BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha mendorong perusahaan lebih aktif
meningkatkan kinerjanya serta melakukan berbagai perbaikan guna menghadapi kondisi dinamis dalam lingkungan usahanya. Kinerja perusahaan dalam suatu periode akan tercermin dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2012), tujuan laporan keuangan adalah memberi informasi mengenai posisi keuangan beserta perubahannya, serta menunjukkan kinerja perusahaan yang dapat membantu pengguna laporan keuangan, termasuk investor dan kreditor dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan atas penggunaan kekayaan yang selama ini dikelola. Pengguna laporan keuangan menginginkan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya tanpa mengandung unsur salah saji material. Oleh sebab itu, pengguna laporan keuangan membutuhkan keterlibatan auditor independen dalam memberikan opini atas kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan agar bebas dari salah saji material. Keterbatasan akses untuk mendapatkan informasi secara langsung
dari
perusahaan
menyebabkan
pengguna
laporan
keuangan
mengandalkan laporan keuangan auditan. Selain membutuhkan laporan keuangan auditan, pengguna laporan keuangan juga membutuhkan informasi yang ada dalam laporan keuangan disajikan secara 1
tepat waktu karena dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya (Carslaw dan Kaplan, 1991). Keputusan tersebut dapat berupa keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan di pasar modal, keputusan atas pembubaran perusahaan, dll. Ketepatwaktuan (timeliness) penyajian laporan keuangan auditan kepada publik dipengaruhi oleh ketepatwaktuan penerbitan laporan auditor, karena laporan auditor independen merupakan salah satu komponen dari laporan keuangan auditan. Givoly dan Palmon (1982) menyatakan faktor paling berpengaruh terhadap timeliness pengumuman laba dalam laporan keuangan adalah lamanya proses audit. Proses audit yang panjang akan berdampak pada waktu penyelesaian audit dan pada akhirnya akan memperlambat auditor dalam menerbitkan laporan auditor independen. Perbedaan sifat, waktu, dan luasnya bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor membuat waktu penyelesaian audit dalam setiap perusahaan berbeda-beda (Carslaw & Kaplan, 1991). Waktu penyelesaian audit sering kali dikenal dengan istilah audit delay. Menurut Ashton, Graul, & Newton (1989), audit delay adalah selang waktu antara tanggal tutup buku laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen. Semakin panjang selang waktu antara tanggal pelaporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen menjadi sinyal semakin rumit proses audit yang dilakukan oleh auditor, sehingga auditor membutuhkan jam kerja audit lebih banyak (Knechel dan Payne, 2001). Untuk membatasi audit delay di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK, sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan atau OJK) mengatur regulasi mengenai waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan dan laporan auditor 2
independen. Regulasi yang tertuang dalam Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam menyatakan bahwa laporan keuangan auditan dan laporan auditor independen harus diserahkan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan perusahaan misalnya pada akhir Maret. Dengan adanya regulasi tersebut, pengguna laporan keuangan diharapkan dapat menggunakan informasi yang dibutuhkannya secara tepat waktu. Telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Ashton, Graul, & Newton (1989) meneliti 8 variabel yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan publik terdaftar di Kanada selama periode 1977-1982. Variabel yang signifikan berpengaruh setidaknya dalam 4 tahun dari 6 tahun penelitian antara lain tipe opini, klasifikasi industri, pelaporan extraordinary item (pos luar biasa), dan pelaporan kerugian. Carslaw & Kaplan (1991) mengadopsi model yang disusun oleh Ashton, Graul, & Newton (1989) untuk menguji faktor yang berpengaruh pada audit delay perusahaan publik yang terdaftar di New Zealand pada tahun 1987 dan 1988. Dalam penelitiannya, Carslaw & Kaplan menghilangkan variabel seperti contingency (kebergantungan) dan menambah variabel baru seperti kepemilikan perusahaan dan proporsi utang. Hasilnya pada tahun 1987 terdapat 5 variabel signifikan, sedangkan pada tahun 1988, 4 dari 9 variabel memberikan pengaruh signifikan terhadap audit delay. Variabel-variabel yang konsisten signifikan dalam dua tahun penelitian yaitu ukuran perusahaan dan pelaporan kerugian. Ahmed dan Hossain (2010) juga melakukan penelitian yang sama di Bangladesh. Tipe auditor the big four, perusahaan keuangan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif, sedangkan opini selain standar dan 3
leverage membawa pengaruh positif terhadap audit delay. Dua variabel lainnya berupa pergantian auditor dan extraordinary item dinyatakan tidak signifikan berpengaruh terhadap audit delay. Inkonsistensi hasil penelitian-penelitian sebelumnya dengan variabel independen yang sama, mendorong peneliti untuk menguji kembali variabelvariabel yang telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya dengan beberapa pengurangan dan pengubahan definisi operasional variabel. Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam model diharapkan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Secara lebih spesifik, model penelitian ini diadopsi dari Carslaw & Kaplan (1991) dengan beberapa pengembangan seperti penggunaan data 4 tahun terakhir dan pengoperasian beberapa variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya, seperti pelaporan laba (rugi) dan kepemilikan perusahaan yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia sebagai lokasi penelitian. Variabel laba (rugi) cukup sering dijadikan sebagai variabel pada penelitianpenelitian sebelumnya. Ashton, Graul, & Newton (1989) dan Carslaw & Kaplan (1991) membandingkan audit delay yang terjadi pada perusahaan yang melaporkan laba dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Hasilnya perusahaan yang mengalami kerugian memiliki audit delay yang lebih panjang. Namun penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini ingin menguji apakah persentase perubahan laba (rugi) bersih dari periode sebelumnya mempengaruhi audit delay yang terjadi. Variabel laba (rugi) yang pada penelitian sebelumnya dinyatakan dengan skala nominal akan peneliti
4
ubah ke dalam skala rasio, karena skala rasio dapat memberikan informasi lebih banyak dibandingkan ketiga jenis skala lainnya. Variabel lain yang akan mengalami pengubahan definisi operasional adalah kepemilikan perusahaan. Ashton et al. (1987) menguji pengaruh kepemilikan perusahaan oleh publik yaitu perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa, dan perusahaan nonpublik terhadap audit delay. Hasil penelitiannya menunjukkan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh publik memiliki audit delay yang lebih singkat daripada perusahaan nonpublik. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti ingin menguji pengaruh kepemilikan perusahaan oleh pemerintah Indonesia terhadap audit delay. Beberapa variabel yang sebelumnya juga digunakan oleh Carslaw & Kaplan (1991) seperti jenis industri dan tanggal tutup buku laporan keuangan tidak diuji dalam penelitian ini karena keduanya akan menjadi kriteria dalam pemilihan sampel (sampling). 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan sebelumnya, peneliti terdorong
untuk mengangkat kembali permasalahan yang sama mengenai faktor penentu audit delay. Mengingat pentingnya timeliness suatu laporan keuangan bagi para pengguna, yang juga dipengaruhi oleh audit delay, adanya inkonsistensi hasil dalam penelitian-penelitian sebelumnya, serta adanya pengubahan definisi operasional variabel, menjadikan penelitian ini layak diuji lebih jauh. Penelitian ini akan dibahas secara komprehensif untuk memberi perluasan gambaran terkait faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, khususnya audit delay yang terjadi di Indonesia. Pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti yaitu apakah 5
ukuran perusahaan, tingkat leverage, pelaporan laba (rugi), pengungkapan extraordinary item, kepemilikan perusahaan, tipe opini, dan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay, menemukan faktor baru yang sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia, serta menentukan pengaruh masing-masing faktor terhadap audit delay. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain menambah literatur
dalam dunia pendidikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan memberi manfaat praktis kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, auditor diharapkan lebih efektif dan efisien dalam melakukan proses audit mulai dari tahap perencanaan
hingga
tahap
penyelesaian.
Manajemen
diharapkan
dapat
memperbaiki sistem pengendalian internalnya agar dapat membantu mempercepat proses audit yang dilakukan oleh auditor. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan evaluasi bagi regulator dalam menetapkan setiap kebijakan baru yang dapat berdampak pada keterlambatan publikasi laporan keuangan auditan. 1.5
Batasan Penelitian Penelitian ini terbatas pada analisis variabel yang berpengaruh terhadap
audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Variabel yang dimaksud antara lain ukuran perusahaan, 6
leverage, laba (rugi), extraordinary item, kepemilikan perusahaan, tipe opini, dan reputasi auditor. 1.6
Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori dan Perumusan Hipotesis Bab ini menjabarkan landasan teori penelitian mengenai kaitan timeliness dan audit delay, tinjauan penelitian terdahulu seperti Ashton, Graul, & Newton (1989), Carslaw & Kaplan (1991), Owusu-Ansah (2000), Ahmed & Hossain (2010), Al-Ghanem & Hegazy (2011), dan perumusan 7 hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini menguraikan definisi operasional variabel yang digunakan, penentuan sampel, jenis dan sumber data, dan metode analisis yang digunakan. BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menjabarkan proses pengambilan sampel, hasil statistik data, hasil uji asumsi klasik, serta pembahasan hasil pengujian hipotesis. Bab V
: Penutup
Bab ini menguraikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran perbaikan untuk penelitian selanjutnya.
7