1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, hal ini disebabkan cakupan komoditi hortikultura yang luas serta didukung oleh faktor alam sehingga menghasilkan komoditi yang beragam. Kekayaan sumber daya alam di Indonesia sangat mendukung untuk menghasilkan produk hortikultura yang optimal sehingga akan menjamin kelangsungan dunia pertanian yang berkesinambungan. Untuk menjamin keberlangsungan pertanian harus diikuti dengan pola tanam yang sesuai dengan potensi lahan dan sumber daya manusia sebagai pengelola yang efisien. Salah satu tanaman yang sangat berprospek di Indonesia terutama di daerah dataran tinggi adalah kentang. Kentang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi umbinya; yang dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubstitusi (menggantikan) bahan pangan karbohidrat lain yang berasal dari beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Rahmat (1997) mengemukakan bahwa kentang termasuk kelompok lima besar makanan pokok dunia, selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Bagian utama tanaman kentang yang menjadi bahan makanan adalah umbi. Selain itu umbi kentang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin mineral cukup tinggi.
2
Meskipun kentang bukan makanan pokok tetapi konsumennya cenderung meningkat, hal ini ditunjukan dengan berkembangnya industri pabrik pengolahan hasil pertanian yang mengolah kentang sehingga menyebabkan permintaan kentang meningkat pula. Pengembangan intensifikasi tanaman hortikultura di daerah yang mempunyai kondisi berbukit, terjal, miring diperlukan metode yang extra, dimana kondisi tersebut menjurus pada kerusakan alam. Pada umumnya kentang ditanam di daerah dataran tinggi sehingga pengembangan sangat terbatas. Topografi di dataran tinggi cenderung miring, maka penanaman kentang memerlukan pegolahan tanah secara intensif agar pembentukan umbi dapat berlangsung sempurna. Selain dari pada itu salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tanah dan iklim. Tanaman kentang hanya mau tumbuh pada jenis tanah ringan dan sedikit mengandung pasir dan kaya bahan organik. Tanaman kentang tumbuh dengan baik di daerah dataran tinggi atau peggunungan dengan elevasi 8001500 diatas permukaan laut (dpl). Faktor iklim meliputi komponen suhu udara, curah hujan, kelembapan, sinar matahari, dan angin yang saling berkaitan. Suhu udara berhubungan erat dengan ketinggian tempat, tiupan angin, serta kelembapan udara. Sementara itu, kelembapan udara berhubungan erat dengan curah hujan, penguapan tanah, serta vegetasi di daerah itu. Tanaman kentang menghendaki suhu udara harus dingin, antara 1520 0 C dengan kelembapan udara 8090 0 C. Tanaman kentang memerlukan banyak air (Sunarjono, 2007).
3
Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada stadia berbunga, akan tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung terusmenerus. Hujan lebat yang berkepanjangan menghambat pancaran sinar matahari, memperlemah energi surya, sehingga proses fotosintesis tidak optimal. Hal ini menyebabkan umbi yang terbentuk kecil dan produksi rendah (Sunarjono, 2007). Tanaman kentang hanya bisa tumbuh dengan baik pada kondisi iklim tertentu sehingga tanaman ini tidak dijumpai disetiap wilayah di Indonesia. Beberapa provinsi yang berpotensi untuk pengembangan kentang antara lain adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu (untuk Pulau Sumatra), Jawa Barat, Jawa Tengah (untuk Pulau Jawa), serta Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan (di Pulau Sulawesi) (Anonymous, 1999). Salah satu dataran tinggi di Jawa Timur yang mendapat perhatian dalam peningkatan dan pengembangan tanaman kentang adalah di dataran tinggi Tengger. Akan tetapi dalam akhirakhir ini kondisi alam yang tidak bersahabat akibat dari pemanasan global serta iklim tidak menentu berdampak sangat terasa kepada petani kentang di kawasan Pegunungan Tengger tepatnya di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Sehingga banyak petani yang mengalami penurunan nilai produksi akibat dari perubahan iklim yang tidak menentu. Berdasarkan fenomena diatas, maka terdapat beberapa hal yang sangat menarik untuk di teliti, yaitu mengenai “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usahatani Kentang Dataran Tinggi Tengger (Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo)”.
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap produksi kentang di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. 2. Bagaimana
dampak
perubahan
iklim
terhadap
biaya
dan
keuntungan/pendapatan produksi kentang di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka kita dapat menentukan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap produksi kentang di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. 2. Untuk
mengetahui
dampak
perubahan
iklim
terhadap
biaya,
keuntungan/pendapatan usahatani kentang di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pembaca, penelitian ini diharapakan dapat memberikan wacana tentang produksi kentang di dataran tinggi sebagai sentra produksi kentang.
5
2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi peneliti berikutnya untuk bisa dijadikan referensi dalam penelitian sejenis.
1.4 Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya dilakukan di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. 2. Usahatani yang dimaksud adalah usahatani tanaman kentang yang dilaksanakan 1 kali musim tanam pada tahun 2004 (sebelum petani mengalami dampak perubahan iklim) dan 2010 (sesudah petani merasakan dampak perubahan iklim). Dalam hal ini, responden adalah petani yang membudidayakan tanaman kentang di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. 3. Masalah yang diamati adalah seputar analisis usahatani dan dampak perubahan iklim terhadap usahatani kentang di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. 4. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data usahatani tahun 2004 (sebelum petani mengalami dampak perubahan iklim) dan 2010 (sesudah petani merasakan dampak perubahan iklim). 5. Batas dari perubahan iklim yang terjadi di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo adalah tahun 2005.
6
1.5 Batasan Istilah 1. Kentang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang termasuk tanaman semusim/hortikultura yang mengandung karbohidrat. 2. Tanaman hortikultura adalah tanaman semusim yang biasanya diusahakan di kebun. 3. Iklim adalah kondisi ratarata cuaca dalam waktu yang lama. 4. Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu, wilayah tertentu dan dalam waktu yang singkat. 5. Suhu udara adalah ukuran energi kinetik ratarata dari pergerakan molekulmolekul. 6. Kelembapan udara adalah jumlah uap air yang terkandung dalam suatu udara. 7. Curah hujan adalah bentuk endapan air yang turun ke bumi 8. Angin adalah udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Angin bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah 9. Faktor produksi meliputi: lahan, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja. 10. Tenaga kerja adalah semua tenaga kerja baik dari keluarga maupun dari luar yang dihitung dengan hari orang kerja. 11. Pupuk organik adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam atau sapi kemudian dicampur dengan sekam yang digunakan dalam satu kali musim tanam. 12. Pupuk an organik adalah pupuk yang berasal dari zat kimia yang digunakan dalam zat tumbuh.
7
13. Pestisida adalah racun yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit pada tanaman kentang. 14. Input adalah bahan baku dan berbagai jasa faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. 15. Output adalah barang/jasa yang dihasilkan dari proses produksi. 16. Biaya produksi adalah jenis biaya yang dikeluarkan selama produksi kentang sampai dalam waktu panen yang dinyatakan dalam rupiah. 17. Biaya variabel meliputi biaya input (pupuk, pestisida, tenaga kerja) dalam satu kali produksi. 18. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat, pajak, sewa lahan, dalam satu kali produksi. 19. Usahatani adalah organisasi dari alam, modal dan tenaga kerja yang ditujukan pada produksi di lahan pertanian dan ketidaksamaan produksi itu sendiri oleh seseorang atau sekumpulan orang. 20. Tengger adalah nama wilayah yang dihuni oleh suku atau orang tengger.