BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya
hanya
menghimpun
dana
atau kembali
menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit (Kasmir, 2012:12). Keberadaan bank sangat penting bagi perekonomian suatu negara karena bank memperlancar lalu lintas keuangan yang berperan dalam mobilitas pertumbuhan ekonomi negara dan merupakan bagian dari sistem moneter yang memiliki kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Dinamisnya aktivitas perekonomian masyarakat menuntut setiap lembaga keuangan mampu memberikan kepercayaan bagi masyarakat dalam fungsi utama bank yaitu sebagai lembaga intermediasi keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan dana masyarakat secara efisien. Efisien dan optimalnya penghimpunan serta penyaluran dana yang dilakukan oleh bank akan sejalan dengan tujuan utama perbankan yaitu mencapai profitabilitas (Miadalyni 2013). Profitabilitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan perbankan. Profitabilitas menjadi indikator untuk menilai baik buruknya kinerja dari sebuah perbankan. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya bank akan berusaha menghasilkan profitabilitas yang optimal. Semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh, maka bank mendapatkan laba yang tinggi. Begitu juga sebaliknya bila bank memperoleh profitabilitas yang rendah, maka laba yang diperoleh bank
1
juga akan rendah. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Profitabilitas menjadi tujuan bank, karena bank harus selalu menjaga keberlangsungan usahanya dengan mendapatkan keuntungan disetiap usaha yang dijalankannya sehingga bank dapat terus menjalankan kegiatan operasionalnya. Tingkat profitabilitas akan menjadi tolak ukur kemampuan bank untuk bertahan dalam bisnis yang dijalankannya, dimana bank mendapatkan pendapatan operasional yang maksimal dengan beban operasional yang minimal. Peranan perbankan secara optimal dapat dicapai apabila bank memenuhi standar kesehatan sebagaimana diatur oleh Bank Indonesia. Penilaian kesehatan BPR saat ini mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Tingkat kesehatan BPR dinilai dengan atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu BPR, yang meliputi aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas (CAMEL). Krisis keuangan global yang terjadi pada triwulan akhir 2008 dan diawal 2009 cukup memberikan dampak negatif terhadap sektor perbankan. Meskipun ketahanan sektor keuangan Indonesia sejak semester II 2009 dapat terjaga dengan cukup baik. Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik (Bank Indonesia, 2010).
2
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33). Dalam beberapa penelitian umumnya profitabilitas diproksikan dengan menggunakan rasio keuangan Return On Asset (ROA). Dipilihnya ROA sebagai variabel terikat karena ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. ROA yang semakin besar menunjukkan kinerja perusahaan atau bank semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Oleh karena itu ROA merupakan rasio yang tepat digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan atau bank dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas yang optimal dapat dicapai dengan melaksanakan kegiatan bank yaitu menyalurkan kredit. Dalam menyalurkan kredit bank akan dihadapkan dengan risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko utama yang sering dihadapi oleh perbankan karena aktivitas utama perbankan di Indonesia sebagian besar berupa aktivitas tradisional berupa penyaluran kredit. Selain itu, risiko kredit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu keadaan ekonomi makro dan tingkat
persaingan industri.
Perubahan keadaan ekonomi makro
dapat
mempengaruhi kemampuan debitur dalam membayar angsuran kreditnya kepada bank. Tingkat persaingan dalam suatu industri yang semakin tinggi disebabkan oleh era globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi juga dapat merubah posisi competitive advantage suatu perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan sebagai debitur dalam angsurannya pada bank. Risiko kredit dapat dilihat dari besarnya rasio Non Performing Loan (NPL). NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank
3
dalam menutupi risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5% sebagai angka toleransi bagi kesehatan suatu bank. Besarnya risiko kredit selain dapat menurunkan profitabilitas juga dapat mempengaruhi variabel kesehatan perbankan lainnya, yaitu capital. Capital adalah kemampuan suatu bank menyediakan modal untuk pengembangan aktivitas dan mengendalikan risiko yang dihadapi. Pengukuran capital suatu bank dilakukan dengan melihat Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya kecukupan modal yang dimiliki bank. Semakin efisien modal bank yang digunakan untuk aktivitas operasional mengakibatkan bank mampu meningkatkan pemberian kredit sehingga akan mengurangi tingkat risiko bank. Tingkat CAR sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank. Tingkat CAR yang ideal akan meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai pemilik dana terhadap bank sehingga masyarakat akan memiliki keinginan yang lebih untuk menyimpan dananya di bank, yang pada akhirnya bank akan memiliki kecukupan dana untuk menjalankan kegiatan operasionalnya seperti pemberian kredit kepada masyarakat yang memungkinkan bank untuk dapat memperoleh laba lebih dari kenaikan pendapatan bunga kredit yang dikucurkannya. Mengetahui pentingnya CAR tersebut, maka pihak manajemen bank perlu memperhatikan besarnya CAR yang ideal karena apabila terlalu tinggi akan
4
mengakibatkan meningkatnya dana yang menganggur dan apabila terlalu rendah akan berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat yang ditujukan dengan bank rush. Dimana masyarakat ingin menarik kembali dananya di bank secara bersamaan dan besar-besaran sehingga dana pihak ketiga (sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito) dapat turun secara drastis, sementara besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya simpanan (dana pihak ketiga) yang dapat dihimpun oleh bank. Sehingga kemudian dapat menjatuhkan likuiditas bank dan menghambat aktivitas penyaluran kredit. Hubungan NPL dan ROA berpengaruh negatif. Semakin besar rasio NPL maka semakin besar biaya cadangan penghapusan kredit yang mengakibatkan pendapatan suatu bank menurun sehingga akan menurunkan ROA. Hasil penelitian yang dilakukan Kolapo et al. (2012) menemukan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Syafri (2012), ditemukan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap ROA karena lebih besarnya kontribusi pendapatan yang diperoleh dari aktivitas modern perbankan dibandingkan dengan kontribusi pendapatan dari aktivitas tradisional secara total. Berdasarkan penelitian sebelumnya masih terdapat research gap antara pengaruh NPL terhadap ROA. Hubungan NPL dan CAR berpengaruh negatif. Semakin besar risiko kredit yang dihadapi suatu bank akan meningkatkan pembentukan cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dari ekuitas yang dimiliki, sehingga berkurangnya bagian dari ekuitas yang merupakan komponen kecukupan modal.
5
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Poernamawatie (2009), Pastory dan Mutaju (2013), Margaretha dan Setiyaningrum (2011) menemukan hubungan negatif NPL dan CAR. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tracey (2011), Ahmet dan Hasan (2011) juga menemukan bahwa risiko kredit dapat mempengaruhi kecukupan modal suatu bank. Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Chishty (2011), Fitrianto dan Mawardi (2006) dimana NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR, karena collateral dari kredit yang dimiliki oleh suatu bank memiliki nilai likuidasi jatuh tempo yang lebih tinggi daripada baki debet kredit yang tersisa sehingga dapat menunda pembentukan PPAP bahkan dapat digunakan untuk menutup kredit yang telah tergolong macet. Berdasarkan penelitian sebelumnya masih terdapat research gap pengaruh NPL terhadap CAR Hubungan NPL terhadap ROA dapat dimediasi oleh CAR. Dimana CAR dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap ROA. Pengaruh positif CAR terhadap ROA dapat terjadi karena semakin besar modal berarti bank tersebut dapat melakukan portofolio kredit atau portofolio investasinya dengan lebih baik untuk menghasilkan laba yang lebih optimal. Hasil penelitian oleh Widati (2012), Sudiyatno dan Suroso (2010) menemukan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. Namun ketika modal suatu bank cukup besar dan kondisi persaingan yang tinggi maka bank akan lebih berfokus pada pertumbuhan size perusahaan, artinya bank akan mendorong peningkatan asset yang dimiliki seiring dengan meningkatnya permodalan bank tersebut. Dalam mencapai pertumbuhan yang diinginkan bank akan menurunkan spread yaitu menurunkan tingkat suku bunga kredit lebih besar dibandingkan dengan penurunan tingkat suku bunga
6
dana, sehingga akan menurunkan profitabilitas suatu bank. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Poposka et al. (2013), Jha dan Hui (2012), Qin dan Pastory (2012) menemukan CAR berpengaruh negatif terhadap ROA. Berdasarkan penelitian sebelumnya masih terdapat research gap hubungan antara CAR terhadap ROA. Keberadaan PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi dalam perekonomian daerah khususnya di Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung dirasakan semakin penting. Kegiatan utama dari PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi adalah melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Adanya kenyataan seperti tersebut, PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi menjadi sebuah lembaga yang tidak luput dari kegiatan perekonomian masyarakat setempat. Dalam melaksanakan kegiatannya tentu PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi mendapat keuntungan. Tingkat keuntungan BPR Cahaya Bina Werdi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Data Return On Asset PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi 2010-2014 Tahun ROA (%) 2010 6,37 2011 1,144 2012 4,075 2013 4,23 2014 7,44 Sumber: Laporan keuangan tahunan PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi tahun 2010-2014 Pada tabel 1.1 dapat dilihat fenomena Return On Asset yang terjadi pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi dari tahun 2010-2014, terjadi fluktuasi selama lima tahun periode tersebut dimana dari tahun 2010-2013 Return On Asset terus mengalami penurunan. Dalam peraruran Bank Indonesia PBI nomor 9/1/PBI/2007 tentang tingkat kesehatan Bank Umum menyatakan bahwasannya ketentuan
7
Return On Asset minimal 1,5% yang sudah dinyatakan sehat. Return On Asset terendah terletak pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,144% hal ini disebabkan karena tingkat NPL yang tinggi. Pada tahun 2011 banyak kredit yang telah disalurkan mengalami kemacetan, hal ini dikarenakan terjadinya kasus pemalsuan kredit oleh salah satu karyawan dan menyebabkan tingkat profitabilitas pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi menurun drastis dari tahun 2010. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi mengalami kesulitan dalam menjaga stabilitas pertumbuhan Return On Asset setiap tahunnya. Fenomena ini mendorong untuk memilih tahun periode 2012-2014 karena pada tahun tersebut PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi mampu kembali meningkatkan profitabilitas setelah mengalami penurunan yang drastis, selain itu untuk mengetahui pengaruh risiko kredit, dan kecukupan modal terhadap fenomena profitabilitas yang terjadi pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi. Berdasarkan research gap hubungan antara NPL dan ROA yang dimediasi CAR dan kasus pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi maka penelitian ini menarik untuk dilakukan pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi periode 20122014.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah : 1) Apakah risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap kecukupan modal pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi?
8
2) Apakah risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi? 3) Apakah
kecukupan
modal
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi? 4) Apakah kecukupan modal secara signifikan mampu dalam memediasi pengaruh risiko kredit terhadap profitabilitas pada bank BPR Cahaya Bina Werdi?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara risiko kredit terhadap kecukupan modal pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi. 2) Untuk membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara risiko kredit terhadap profitabilitas pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi. 3) Untuk membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara kecukupan modal terhadap profitabilitas pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi. 4) Untuk membuktikan kecukupan modal mampu dalam memediasi pengaruh risiko kredit terhadap profitabilitas pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi
9
1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut : 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris pada manajemen keuangan khususnya mengenai pengaruh risiko kredit, kecukupan modal terhadap tingkat profitabilitas pada perbankan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pengelola bank di indonesia khususnya pada PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi dalam mengelola risiko kredit, kecukupan modal serta meningkatkan profitabilitas.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini mencakup konsep atau teori yang relevan mengenai Profitabilitas, Risiko Kredit, dan Kecukupan Modal serta
10
perumusan hipotesis penelitian yang didukung dengan penelitian sebelumnya. Bab III
Metode Penelitian Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan.
Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum PT Bank BPR Cahaya Bina Werdi, deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data dan saran untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya.
11