbeda. Kelompok Candradimuka - Sileri (utara) memiliki sistem uap kering di kedalaman dangkal, sedangkan kelompok Sikidang (selatan) memiliki sistem uap basah. 6. Buntaran (1982), melakukan penelitian geologi, geokimia dan geofisika di daerah Kawah Candradimuka-Sidongkal. Pemetaan geologi dilakukan dengan skala 1:50.000 dan litologinya dibagi menjadi lima satuan yaitu Produk Jembangan, Lahar, Produk G. Nagasari, Produk G. Butak-Tel. Dringo dan Aliran Lumpur. Penelitian geokimia menunjukan NH4+ dan SO42- yang tinggi serta Cl- yang rendah sehingga diduga memiliki sistem panas bumi berupa Vapour Dominated System. Penelitian geofisika menunjukan anomali yang mengikuti arah rekahan yang mempunyai kemiringan ke arah barat daya dan barat laut-tenggara. 7. Van Bemmelen (1949), melakukan penelitian geologi regional Indonesia dan fisiografi daerah penelitian termasuk di dalamnya yaitu bagian Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian tersebut, Van Bemmelen membagi menjadi empat satuan fisiografi. Daerah penelitian termasuk dalam zona serayu utara.