BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar seringkali berwarna
kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi (Roesli, 2005). Kolostrum juga mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan lemak sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran dan berguna sebagai pencahar untuk mengeluarkan kotoran pertama bayi (mekonium) dari usus bayi dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang (Kristiyanasari, 2009). Prevalensi pemberian kolostrum di Indonesia masih rendah. Hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang masih lebih rendah dari angka cakupan praktik inisiasi menyusu dini di dunia yaitu sebesar 42%, sedangkan di Indonesia hanya 39%. Angka ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain di sebagian negara Asia Tenggara misalnya Myanmar (76%), Thailand (50%), dan Filipina (54%) (UNICEF, 2008). Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 melaporkan bahwa 95% anak di bawah umur 5 tahun di Indonesia telah mendapat ASI, namun hanya 44% yang mendapat ASI dalam satu jam pertama setelah lahir dan hanya 65% yang mendapat ASI dalam hari pertama setelah lahir.
1
2
Lebih dari separuh ibu nifas tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Penelitian yang dilakukan Puspariani (2011) di Ruang Dara RSUD Wangaya, pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum cukup namun sebanyak 60% ibu nifas belum memberikan kolostrum pada bayinya. Penelitian serupa dilakukan oleh Nesty dan Yolanda (2014) di Puskesmas Bahu Manado ditemukan bahwa sebagian ibu postpartum tidak memberikan kolostrum pada bayi karena beranggapan kolostrum ialah ASI basi yang tidak baik untuk diberikan pada bayi, padahal petugas kesehatan Puskesmas Bahu sudah membuat program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang didalamnya juga menjelaskan pentingnya kolostrum itu sendiri, namun banyak ibu tetap tidak mau segera memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Klinik Bersalin dan Umum Mitra Bunda yang dilakukan kepada 10 orang ibu nifas didapatkan hasil, hanya 5 orang tahu mengenai kolostrum. Dari 10 orang ibu nifas hanya 4 orang saja yang memberikan kolostrum pada bayinya, sedangkan 6 orang lainnya tidak dengan alasan ASI yang belum keluar dan bayi yang tidak mau menyusu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian kolostrum pada ibu nifas dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor ibu sendiri maupun faktor dari luar. Faktor ibu seperti tingkat pengetahuan, kondisi kesehatan, sikap, paritas, dan persepsi ibu, sedangkan faktor dari luar berupa dukungan orang terdekat, petugas kesehatan, dan budaya di lingkungan tempat tinggal ibu (Nupelita, 2007). Menurut Roesli (2005), masih banyak ibu yang kurang mengetahui tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang disebabkan oleh informasi yang tidak tersampaikan dengan baik. Fenomena di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan
3
pendidikan ibu tentang ASI khususnya kolostrum masih kurang sehingga pemberian kolostrum rendah. Dalam penelitian Asmijati (2007) faktor pengetahuan, sumber informasi, pendidikan, faktor persepsi, dukungan sosial, sikap, sosial budaya, dan faktor ketidakmampuan petugas kesehatan untuk memotivasi dalam memberikan penambahan ilmu bagi ibu-ibu menyusui dapat menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir. Sesuai dengan uraian di atas, masih banyak ibu nifas yang tidak memberikan kolostrum kepada bayinya dengan berbagai penyebab yang bervariasi dari satu penelitian dengan penelitian yang lain. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Tahun 2015”.
I.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, diketahui bahwa lebih dari separuh ibu nifas tidak
memberikan kolostrum pada bayinya, dimana seharusnya semua ibu nifas memberikan kolostrum pada bayinya. Yang mana diketahui kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan tidak akan ditemukan dalam ASI selanjutnya ataupun dalam susu formula. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam pemberian kolostrum pada ibu nifas. I.3 Pertanyaan Penelitian “Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan pemberian kolostrum pada ibu nifas?”
4
I.4
Tujuan Penelitian
I.4.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian
kolostrum pada ibu nifas. I.4.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi ibu nifas yang memberikan kolostrum. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) pemberian kolostrum pada ibu nifas, yaitu pengetahuan, sikap, paritas ibu, dan pendidikan. 3. Mengidentifikasi
faktor-faktor
penguat
(reinforcing
factors)
pemberian
kolostrum pada ibu nifas, yaitu dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan.
I.5
Manfaat Penelitian
I.5.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian dapat dijadikan bahan komunikasi, informasi, dan edukasi pemberian kolostrum dan dasar kebijakan penatalaksanaan pemberian kolostrum di klinik bersalin. I.5.2
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga dapat
menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian kolostrum pada ibu nifas. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan dalam pemberian kolostrum.
5
I.6
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian kolostrum pada ibu nifas.