BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya seoptimal mungkin. Pada saat yang bersamaan, generasi Indonesia saat ini memiliki kualitas terbaik untuk memasuki pasar kerja Indonesia. Mereka memiliki akses yang sangat luas untuk memperoleh pendidikan dan upaya mendapatkan pendidikan juga meningkat di tahun-tahun mendatang (Wibowo, 2011). Meskipun demikian, kemajuan dalam pendidikan dan keterampilan tidak cukup untuk mengurangi pengangguran jika pilihan pendidikan siswa tidak sejalan dengan kebutuhan pasar kerja. Memberikan dukungan bagi pemuda-pemudi ketika mereka akan mengambil keputusan sulit mengenai sekolah apa yang akan mereka ikuti atau jenis pekerjaan apa yang harus mereka ambil adalah upaya untuk menjembatani kesenjangan ini. Undangundang Republik Indonesia Nomor Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menentukan bahwa bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan. Para guru BK atau konselor menawarkan layanan BK untuk membantu peserta didik dalam mengoptimalkan
perkembangan
individual
peserta
didik,
termasuk
dukungan
untuk
merencanakan karier (Wibowo, 2011). Akan tetapi banyak sekolah memfokuskan semua usaha mereka pada mata pelajaran untuk ujian nasional dan diyakini potensi konselor-konselor ini untuk menghunungkan sekolah ke dunia kerja masih belum dimanfaatkan seluruhnya. Hanya sebagian kecil yang telah menerima pelatihan yang mencukupi dan bahkan lebih sedikit lagi yang memiliki akses ke sumber daya minimum yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka. Salah satu paradoks dalam pelaksanaan bimbingan karier di Indonesia adalah meskipun keberhasilannya sudah teruji dalam memfasilitasi transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja, hanya sedikit sekali dari peserta didik yang memiliki akses akan bimbingan karier dan pendidikan yang berarti relevan. Hasil Survei Pasar Pekerja Muda Indonesia dan Dampak dari Putus Sekolah di Usia Muda dan Pekerja Anak yang dilakukan oleh ILO-IPEC (2006) menunjukan bahwa di bagian timur Indonesia, 88 persen dari responden tidak menerima bimbingan karier, sementara 80 persen dari yang mendapatkannya merasakan bimbingan itu berguna dalam mencari pekerjaan. Pemuda-pemudi
Indonesia
harus
dapat
membuat
keputusan
perencanaan karier berkenaan dengan pendidikan dan pekerjaan mereka yang sesuai dengan aspirasi dan kompetensi mereka serta permintaan pasar kerja. Sayangnya sering kali peserta didik tidak mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang optimal, termasuk bimbingan karier dari guru Bimbingan dan Konseling atau konselor di sekolah. Selain itu guru bimbingan dan
konseling atau konselor di sekolah juga memiliki keterbatasan terkait bahan referensi yang terbaru dan praktis dalam melakukan tugasnya. Menurut Wibowo (2011) memilih pekerjaan serta merencanakan diri untuk karier yang akan dipilih tidak cukup hanya saran yang baik, itu tidak cukup bagi para peserta didik atau pemuda-pemudi sebab mereka juga memiliki beberapa keterbatasan dalam perncanaan kariernya, yaitu (a) gagasan yang ditanamkan oleh keluarga dan masyarakat akan apa yang dianggap sebagai pilihan pekerjaan dan pendidikan yang tepat, (b) kenyataan ekonomi yang buruk sehingga menghambat mereka dalam mengikuti pendidikan yang mereka pilih, (c) kurangnya akses akan fasilitas pendidikan, (d) bakat, (e) minat, (f) sifat kepribadian. Karena itu bimbingan karier sangatlah diperlukan untuk peserta didik dalam merencanakan kariernya di masa depan, agar peserta didik setidaknya tidak salah dalam mengambil keputusan dalam karier yang dipilihnya di masa depan. Karir seringkali disamakan dengan pekerjaan. Perencanaan karir disamakan dengan pemilihan pekerjaan. Namun arti karir sebenarnya lebih luas dari sekedar memilih pekerjaan. Ketika berbicara tentang karir itu melingkupi bagaimana proses dan cara dalam mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik , bagaimana mengenal minat dan bakat diri penentuan cita-cita tersebut. Super (Sukardi 1994) mendefinisikan karir sebagai suatu rangkaian dari suatu pekerjaan, jabatan dan posisi yang dilakukan seumur hidup. Jadi karir atau yang sering disebut orang sebagai pilihan pekerjaan merupakan bagian proses dan perkembangan individu.
Croncbach (dalam Munandir 1996) menyatakan anak-anak usia remaja awal (13-16 tahun) dalam perkembangan jasmani sudah akal balik, dalam perkembangan sosial memilki kemampuan bergaul di lingkungan sekolah dan masyarakat , juga berkaitan dengan kemampuan dalam dunia kerja dan kehidupan berkeluarga sudah menyadari peranan jenis kelamin dan mulai menemukan arah vokasionalnya. Ketika anak berusia (13-16 tahun) atau seusia SMP dan SMA atau SMK dalam hal ini pemahaman karir semestinya sudah menentukan arah vokasionalnya (keterampilannya). Hal tersebut berkaitan dan berpengaruh dengan perkembangan setelahnya yaitu ketika memasuki remaja akhir, dewasa dan tua. Pendidikan bagi peserta didik merupakan bagian dari perjalanan karir, oleh karena itu guru Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu
pendidik ikut bertanggung jawab dalam
membantu peserta didiknya dalam mewujudkan karir berikutnya. Kenyataannya di lapangan belum semua guru Bimbingan dan Konseling sudah melaksanakan bimbingan karier dengan optimal. Guru BK terlalu sibuk dengan urusan administratif sehingga layanan bimbingan karir tidak berjalan seperti yang diharapkan. Dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling di SMK ISLAM SUDIRMAN 1 AMBARAWA menyatakan jika para peserta didik masih banyak yang belum memilih ataupun merencanakan karirnya apakah sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Padahal mereka seharusnya sudah merencakan sejak awal mengenai karirnya dengan memilih masuk ke sekolah kejuruan, namun ternyata mereka kurang memahami tentang kariernya ke depan.
Dari hasil pra-penelitian data awal tentang pemahaman perencanaan karir siswa, penulis membagikan skala perencanaan karir berdasarkan teori Donald Super (Winkel & Sri Hastuti, 2006) kepada siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa, yang hasilnya sebagai berikut : Tabel 1.1. Tabel Hasil Skala Perencanaan Karir di Kelas X-BB
Interval 124-132 133-140 141-148 149-156 157-164
Kategori
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Total Minimum Maksimum Rata-rata
Pre test Eksperimen Frekuensi Prosentase (%) 12 35.3 4 11.7 10 32.4 2 5.9 6 14.7 34 100 124 162 134.25
Hasil dari penyebaran skala perencanaan karir siswa diketahui hanya 6 siswa yang berkategori sangat tinggi, 2 siswa berkategori tinggi, 10 siswa berkategori sedang, 4 siswa berkategori rendah dan 12 siswa berkategori sangat rendah. Jadi 47 % siswa masih membutuhkan bimbingan karir, 53 % siswa sudah merencanakan karirnya. Karir suatu bagian hidup yang tidak dapat terpisahkan, perencanaan karir sedini mungkin merupakan hal yang hendaknya dilakukan oleh peserta didik. Setidaknya peserta didik memiliki gambaran dan rencana yang baik untuk masa depan yang sesuai seperti yang diinginkan. Untuk memahami perencanaan karir yang optimal, peserta didik hendaknya memahami tentang bakat, minat serta potensi-potensi yang dimilikinya. Untuk mengembangkan kemandirian peserta didik dalam
memilih karir dapat diupayakan melalui layanan bimbingan kelompok. Diharapkan dengan adanya bimbingan kelompok yang efektif dapat memberikan siswa dorongan untuk lebih mandiri dalam memilih karir untuk masa depannya yang sesuai dengan diri masing-masing. Berkaitan dengan hal ini penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2005) terhadap siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007, termasuk kategori efektif dengan persentase 79.43%. Dalam merencanakan karier pada peserta didik kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007 termasuk kategori tinggi dengan persentase 81.99%. Ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan kelompok terhadap perencanaan karier pada peserta didik kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian Listiana (2006) meneliti tentang Keefektifan bimbingan kelompok dalam perencanaan karier SMA Negeri 1 Kudus mengemukakan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk perencanaan karier peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai hitung Z = 4, 264 > nilai tabel Z = 1,94. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengkaji lebih jauh tentang meningkatkan pemahaman perencanaan karir melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
masalah
di
atas
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut : Apakah layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menguji efektifitas layanan bimbingan kelompok dalam perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi pada layanan bimbingan karir. Terutama pada
metode-metode yang
akan digunakan dalam pemberian layanan bimbingan karir, Dewa Ketut Sukardi (1994) yaitu menyatakan bahwa bimbingan karir dengan pendekatan kelompok, baik yang diselenggarakan sebagai suatu program tersendiri maupun program yang teritegrasi dengan kurikulum, yang dapat ditempuh melalui beberapa cara dan metode
yang akan diberikan agar tingkat keberhasilan layanan bimbingan karir terpenuhi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan bimbingan karir dengan bimbingan kelompok. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan perencanaan karir siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru khususnya guru Bimbingan dan Konseling dalam penggunaan layanan bimbingan konseling khususnya bidang bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir siswa yang merupakan salah salah satu materi dalam bimbingan karir. b. Bagi Siswa Sebagai bahan evaluasi apakah selama ini siswa sudah memilki kemampuan perencanaan karir yang cukup tinggi untuk mencapai puncak karir yang dicita-citakanya.
c. Bagi Sekolah Sebagai bahan evaluasi dalam pembuatan program tahunan Bimbingan dan Konseling serta sebagai acuan tentang penerapan metode bimbingan karir yang sesuai dengan kondisi sekolah.
E. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu berisi tentang perencanaan karir, layanan bimbingan kelompok, penelitian yang terkait dan hipotesis. Bab III Metodologi Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran, yang berisi kesimpulan dan saran.