BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti akan mempermudah alur ekspor antar negara. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan yang berasal dari hasil kebun dan pertanian, seperti banyaknya impor bahan pangan yang menyebabkan rendahnya keuntungan negara dan memperkecil ruang gerak petani Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia dituntut untuk mampu secara cepat membenahi infrastruktur, birokrasi hingga sumber daya baik sumber daya alam maupun manusia. Data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia 2012, menunjukkan bahwa industri kelapa sawit adalah penyumbang devisa kedua terbesar setelah sektor minyak dan gas. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman ini dengan potensi yang cukup besar karena kondisi iklimnya. Berdasarkan data yang didapatkan melalui Ditjen Perkebunan luas areal perkebunan kelapa sawit, pada tahun 2006 sebanyak 5,9 juta hektar dan hingga tahun 2013 meningkat menjadi 8,9 juta hektar. Wilayah perkebunan sawit terluas terdapat di Sumatera,
1
yaitu provinsi Riau dengan area seluas 2,2 juta hektar. Dinas Perkebunan Provinsi Riau mencatat produksi CPO dari perkebunan sawit sebesar 7.045.632 ton. Sekilas sejarah keberadaan kelapa sawit di Indonesia diawali oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848 dengan datangnya empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam. Bibit tersebut ditanam di area Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911 tanaman kelapa sawit mulai dikomersialkan oleh seorang kebangsaan Belgia yang banyak belajar tentang kelapa sawit. Kesuksesan kelapa sawit membuat tanaman ini terus mengalami perkembangan hingga menghasilkan sistem budi daya, budi daya kelapa sawit di Indonesia pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Hingga tahun 2009 jumlah industri pengolahan kelapa sawit mencapai 608 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia dan keberadaannya mampu memperkuat perekonomian. Saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh pesat. Menurut Direktorat Jendral Bina Hasil Perkebunan (2005) pada tahun 2010 produksi Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan akan meningkat antara 5% - 6%, sedangkan untuk periode 2010 – 2020, pertumbuhan produksi diperkirakan berkisar antara 2% - 4%. Namun perkembangan ini menimbulkan beberapa permasalahan, salah satunya permasalahan kelestarian alam. Kegiatan pengolahan kelapa sawit menghasilkan produk samping, yaitu limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah pabrik kelapa sawit yang berasal dari proses pengolahan tandan buah sawit segar menghasilkan dua jenis limbah, dalam bentuk
2
padat dan limbah cair buangan pabrik atau Palm Oil Mill Effluent (POME). Limbah padat tersebut dihasilkan dari serat, cangkang, tandan kosong dan pelepah daun. Penumpukan limbah padat terbanyak dihasilkan adalah tandan kosong, mencapai 20 juta ton pertahunnya. Rerata produksi tandan kosong kelapa sawit adalah berkisar 20% hingga 35% dari total berat tandan buah segar yang diproses. Dengan banyak volume limbah padat tandan kosong kelapa sawit akan menyebabkan timbulnya pencemaran lingkungan. Salah satu pencemaran yang ditimbulkan adalah pendangkalan di sekitar daerah perairan. Penumpukan limbah padat tandan kosong kelapa sawit memerlukan biaya untuk penyediaan lahan dan biaya pembuangan ke area sekitar kebun seperti biaya bahan bakar transportasi dan retribusi. Menurut Naibaho (1995) pengelolaan atau pemanfaatan limbah padat tandan kosong oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih sangat terbatas. Sebagian besar pabrik kelapa sawit masih membakar tandan kosong dalam incinerator menjadi Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit (ATKKS) meskipun cara ini sudah dilarang oleh pemerintah. Sehingga hal ini mendesak diterapkannya teknik penanganan limbah tandan kosong kelapa sawit yang tepat. Apabila dikelola dengan baik tandan kosong memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai macam produk. Beberapa potensi pemanfaatan tandan kosong antara lain untuk kompos, pulp, bioetanol, dan serat. Salah satu teknik penanganan yang marak dikembangkan adalah pemanfaatan tandan kosong menjadi sumber pupuk organik. Komposisi kimiawi tandan kosong terdiri dari 15% abu, 40%
3
selulosa, 21% lignin dan 24% hemiselulosa. Selain itu dilihat dari sifat fisiknya tandan kosong mengandung berjuta serat. Hal ini menyebabkan tandan kosong tepat untuk dimanfaatkan sebagai mulsa di lahan perkebunan yang berfungsi sebagai penambah nutrisi tanah dan membantu mengurangi dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman serta produksi pada saat kemarau. Dari sisi ekonomi pemanfaatan pupuk organik dari limbah dapat menghemat penggunaan pupuk sintetis hingga 50%. Potensi ini juga dianggap akan menghasilkan lembaran uang dengan memproduksi kompos yang kemudian dikomersialisasikan ke petani. Kompos organik bermanfaat bagi tanaman karna dapat memberikan unsur hara yang murah tanpa adanya resiko keracuanan pada tanaman. Nilai tambah dari pupuk organik tandan kosong mampu meningkatkan peremajaan tanah untuk jangka waktu yang cukup panjang. Beberapa kelebihan tersebut harus dimanfaatkan dengan baik. PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) yang nantinya disingkat PTPN V merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang budi daya serta pengolahan kelapa sawit dan karet. PTPN V memiliki 24 unit usaha kebun, 18 unit pabrik pengolahan. Produk yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit adalah CPO dan inti sawit. Salah satu dari unit usaha kebun dan pabrik pengolahan adalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei Rokan. Proses produksi CPO di PT. Perkebunan Nusantara V khususnya di PKS Sei Rokan menghasilkan limbah yang berupa POME, cangkang sawit, fiber atau sabut,
4
dan tandan kosong kelapa sawit. Banyaknya hasil produksi CPO menghasilkan limbah padat yang banyak pula. Penanganan yang dilakukan pada limbah padat tandan kosong kelapa sawit di PKS Sei Rokan awalnya masih sebatas dibuang kembali di area kebun dan dijual kepada pihak ketiga dengan harga jual yang sangat rendah. Pada pembuangan langsung tandan kosong di area kebun, tanah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menangkap zat-zat baik yang terkandung pada tandan kosong, menimbulkan masalah pada penurunan kemampuan menyerap air dan proses pembusukan di area akan menarik kedatangan jenis kumbang tertentu yang berpotensi merusak pohon kelapa sawit. Hal ini menjadi perhatian lebih pada unit PKS Sei Rokan, pada tahun 2005 dibangun sebuah unit pabrik pengolahan limbah padat tandan kosong menjadi kompos organik. Pendirian pabrik bertujuan untuk meminimalisir dampak buruk bagi lingkungan dengan memanfaatkan produk samping untuk menghasilkan produk dengan nilai guna dan nilai jual yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan peluang dari unit pabrik kompos diperlukan adanya ketepatan dalam menangani dan mengolah limbah tandan kosong menjadi kompos organik. Selain itu untuk mengurangi biaya penumpukan limbah dan penggunaan pupuk sintesis selama ini, sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang dapat lebih dirasakan industri khususnya unit kebun dalam penggunaan kompos organik dari limbah tandan kosong.
5
B. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang timbul, maka rumusan permasalahan yang dapat dirinci sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan teknologi proses pengolahan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos di unit Pabrik Kompos Sei Rokan PTPN V 2. Bagaimanakah kelayakan teknis proses produksi kompos dari limbah tandan kosong PKS Sei Rokan 3. Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan pengolahan tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos di unit Pabrik Kompos Sei Rokan C. Batasan Masalah Pembatasan masalah dapat mempermudah evaluasi pengolahan kompos tandan kosong kelapa sawit di unit Pabrik Kompos Sei Rokan PTPN V, dengan tujuan agar pembahasan yang dilakukan menjadi lebih fokus. Adapun batasan masalahnya yaitu : 1.
Potensi tandan kosong di Pabrik Kelapa Sawit Sei Rokan yang dapat dimanfaatkan menjadi kompos
2.
Teknologi pengomposan sederhana dan modern yang pernah diterapkan pada unit Pabrik Kompos Sei Rokan
3.
Proses produksi kompos dan jenis peralatan yang digunakan pada unit Pabrik Kompos Sei Rokan
6
4.
Kompenen
analisa
nilai
tambah
dari
produksi
kompos
dengan
membandingkan harga jual tandan kosong secara langsung dengan kompos dari tandan kosong 5.
Mengevaluasi metode pengelolaan limbah tandan kosong menjadi kompos yang dihasilkan oleh unit Pabrik Sei Rokan dengan peraturan setempat yang berlaku
D. Tujuan 1. Mengetahui teknologi proses pengolahan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos di unit Pabrik Kompos Sei Rokan PTPN V 2. Mengetahui kelayakan teknis dari teknologi proses pengolahan tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos di unit Pabrik Kompos Sei Rokan PTPN V 3. Memperoleh informasi nilai tambah dari pengelolaan tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos di unit Pabrik Kompos Sei Rokan PTPN V F. Manfaat 1. Meningkatkan kesadaran perusahaan mengenai potensi tandan kosong menjadi kompos 2. Meningkatkan kualitas pengolahan limbah tandan kosong menjadi kompos 3. Memberikan informasi mengenai nilai tambah tandan kosong yang diolah menjadi kompos
7