BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam yang memberikan petunjuk kepada
umat
manusia,
salah
satu
bentuk
hidayah
Al-Qur‟an
adalah
menceriterakan pelbagai kisah baik keadaan umat terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad shalllahualaihiwasallam maupun keadaan pada masa yang akan datang. Allah Swt. mengatakan :
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman1. (Yusuf 111) Ayat dalam surat Yusuf diatas memberi beberapa petunjuk yang agung bagi umat manusia, pertama : Kisah para nabi dengan kaumnya; bagaimana orang yang beriman diselamatkan dan celakanya orang yang kafir terdapat ibroh dan
1
Kementerian Agama RI, Mushaf Aisyah: al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: alHilal, Tanpa Tahun), hlm. 248.
1
pelajaran bagi orang yang berakal2, karena yang lebih terpenting dalam sejarah bukan hanya transmisi cerita dari satu pihak ke pihak yang lain akan tetapi makna yang terkandung dan pelajaran penting yang harus dicamkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-sehari. Ayat yang sejenis ini; yang berkaitan dengan perintah kepada manusia untuk menggunakan segala potensi yang ada pada dirinya untuk berpikir, menelaah dan mengambil pelajaran dari apa yang ada di sekelilingnya sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur‟an. Kedua : Urgensi otentifikasi berita, dalam kalimat :
“Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat” Mengenai hal ini al-Qurṭubȋ menyebutkan bahwa al-Qur‟an ini bukanlah perkataan yang dibuat-buat yang bukan dari sisi Allah atau dalam kisah ini (Nabi Yusuf dan kaumnya, pen.) bukan pula kisah fiktif yang diada-adakan3.
Ibrah
yang bisa kita ambil hanyalah yang berasal dari kisah nyata dan bukan fiktif. Bagaimana kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang bersumber dari khayalan, dan kebohongan, padahal Islam mengajarkan kebenaran, kejujuran dan kebersihan hati.
2
Ibnu Kaṡȋr, Tafsȋr al-Qur’an al-Aẓȋm Jilid VI. Taḥqȋq Ridwan Jāmi‟ Ridwan, ( Kairo : Maktabah Aulād Syaikh Li at-Turāṡ, Cet. 1, 2009), hlm. 3035. 3 Muhammad bin Ahmad al-Anṣārȋ al-Qurṭubȋ, al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’an Jilid V, (Kairo: Dār al-Hadiṡ, 2010 M), hlm. 250.
2
Teladan yang kita ambil adalah kisah orang saleh yang mengedepankan kebenaran dan kejujuran, atau kisah orang zalim untuk dipahami dan dijauhi perbuatan kezalimannya. Ajaran Islam adalah nyata dan real serta bukan fiktif, tradisi Islam adalah tradisi yang mengedepankan kejujuran, keluhuran budi dan kebenaran. Bukan tradisi barat yang banyak berhutang ke Yunani dengan kisah fiktif atau semi fiktif seperti Troya dan Hercules. Ketiga : al-Qur‟an menjelaskan segala sesuatu, termasuk di dalamnya perkara hukum, akidah, akhlaq, perkara gaib, kisah umat terdahulu, kisah masa yang akan datang dari perkara hari kiamat atau perkara lainnya yang akan memberi faidah bagi semua manusia. Keempat : al-Qur‟an adalah kitab hidayah dan petunjuk bagi umat manusia yang mampu mengantarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang, kisah dan sejarah termasuk salah satu metode yang bisa digunakan untuk memberi hidayah manusia menuju jalan yang lurus. Syaikh Ḥasan bin Abdullah Alu Syaikh dalam mukaddimahnya terhadap kitab Unwān Majd fi Tārȋkh Najd milik Ibnu Bisyr sebagaimana dikutip al-Usairȋ dikatakan bahwa bahwa salah satu fungsi sejarah adalah sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang4. Umat harus mengetahui sejarah pendahulunya yang penuh dengan keutamaan dan kebaikan untuk berusaha mengambil faidah dari perjalanan pendahulunya di masa lalu, terutama di tiga generasi awal umat ini dari ṣāḥābat, tabi’in dan tabi’ at-tabi’in.
4
Ahmad Ma‟mur al-Usairȋ. Mūjaz at-Tārȋkh al-Islami, (1417 H), hlm. 8.
3
Umat Islam memiliki sejarah yang terukir dalam tinta emas sejarah, bagaimana tidak ketika Allah Swt. menyebutkan bahwa umat Nabi Muhammad adalah sebaik-baik umat yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan umat ini menjalankan tiga syarat penting yaitu keimanan kepada Allah, amar makruf dengan mengajak kepada kebaikan dan nahi munkar dengan mencegah dari kemunkaran5. Jika umat ini sudah disifati demikian maka perjalanan umat ini adalah penuh dengan kebaikan dengan ruh Islam yang mengakar kuat dalam dada mereka, segala usaha dan tingkah laku mereka semuanya dilakukan dalam usaha untuk mencapai keridhaanNya semata. Periode emas sejarah umat Islam
adalah masa Rasulullah dan para
ṣāḥābatnya riḍwanullahualaihim, Rasulullah adalah manusia terbaik dan ṣāḥābat adalah generasi terbaik yang telah dipilihkan Allah SWT untuk menemani Rasulullah menyampaikan risalah Islam. Rasulullah Saw. mengatakan: .اس قَرْ نِ ْي ثُ َّم الَّ ِذ ْينَ يَلُوْ نَهُ ْم ثُ َّم الَّ ِذ ْينَ يَلُوْ نَهُ ْم ِ َّخَ ْي ُر الن “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’ at-tabi’in).”6
5
Q.S. 3 (Ali Imran): 110. Muhammad bin Ismā‟ȋl al-Bukhārȋ, Ṣaḥiḥ Bukhārȋ, Taḥqȋq Khalȋl Ma‟mun Syȋḥā, (Beirut : Dār al-Ma‟rifah, Cet. 2, 1428 H), Kitab asy-Syahādāt ḥadȋṡ 2652; Muslim bin al Hajjaj, 6
4
Pernyataan Rasulullah saw. ini adalah jaminan akan kualitas dan kebaikan tiga generasi awal umat ini dalam ilmu dan amal. Rasulullah saw. adalah nabi dan rasul, ia berhasil mendidik para ṣāḥābat dengan ruh keimanan yang kuat, hal itu tidak akan pernah terjadi tanpa ditanamkan akidah yang benar kepada para ṣāḥābat. Kualitas kebaikan ṣāḥābat suatu hal yang tidak diragukan lagi kebenarannya kecuali oleh beberapa orang yang barangkali tidak tahu dengan kebaikan mereka atau memang pura-pura tidak tahu dengan kebaikan mereka sehingga secara sombong mereka mencaci para ṣāḥābat dengan tuduhan yang tidak berdasar dengan menyandarkan penukilan kepada sumber-sumber yang tidak kredibel. Padahal jaminan akan kebaikan mereka dan perintah mengikuti mereka sebagai jalan keselamatan sudah dikatakan sendiri oleh Allah Swt.
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anṣār dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang agung7.(At Taubah 9:100) Ṣaḥiḥ Muslim, Taḥqȋq Khalȋl Ma‟mun Syȋḥā, (Beirut : Dār Al Ma‟rifah, Cet. 2, 1428 H), Kitab Faḍāil Ṣāḥābat ḥadȋṡ 6416; Imam Tirmiżȋ, Sunan Tirmiżȋ, Taḥkȋm wa Ta’lȋq al-Albānȋ, (Riyadh: Maktabah Ma‟ārif, Cet. 2, 1429 H), Kitab al-Manāqib ḥadȋṡ 3859; Ibnu Mājah, Sunan Ibnu Mājah, Taḥkȋm wa Ta’lȋq al-Albānȋ, (Riyadh: Maktabah Ma‟ārif, Cet. 2, 1429 H), Kitab al-Aḥkām ḥadȋṡ 2362. 7 Kementerian Agama RI, Mushaf Aisyah: al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 203.
5
Di dalam ayat ini Allah memuji tiga golongan manusia yaitu: kaum Muhajirin, kaum Anṣār dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Kesimpulannya, Muhajirin dan Anṣār itulah generasi salaf aṣ-ṣālih. Imam Ibnu Kaṡīr rahimahullah mengatakan tentang tafsir ayat ini, “Allah Ta‟ala mengabarkan bahwa keridhaan-Nya tertuju kepada orang-orang yang terlebih dahulu (masuk Islam) yaitu kaum Muhajirin dan Anṣār dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Sedangkan bukti keridhaan-Nya kepada mereka adalah dengan mempersiapkan surga-surga yang penuh dengan kenikmatan serta kelezatan yang abadi bagi mereka.”8. Imam as-Syaukānȋ
9
menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan, “Orang-orang yang mengikuti” di dalam ayat ini adalah orang-orang sesudah mereka (para sahabat) hingga hari kiamat. Adapun kata-kata, “dengan baik” merupakan ciri pembatas yang menunjukkan jati diri mereka. Artinya mereka adalah orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan senantiasa berpegang teguh dengan kebaikan dalam hal perbuatan maupun perkataan sebagai bentuk peniruan mereka terhadap as-Sābiqūna al-Awwalūn, tafsiran serupa juga disampaikan oleh Syaikh as-Sa‟adȋ di dalam tafsirnya10. Imam Ibnu Jarȋr aṭ- Ṭabarȋ mengatakan di dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan “Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik” di dalam ayat ini adalah: Orang-orang yang meniti jalan mereka dalam beriman kepada Allah dan
8
Ibnu Kaṡȋr, Tafsȋr al-Qur’an al-Aẓȋm Jilid V. Taḥqȋq Ridwan Jāmi‟ Ridwan, ( Kairo : Maktabah Aulād Syaikh Li at-Turāṡ, Cet. 1, 2009), hlm. 2696. 9 Asy-Syaukānȋ, Fatḥ al-Qādir Jilid II, (Beirut : Dar al-Fikr, 2005), hlm. 577-578. 10 As-Sa‟adȋ, Taisir Karȋm ar-Rahman, (Dammām : Dar Ibnu al-Jauzȋ, Cet. 5, 1432 H), hlm 329.
6
Rasul-Nya serta berhijrah dari negeri kafir menuju negeri Islam dalam rangka mencari keridhaan Allah11”. Imam asy-Syinqiṭȋ rahimahullah mengatakan, “(Ayat) Ini merupakan dalil tegas dari al-Qur‟an yang menunjukkan bahwasanya barangsiapa mencaci mereka (para sahabat) dan membenci mereka maka dia adalah orang yang sesat dan menentang Allah Jalla wa ‘Alā, dimana dia telah berani membenci suatu kaum yang telah diridhai Allah. Dan tidak diragukan lagi bahwa kebencian kepada orang yang sudah diridhai Allah merupakan sikap penentangan kepada Allah swt, tindakan congkak dan melampaui batas.”12. Masih dalam konteks penafsiran ayat ini Imam Ibnu Kaṡīr rahimahullah memberikan sebuah komentar pedas yang akan membakar telinga ahlul bid‟ah pencela ṣāḥābat. Ia mengatakan, “Duhai alangkah celaka orang yang membenci atau mencela mereka (semua sahabat), sungguh celaka orang yang membenci atau mencela sebagian mereka…” Setelah memberitakan sikap orang-orang Rāfiḍah yang memusuhi, membenci dan mencela orang-orang terbaik sesudah Nabi (diantaranya Abu Bakar dan „Umar) Imam Ibnu Kaṡīr mengatakan, “Sikap ini (yaitu permusuhan, kebencian dan celaan kaum Rāfiḍah atau Syi‟ah) menunjukkan bahwa akal mereka sudah terbalik dan hati mereka juga sudah terbalik. Lalu dimanakah letak keimanan mereka terhadap al-Qur‟an sehingga berani-beraninya mereka mencela orangorang yang telah diridhai oleh Allah?…”13 Maka hanguslah telinga-telinga ahlul bid‟ah;… mereka yang membenci dan mencaci maki para ṣāḥābat; generasi 11
Ṭabarȋ, Jāmi’ al- Bayan ‘an Ta’wil Āyi al-Qur’an Jilid XI, (Beirut : Dar Ihyā‟ at-Turāṡ al Arabȋ, Cet. 1, 1421 H), hlm. 11. 12 Asy-Syinqiṭȋ, Aḍwā’ al-Bayān Jilid II, (Riyadh : Dar „Alam al-Fawāid, Cet. 3, 1433 H), 558. 13 Ibnu Kaṡȋr, Tafsȋr al-Qur’an al-Aẓȋm Jilid V, hlm. 2696.
7
terbaik yang pernah hidup di permukaan bumi ini, raḍiyallahu ‘anhum wa arḍāhum (Allah ridha kepada mereka dan saya pun ridha kepada mereka). Fenomena pencacian terhadap ṣāḥābat bukan hal yang baru terjadi pada masa kontemporer akan tetapi sudah terjadi dari generasi awal masa ṣāḥābat, namun posisi sekarang di Indonesia menjadi semakin sering mendengar hal ini mengingat semakin gencarnya usaha kaum Syi‟ah menguatkan posisinya di negara ini. Jelas diketahui bahwa keyakinan mereka berdiri di atas cacian terhadap ṣāḥābat. Sebenarnya yang mencaci para ṣāḥābat tidak terbatas kepada orang Syi‟ah Rāfiḍah semata, sebagian orang yang menisbahkan diri mereka kepada ilmu juga mencaci para ṣāḥābat baik terjadi karena tidak sadar atau tidak mengetahui kalau dia salah. Namun ada pula kemungkinan lain yaitu kesengajaan untuk mencaci para ṣāḥābat secara khusus dan tiga generasi awal umat ini dengan sengaja. Kelompok terakhir ini memiliki kedengkian terhadap Islam dan kaum Muslim sehingga berusaha untuk mencari-cari celah dalam sejarah umat ini untuk kemudian menjadikannya alat untuk menghantam Islam dan kaum Muslim, mereka tahu bahwa ṣāḥābat memiliki posisi yang sangat agung dalam Islam sehingga mereka menjadi teladan utama umat setelah Rasulullah saw. Ketika teladan umat dijatuhkan makan umat akan kehilangan teladan dan pegangan sehingga yang tersisa adalah orang-orang bodoh yang tidak tahu agamanya dan umat akan mengikuti jalannya orang kafir. Usaha tercela seperti ini terutama banyak dilakukan oleh orientalis fanatik, sayangnya sebagian kaum terpelajar dari kaum Muslim membeo dan menukil
8
tulisan mereka. Fenomena ini adalah musibah yang sangat memilukan bagi keberlangsungan umat dimana pikiran mereka sudah terbalik, yang harusnya dihormati malah dicaci dan dimaki. Mereka memandang rendah generasi terbaik umat karena pandangan mereka terhadap sejarah Islam terdistorsi oleh pemahaman tidak benar yang jauh bertentangan dengan nilai al-Qur‟an dan Sunnah; karena keduanya sudah membeberkan akan kualitas dan kemuliaan mereka. Pemahaman keliru seperti ini menjalar dan menyebar cepat ke seluruh lapisan umat, tidak terkecuali di lingkungan akademik termasuk level sekolah menengah terkena imbas pemahaman yang tidak benar ini. Paradigma ini menjadikan penghargaan sisw kepada generasi terbaik umat ini berkurang, kecuali yang diselamatkan oleh Allah Swt. Terdapat sebagian pemuda muslim yang enggan untuk belajar sejarah Islam karena mereka merasa ada pertentangan antara akidah yang mereka yakini dan pencitraan jelek tiga generasi awal umat Islam. Pemuda semacam ini masih dikaruniai fitrah untuk mencintai generasi awal umat ini walaupun masih perlu dibimbing untuk ditunjukkan cara yang benar memahami sejarah Islam. Akibat yang lebih jauh dari fenomena ini umat akan kehilangan figur-figur yang menjadi contoh untuk menjalani kehidupan mereka sehari-hari, akhirnya ketika generasi awal umat ini namanya dicemarkan muncul orang-orang jahil yang sering tidak sadar apa yang diucapkan oleh lisan dan dilakukan oleh anggota badannya. Akan timbul gap yang dalam pada umat ini, tidak ada yang mampu mengisi kekosongan tersebut kecuali meluruskan pemahaman yang keliru itu tadi.
9
Kemulian ṣāḥābat nyata dan jelas adanya, tidak ada generasi yang lebih mulia dari mereka. Ketika gap tersebut semakin dalam maka umat akan semakin jauh dari jalan yang benar. Ketika mereka dijauhkan dari figur-figur penting ini mereka kehilangan kompas yang mampu menuntun mereka, akhirnya muncullah penyeru kepada kesesatan yang mengambil alih peran pahlawan dan idola umat. Lebih jauh lagi pada ujungnya umat malah tergiring untuk mengikuti jalannya orang kafir sebagai ganti ṣāḥābat sebagai idola. Padahal orang kafir memiliki kedengkian terhadap Islam sehingga Islam akan semakin asing dan jauh dari pemeluknya. Kalau sudah demikian semakin hilanglah agama ini dan semakin sirnalah rahmat Islam di muka bumi ini. Kenyataan yang ada di depan kita menunjukkan bahwa umat semakin jauh dengan agamanya, padahal jalan kebaikan sudah jelas dengan mengikuti jalannya para ṣāḥābat. Kebenaran itu terang benderang bahkan malamnya seperti siang dengan sinar matahari yang memancar menerangi bumi. Imam Mālik – rahimahullah- mengatakan : "يصلح آخ ُر هذه األمةُ إال ما أصلح أولُها "ال َ “Tidak akan baik keadaan akhir umat ini kecuali dengan apa yang baik untuk generasi awal umat ini” Bagaimana mungkin umat akan bangkit dari keterpurukannya jika mereka kehilangan pegangan dan arah yang akan mampu menunjukkan mereka jalan terbaik, jalan yang telah dilalui manusia terbaik umat ini. Manusia yang dididik dan dibimbing langsung oleh manusia teragung dan nabi paling mulia Muhammad Saw.
10
Kebaikan adalah jalan yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw, para ṣāḥābat mendapatkan bimbingan langsung dari Rasulullah sehingga generasi terbaik yang paling paham dengan agama ini dan paling baik amalnya adalah mereka yang menyaksikan turunnya al-Qur‟an dan melihat dengan langsung penjelasan Rasulullah dalam sunnahnya. Ketika pemegang kebenaran malah dicaci dan direndahkan, hendak kemana umat ini mengambil teladan? Bagaimana mungkin umat ini akan bangkit?. Berangkat dari keprihatinan di atas penulis tergerak untuk ikut memberi sumbangsih kecil dengan membuktikan bahwa begitu banyak tulisan yang ada belakangan ini terdapat didalamnya kekeliruan yang harus diluruskan karena tidak sesuai dengan bukti-bukti valid sejarah yang ada. Penulis sengaja memilih buku ajar ini untuk membuktikan bahwa fenomena kesalahan penulisan sejarah yang termasuk di dalamnya pencacian terhadap ṣāḥābat sudah masuk ke level sekolah agama, karena buku ini dipakai di level Madrasah Aliyah di Indonesia. Fenomena kesalahan penulisan sejarah ini menyebar umum ke semua lapisan umat ini dengan begitu cepatnya, tidak terkecuali generasi muda umat ini di level sekolah menengah yang kelak akan meneruskan tongkat estafet perjuangan umat. Sangat disayangkan begitu banyak pelajar muslim yang terkontaminasi pemahaman keliru tentang keyakinan terhadap generasi awal umat ini. Tuduhan yang disematkan kepada generasi awal umat ini akan penulis uraikan dari buku ajar ini atau penulis tambahkan dari sumber lain yang sejenis. Penulis akan memungkasi tuduhan tadi dengan jawaban dan bantahan berdasar
11
dalil al-Qur‟an, Sunnah, aṡar, dan perkataan ulama atau dengan referensi lain yang sesuai untuk mendudukkan permasalahan dan agar tidak terdapat kesamaran lagi dalam masalah ini. Penulis memohon kepada Allah Swt. untuk memberikan taufik dan hidayahnya untuk memudahkan usaha ini dan semoga usaha yang kecil ini menjadi tabungan pahala bagi penulis di akhirat kelak. Akhirnya semoga ini bermanfaat.
B. RUMUSAN MASALAH Deskripsi singkat diatas membawa ke rumusan masalah yang akan menjadi fokus pembahasan tulisan, yaitu : 1. Bagaimana membaca dan memahami sejarah Islam yang benar? 2. Bagaimana distorsi terjadi dalam sejarah Islam? Apa dampak distorsi tersebut? 3. Apa saja perselisihan yang terjadi pada masa al-Khulafā ar-Rāsyidūn dan Daulah Umayyah? Bagaimana cara mendudukkan masalah tersebut menurut cara Islam?.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain :
12
a. Mengetahui dengan benar cara yang orisinil dalam memahami sejarah Islam secara umum, dan masa al-Khulafā ar-Rāsyidūn dan Daulah Umayyah secara khusus. b. Mengetahui distorsi dan dampaknya dalam sejarah Islam. c. Mengetahui perselisihan yang terjadi pada masa tersebut dan mengetahui pandangan Islam dalam masalah tersebut. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat kita rumuskan sebagai berikut : a. Secara konseptual tulisan ini dapat menjadi sumbangan untuk memahami sejarah Islam dengan baik dan benar sesuai dengan pandangan Islam, karena banyak terdapat riwayat sejarah yang tidak otentik coba dipaksakan kepada khalayak, di sisi lain banyak terdapat peristiwa dalam sejarah Islam yang menjadi fitnah karena perbedaan cara memahami peristiwa tersebut. Dari sini pemahaman yang benar akan Islam secara utuh termasuk di dalamnya pemahaman akan metode sejarah Islam menjadi sangat urgen. b. Secara praktis tulisan ini dapat menjadi bahan bacaan sejarah Islam berdasarkan metode sejarah Islam yang benar, karena sejarah yang salah akan mempengaruhi bangunan Islam secara keseluruhan. c. Mengetahui tuduhan dusta pada sejarah Islam dan jawabannya. Karena sejak awal dakwah Islam berjalan, Islam banyak diganggu oleh musuh yang berusaha untuk menghancurkan atau melemahkan Islam. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah menggunakan sejarah Islam 13
dengan mencari titik-titik tertentu dalam peristiwa sejarah sebagai sarana untuk menyerang Islam dan kaum Muslim baik yang berasal dari beberapa elemen kaum Muslim sendiri, atau yang menisbahkan diri kepada Islam atau orientalis yang secara umum banyak menyimpan kedengkian terhadap Islam. Hal ini penting dalam rangka mengetahui
kemunkaran
dan
keburukan
sehingga
kita
bisa
membedakan antara baik dan benar antara yang hak dan yang batil.
D. TINJAUAN KEPUSTAKAN Sepanjang pengetahuan penulis, tulisan ini adalah orisinal dan belum pernah ada tulisan yang mengkritik buku ajar SKI, walaupun sudah begitu banyak penulis yang membahas tema sejarah Islam pada masa al-Khulafā ar-Rāsyidūn dan Daulah Umayyah baik dari kaum Muslim sendiri atau non-Muslim. Secara umum –sepanjang pengetahuan penulis- dari segi metodologi penulisan tentang masa Al-Khulafā ar-Rāsyidūn dan Daulah Umayyah terbagi menjadi dua hal global : pertama, penulisan sejarah yang memfokuskan pada pemaparan dari awal sampai akhir secara kronologis, kalaupun ada syubhat atau tuduhan maka disisipkan saja dalam pembahasan. Metode ini banyak dipergunakan oleh para sejarawan Islam. Buku semisal Tārȋkh Ṭabarȋ, al-Kāmil milik Ibnu al-Aṡȋr, Tārȋkh al-Islami milik aż-Żahabȋ mewakili jenis tulisan ini. Kedua, model penulisan yang lebih fokus membahas satu atau beberapa masalah saja yang dianggap krusial. Model ini cenderung berusaha meluruskan
14
pemahaman. Kronologi cerita dari awal hingga akhir digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan pemahaman yang sempurna dan runtut walaupun hal tersebut bukan menjadi tujuan utama. Buku al-‘Awāṣim min al-Qawāṣim milik Ibnu alArabȋ, Taḥqȋq Mawaqif aṣ-Ṣāḥābat min al-Fitnah milik Muhammad Amaḥzūn, ‘Aina Ro’sul Ḥusain milik Ibnu Taimiyah mewakili model kedua ini. Beberapa tulisan yang memiliki kesamaan dalam beberapa sisi dan ada keterkaitan dengan penelitian ini diantaranya : Al-‘Awāṣim min al-Qawāṣim fi Taḥqȋq Mawāqif al Ṣāḥābat ba’da Wafāti Nabi Shallallahualaihiwasallam milik Qāḍȋ Abu Bakar bin Arabȋ (w. 543 H) yang lebih terkenal dengan Ibnu al-Arabȋ saja, dalam karya monumental ini ia menceritakan sikap para ṣāḥābat setelah meninggalnya Rasulullah yang dimulai dari masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattāb, pada dua khalifah ini dimaparkan dengan sangat singkat. Penekanan masalah dimulai ketika masa pemerintahan Uṡmān bin Affān dengan menyebutkan keutamaan, syubhat dan kritik musuh Uṡmān terhadapnya kemudian dijawab syubhat tersebut oleh Ibnu alArabȋ dengan mengedepankan dalil Al-Qur‟an, Sunnah, fakta sejarah dan pendapat para ulama terutama sikap para ṣāḥābat. Ibnu al-Arabȋ menempuh metode penulisan yang sama ketika berbicara tentang Ali bin Abi Thalib dan pendiri dinasti Umayyah yaitu Mu‟āwiyah bin Abi Sufyan. Ḥuqbah min at-Tārȋkh ma Baina Wafāti Nabi Shallahualaiwasallam ila Maqtal Ḥusain Raḍiyallahuanhu milik Uṡmān bin Muhammad Al-Khāmȋs, penulis buku hidup di zaman sekarang. Dari judulnya dapat dipahami bahwa
15
tulisan ini menceritakan periode sejarah antara wafatnya Nabi sampai dengan peristiwa meninggalnya Ḥusain; cucu dari Rasulullah. Ia memfokuskan penulisan buku ini pada berbagai tuduhan dan syubhat serta fitnah yang ada pada masa ini, terutama masa Uṡmān, Ali, Mu‟āwiyah dan Yazid bin Mu‟āwiyah. Tuduhan tersebut ia olah dan ia jawab dengan dalil yang kuat baik naqli maupun aqli. Pembahasan itu semua berada dalam pusaran penjelasan penting tentang akidah Ahlu Sunnah terhadap ṣāḥābat. Termasuk dalam pembahasanya tentang syubhat sebagain orang yang mendahulukan Ali atas ṣāḥābat yang lain. Taḥqȋq Mawaqif as-Ṣāḥābat Min Riwayāti Imam Thabari wa alMuhaddiṡȋn tulisan Dr. Muhammad Amaḥzūn yang membas tentang sikap ṣāḥābat terhadap fitnah yang terjadi pada masa Uṡmān dan Ali, ditambahkan juga dalam buku itu mukaddimah tentang metode studi sejarah Islam yang benar. Selain dari buku-buku ini terdapat tulisan lain yang membahas tema ini, baik yang bersifat kronologis dari awal sampai akhir maupun yang membahas beberapa masalah atau rentang waktu tertentu. Dari jenis yang pertama akan kita pergunakan buku-buku pokok semisal Tārȋkh Ibnu Jarȋr aṭ-Ṭabarȋ (w. 310 H), Siyar A’lam an-Nubalā karya Aż-Żahabȋ, al-Bidāyah wa an-Nihāyah karya Ibnu Kaṡīr dan buku-buku lain yang membahas tema ini. Penelitian lain yang berkaitan khusus dengan dengan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam lebih banyak yang menyoroti sisi usaha peningkatan kualitas
16
pengajaran materi SKI, dari segi analisis pelajaran14, usaha digitalisasi media pengajaran SKI15, dan pengajaran SKI Kurikulum KTSP16. Ketiga penelitian diatas lebih fokus ke metode pengajaran dan penyampaian, bukan ke konten buku ajar SKI. Dengan kata lain penelitian yang sudah lalu tersebut lebih kental aspek pendidikannya daripada aspek sejarahnya. Karena itu tidak heran jika ketiga penelitian diatas merupakan produk dari fakultas Pendidikan/Tarbiyah yang lebih fokus ke metode pengajaran. Beda hal dengan penelitian yang akan penulis lakukan lebih fokus ke konten dan isi dari buku tersebut, pembicaraan berkaitan dengan kurikulum dilakukan untuk melengkapi pengetahuan tentang buku ini saja. Penelitian ini berbeda dari penelitian yang sudah penulis sebutkan karena lebih fokus pada meluruskan pemahaman yang keliru dalam buku ajar SKI ini. Kesalahan tersebut akan dirunut dari sisi konseptual karena kesalahan memahami sejarah Islam mempengaruhi produk penelitian sejarah yang dihasilkan. Kesalahan yang ada dalam buku ajar SKI ini akan disebutkan dan dijelaskan duduk permasalahan sebenarnya dengan menggunakan pemahaman yang menyeluruh dari ajaran Islam dan terutama metode studi sejarah Islam yang benar. Penulis juga akan menyebutkan beberapa kekeliruan sejarah yang ada pada buku lain untuk memperkaya dan memperluas faidah tulisan ini.
14
Haris Firmansyah, “Analisis Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak”. Tesis. (Surakarta: Prodi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNS, 2014). 15 Laily Nur Arifa dan Mariyatul Qibtiyah, “Digitalisasi Buku Ajar Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Rangka Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di MA Annur Bululawang”. Penelitian Dosen. (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2014) 16 Nurul Ummi Akhinah, “Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) berbasis KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) di kelas XI Agama MAN Yogyakarta II”. Skripsi. (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, 2013)
17
Penelitian ini akan dilakukan dengan mengumpulkan kembali data yang memadai tentang sejarah pada masa ini, dari data tersebut penulis akan memilah sumber dan riwayat yang ada tentang sejarah pada masa al-Khulafā ar-Rāsyidūn dan Daulah Umayyah, dengan menggunakan analisis yang akan penulis jelaskan dalam metode penelitian. Data final setelah proses pemilihan tersebut akan dipaparkan sederhana secara singkat dan kronologis agar bisa menjadi pembanding data yang ada di buku ajar SKI.
E. Kerangka Teoritik Kerangka konseptual dari tulisan ini berusaha meluruskan kesalahan penulisan sejarah yang terdapat dalam berbagai buku tentang sejarah Islam pada masa Al-Khulafā ar-Rāsyidūn dan Dinasti Umayyah dan mendudukkanya dalam timbangan agama Islam tidak hanya dari sudut pandang disiplin ilmu sejarah Islam namun lebih jauh lagi mencakup banyak disiplin keilmuan Islam yang lain mengingat keterkaitan erat antara satu sama lain sehingga tidak bisa dipisahkan. Teori kritik yang penulis pakai adalah metode teori kritik sejarah oleh ahli hadȋṡ, teori ini secara umum sama dengan metode penulisan hadȋṡ yang memperhatikan bersambungnya riwayat dengan sanad17. Metode sejarah ini memang bersumber dari metode muhaddiṡȋn yang benar-benar orisinil dari tradisi
17
Muhammad Amaḥzūn. Manhaj Dirāsat at-Tārȋkh al-Islami (Kairo: Dar al-Salām, Cet. 1, 1432 H), hlm. 20-23, dan 99-101. Asad Rustum, Musṭalah at-Tārȋkh (Beirut: Maktab al„Asriyah, Cet. 1, 1423 H), hlm. 80-96. Bandingkan dengan Uṡmān al-Khāmȋs. Ḥuqbah min atTārȋkh (Kairo: Maktabah al-Imam al-Bukhārȋ, Cet. 4, 1429 H), hlm. 13-29.
18
keilmuan Islam, walaupun metode penelitian sejarah ini tidak seketat metode penulisan hadȋṡ. Kredibilitas sumber akan sangat diperhatikan dalam metode ini, karena itu penulis tidak akan mengutip sumber dari sejarawan yang kredibilitasnya diragukan oleh muhaddiṡȋn kecuali ada maslahat syar’i dari penukilan tersebut semisal penyebutan syubhat dengan sertakan jawabannya. Kemungkinan lain adalah penukilan sebagai peringatan akan bahaya pengambilan dari referensi yang tidak kredibel tersebut dan contoh lain selama tidak bertentangan dengan kaidah syar’i yang ada. Metode kritik ini ini lebih menonjol pemakaiannya dalam sejarah yang berkaitan dengan pembahasan yang berkaitan dengan ṣāḥābat, walaupun penggunaan metode kritik ini tidak hanya terbatas pada masa ṣāḥābat saja. Paling tidak metode kritik ini penting dilihat dari tiga segi : Pertama : Data sejarah tentang masa tersebut yang berdasarkan kepada sanad sangat luas dan memadai untuk memahami peristiwa masa tersebut, kitab-kitab hadȋṡ dari Bukhari, Muslim, dan kitab hadȋṡ yang lain, begitu pula kitab tafsir yang menggunakan sanad seperti Tafsir Ibnu Jarȋr dan Ibnu Kaṡīr, begitu pula buku sejarah yang lain18. Kedua : Keistimewaan masa ṣāḥābat, tabi‟in dan al-Khulafā ar-Rāsyidūn sudah jelas sebagaimana yang sudah didedahkan sebelumnya, riwayat yang saḥȋḥsemuanya menunjukkan keunggulan dan keutamaan mereka sedangkan riwayat yang lemah dan palsu seringkali menceritakan keburukan mereka. Dari sini dalil yang kuat
18
Al-Khāmȋs. Ḥuqbah, hlm. 15 dengan sedikit perubahan redaksi.
19
harus didahulukan daripada dalil yang yang tidak memiliki kekuatan hukum syar’i, bagaimana mungkin seorang muslim sejati meninggalkan begitu banyak dalil dari ayat al-Qur‟an dan Sunnah yang shahih dan malah mengambil riwayat yang tidak jelas kebenarannya?. Perbedaan antara keduanya bagaikan siang dan malam, antara langit dan bumi. Ketiga : Harus diyakini bahwa sejarah umat harus ditulis oleh umat itu sendiri. Sejarah umat Islam harus ditulis oleh umat Islam sendiri, masalah ini penting karena setiap umat memiliki karakteristik khas yang berbeda satu sama lain. Begitu pula dalam penulisan sejarah umat Islam memiliki karakteristik yang khas daripada umat yang lain, salah satu keistimewaannya terletak pada perhatian yang besar terhadap sanad. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan umat yang lain juga turut berpartisipasi menyumbangkan pikiran mereka untuk ikut menuliskan sejarah umat Islam, hal itu biasa dan sangat wajar. Namun karena tiap umat memiliki kekhasan worldview dan metode penelitian yang berbeda maka hasil dari penelitian itu juga seringkali bertolak belakang. Dari sini semakin nampak perlunya penelitian sejarah yang benar-benar mengacu kepada nilai-nilai Islam sendiri.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif ini termasuk jenis penelitian bibliografi. Maksudnya adalah penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisa, membuat 20
interpretasi dan generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat-pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu organisasi kelompok dalam penelitian bibliografis. Penelitian ini mencakup hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. Penelitian ini juga termasuk menghimpun karya-karya tertentu dari seorang penulis atau seorang filosof dan menerbitkan kembali dokumen-dokumen unik yang dianggap hilang dan tersembunyi seraya memberikan interpretasi serta generalisasi yang tepat terhadap karya-karya tersebut19. Metode ini digunakan setelah menampilkan pendapat yang tertulis dalam buku ajar tersebut dengan titik komanya kemudian dilanjutkan mengumpulkan dan menyeleksi pendapat ahli dalam bidang ini mengomentari masalah yang dibahas dalam buku ajar tersebut. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Historis-Filosofis. Yang dimaksud dengan historis adalah penelaahan dokumen serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis20. Pendekatan filosofis dimaksudkan dengan usaha untuk mengurai pemikiran tokoh dan mencoba mengungkap hakekat di balik sesuatu yang nampak21. Keduanya berusaha penulis padukan mengingat akan bahan kesejarahan yang harus diolah sehingga dominan sisi historisnya. Segi
19
Moh. Nazir. Metode Penelitian ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) hlm. 62. Bandingkan dengan Sulasman, Metode Penelitian Sejarah (Bandung: Pustaka Setia, Cet. 1, 2014), hlm. 87 20 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian ( Jakarta:PT Rineka Cipta, 2007), hlm.252. 21 Magister Pendidikan Islam, Magister Pemikiran Islam, dan Magister Hukum Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pedoman Penulisan Tesis (Surakarta: Magister Pendidikan Islam, Magister Pemikiran Islam, dan Magister Hukum Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), hlm. 15.
21
filosofisnya penulis berusaha mengurai dan merumuskan isi pemikiran tokoh penulis bahan kesejarahan tersebut. 3. Metode Pengumpulan/Sumber Data Metode pengumpulan data dalam penelitian adalah adalah metode dokumentasi, dengan mengumpulkan data-data tertulis yang ada. Dokumen tertulis dapat berupa surat-surat, notulen rapat, kontrak kerja, bon dan sebagainya22. Dokumen tertulis dalam bentuk yang lain bisa berupa catatan harian, sejarah kehidupan (life history), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Wawancara akan digunakan sebagai data pelengkap penelitian ini. Sumber data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data yang bersifat: a. Data Primer Data primer adalah yang langsung diambil dari sumber pertama, karena tujuan penulisan ini adalah kritik buku maka bahan utamanya adalah buku yang yang akan kita kritik. Bahan utama yang akan dipergunakan adalah buku ajar mata pelajaran SKI untuk kelas XI MA Program Keagamaan. Sampel yang akan kita pakai adalah buku Perjalanan Sejarah Kebudayaan Islam 1 untuk Kelas XI Madrasah Aliyah Program Keagamaan yang ditulis oleh Sugiyono dan Moh. Sulaiman yang diterbitkan tahun 2013 oleh Aqila Solo; salah satu lini usaha Penerbit Tiga Serangkai Solo. b. Data Sekunder
22
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet. 1, 2013), hlm.
74.
22
Data sekunder yang akan kita pergunakan adalah data-data yang berhasil penulis kumpulkan sebagai pembanding data yang ada di data primer, tulisan yang berhasil penulis dapatkan diantaranya : al-‘Awāṣim min al-Qawāṣim fi Taḥqȋq Mawāqif aṣ-Ṣāḥābat ba’da Wafati Nabi Shallallahualaihiwasallam milik Qadhi Abu Bakar bin Arabȋ (w. 543 H), Ḥuqbah min at-Tārȋkh ma Baina Wafāti Nabi Shallahualaiwasallam ila Maqtal Ḥusain Raḍiyallahuanhu milik Uṡmān bin Muhammad al-Khāmȋs, Taḥqȋq Mawāqif As Ṣāḥābat Min Riwayati Imam Thabari wa al-Muhaddiṡȋn tulisan Dr. Muhammad Amaḥzūn. Buku-buku lain yang penulis gunakan misalkan Tārȋkh Ibnu Jarȋr aṭ-Ṭabarȋ (w. 310 H) , Majmu’ Fatāwa milik Ibnu Taimiyah (w. 728 H), karya-karya murid ia yaitu Ibnu Kaṡīr (w. 774 H), aż-Żahabȋ (w. 748 H) dan buku-buku lain yang bisa dipercaya. Wawancara juga akan penulis gunakan untuk mendapatkan data tambahan. 4. Teknik Analisis Data Teknis analisis yang akan digunakan terbagi menjadi dua tahap : Pertama, menulis menggunakan content analysis untuk mengetahui isi dari data primer. Kedua, digunakan verifikasi data terhadap data sekunder agar bisa menjadi pembanding terhadap data primer dari buku ajar ini. Diharapkan dari perbandingan tersebut akan nampak kredibilitas data. Diharapkan pula muncul simpulan-simpulan dan penafsiran untuk mendapatkan data yang kredibel, dan fakta yang otentik. F. Sistematika Pembahasan
23
Sistematika penulisan penelitian ini disusun dengan sistematis, sehingga dapat mempermudah proses pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang akan diteliti. Sistematika penelitian ini terbagi dalam beberapa bab dan sub bab, yang merupakan uraian singkat tentang isi bab secara garis besar yang mencakup semua materi penelitian. BAB I: Pendahuluan; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan kepustakaan, kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika penulisan tesis. BAB II: Sejarah Islam; penulis akan menjelaskan pada bab ini mukaddimah tentang sejarah Islam. Bab ini penting dari segi memberi gambaran kepada pembaca cara memahami sejarah Islam yang benar. Penulis membagi bab ini menjadi tiga subbab: Pertama: Definisi Sejarah Islam, pada subbab akan dijelaskan tentang definisi sejarah Islam baik dari segi etimologis atau terminologis. Penulis akan lebih mengkonsentrasikan pembahasan dengan istilah tārȋkh karena bahasa Islam adalah bahasa Arab dan kata tersebut yang mewakili worldview Islam. Kedua: Metode Studi Sejarah Islam, Penulis akan menjelaskan metode penulisan sejarah Islam yang benar, karena begitu banyak metode penulisan impor yang masuk ke kaum Muslim, sehingga perlu disampaikan metode ulama Islam dalam hal ini. Ketiga:
Metode Memahami Sejarah Ṣāḥābat, subbab ini sengaja penulis
sendirikan dari subbab sebelumnya mengingat pentingnya pembahasan ini karena
24
berkaitan dengan akidah Islam dan banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam penulisan sejarah fase ṣāḥābat dewasa ini. Keempat:
Distorsi Dalam Sejarah Islam; Bab ini akan dikhususkan
pembahasan tentang distorsi dan kesalahan yang terjadi dalam penulisan sejarah Islam. Bab ini berkaitan erat dengan bab sebelumnya karena jika pada Bab II dibahas tentang sisi teoritis maka pada bab ini kerusakan penulisan sejarah terutama karena kaidah kepenulisan sejarah Islam sudah tidak dihiraukan lagi secara parsial atau keseluruhan. Subbab ini akan dibagi menjadi empat bagian : Pertama: Makna Distorsi, dijelaskan pengertian dari kalimat ini dan padanan katanya dalam bahasa Arab yaitu taḥrȋf, istilah terakhir ini nanti yang akan banyak dipakai. Kedua: Sebab Distorsi, dijelaskan penyebab distorsi dalam sejarah Islam. Ketiga: Bentuk Distorsi Sejarah Islam. Dijelaskan tentang beberapa bentuk distorsi sejarah Islam yang dilakukan sejarawan, baik karena sengaja atau tidak. Keempat: Dampak Kesalahan Memahami Sejarah Islam, subbab ini terutama akan menjelaskan tentang kesalahan yang terjadi akibat diabaikannya kaidah penulisan sejarah Islam, kesalahan penulisan dalam fase sejarah ṣāḥābat akan mendapat porsi besar mengingat urgensi pembahasan ini. BAB III: Buku Ajar SKI; bab ini penulis khususkan untuk membahas data primer yang penulis gunakan untuk meluruskan kesalahan penulisan sejarah yang muncul dewasa ini. Bab ini akan penulis bagi menjadi tiga subbab :
25
Pertama: Kurikulum SKI di MA, akan penulis paparkan kurikulum SKI di MA, dan perbandingan antara kurikulum 2008 dengan kurikulum baru 2013. Kedua: Metode Penulisan Buku, penulisan akan menyampaikan tentang metode penulisan yang digunakan oleh penyusun kedua buku ajar ini. Ketiga: Sumber-sumber Pengambilan Referensi, penulis akan menjelaskan dan mencoba menguraikan sumber rujukan penyusun kedua buku ini dalam penulisannya. BAB IV: Distorsi Sejarah Islam Masa al-Khulafā ar-Rāsyidūn dan Daulah Umayyah. Bab ini akan menjelaskan hakekat sejarah Islam masa Al-Khulafā arRāsyidūn dan Bani Umayyah dalam dua subbab. Sejarah pada kedua fase ini penulis sampaikan secara global mengikuti sistematika penulisan buku ajar ini dengan metode penulisan seperti yang sudah digariskan pada bab kedua. Setelahnya penulis akan menyebutkan syubhat yang terdapat dalam buku ajar atau penulis tambahkan dari sumber yang lain untuk kemudian penulis paparkan jawaban dari syubhat berdasarkan dalil yang ada. BAB V: Penutup; Kesimpulan dan Saran.
26