perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat di abad ke – 21 ini. Teknologi menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam mempermudah setiap pekerjaan manusia. Salah satunya dalam hal komunikasi. Mudahnya setiap orang untuk berkomunikasi saat dimana pun dan kapan pun membawa dampak besar bagi kehidupan. Kehadiran internet membuka jalan media baru untuk hadir ditengah masyarakat yang memberikan layanan kemudahan dalam berinteraksi serta berkomunikasi dengan sesama pengguna membawa pengaruh besar dan kemudian membentuk budaya baru dalam berkomunikasi. Dalam konteks komunikasi, media merupakan alat sarana yang digunakan dalam berlangsungnya proses komunikasi. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia media dimunculkan dengan hadirnya sebuah media baru (new media). Menurut ebook yang berjudul “The Internet : An Introduction to New Media” menjelaskan bahwa banyak perubahan yang ditimbulkan oleh media baru dengan adanya media baru yang berkembang sangat cepat menciptakan sebuah budaya populer (pop culture). Salah satu efek dari media baru adalah munculnya media sosial seperti situs jejaring sosial lainnya (Green, 2010 : 3). Media sosial ini adalah suatu media komunikasi online yang menjadi bagian penting dari membangun, menjalin atau commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memantapkan
suatu
hubungan
interpersonal.
Jenis
–
jenis
media
ini
memungkinkan orang bisa berbicara, berpartisipasi, berbagi dan menciptakan jejaring secara online. Tindak komunikasi melalui media sosial secara intensif dapat dilakukan diantara penggunanya. Disamping tindak komunikasi yang berlangsung secara intensif, pengguna juga cenderung berkomunikasi secara ekspresif. Orang bisa merasa lebih nyaman dan terbuka serta kemungkinan lebih jujur dalam menyampaikan pesan – pesan yang ingin dipertukarkan dengan orang lain. Bahkan dalam sebuah jurnal Internasional berjudul “Problematic Use of Social Networking Sites: The Role of Self – Essteem” (Wai & Christy Mei, 2014) yang meneliti tentang pengguna media sosial dan harga diri seseorang. Menurut Wai & Christy menjelaskan bahwa seseorang lebih suka menggunakan situs jejaring sosial untuk berkomunikasi dikarenakan mereka lebih merasa nyaman dan percaya diri dibandingkan dalam kehidupan nyata. Berbicara mengenai internet, saat ini internet menjadi kebutuhan manusia dalam mengkonsumsi media. mulai dari mencari informasi, hiburan, hingga bersosialisasi. Berkat kemudahan dalam mengakses internet menjadikan social media user menjadi semakin menjamur. Bahkan media sosial menjadi salah satu lifestyle trending. Popularitas penggunaan media sosial di kalangan generasi abad ini tidak terlepas dari fungsinya yang mampu menjadi sarana presentasi diri guna mendukung eksistensi pribadi sebagai manusia. Dengan merebaknya pengguna media sosial, kini media sosial hadir dalam sebuah smartphone. Media sosial sebelumnya yang sempat booming dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
sebuah smartphone yaitu Facebook dan Twitter. Kini pengguna media sosial dikenalkan dengan media sosial Path yang didirikan pada tahun 2010. Path merupakan pendatang baru di ranah jejaring sosial yang meraih popularitas dalam waktu relatif singkat, bahkan kini menjadi sangat trend dikalangan anak muda hingga dewasa. Path adalah jurnal sosial pintar interaktif dimana kita bisa mengetahui kegiatan seseorang sehari – hari melalui timeline kita dan bisa langsung mengomentari atau memberi emoticon pada aktifitas tersebut. Path hanya dibatasi dengan 500 pengguna, keeksklusifan dan keprivasian yang dihadirkan dalam Path juga menjadi daya tarik tersendiri terhadap jejaring sosial. Dengan tagline “The smart journal that helps you share life with the ones you love” yaitu tentang hubungan yang bisa dipercaya sepanjang kehidupan seseorang, dalam satu waktu dimana hubungan dengan orang – orang diluar itu bukan relationship yang termasuk dekat. Path merupakan perpaduan fitur – fitur yang sudah ada pada media sosial lain, seperti Friendster, Foursquare, Instagram, Facebook, Twitter, yang menjadi satu pada aplikasi media sosial Path ini, fitur yang ditawarkan semakin banyak. Layaknya Facebook, Foursquare, Instagram dan Twitter, Path dapat berbagi cerita, musik, foto, video, tempat dan film ke orang – orang terdekat, selain itu ada fitur sleeping dan awake. Ada satu lagi yang menarik dari Path, yaitu tersedianya delapan free filter lenses untuk mempercantik foto atau video yang siap di unggah untuk dibagikan ke teman terdekat. Hal ini seperti media sosial Instagram yang memiliki layanan commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
utama sebagai tempat berbagi foto dengan beragam filter lenses. Path juga dapat dihubungkan dengan media sosial lainnya, seperti Facebook, Twitter, Foursquare dan Tumblr, setiap aktivitas kita di Path dapat juga dibagikan secara otomatis ke media sosial tadi dengan menggunakan setting terlebih dahulu untuk menggunakan fitur sharing ini. Di samping itu ada beberapa menu yang disediakan, seperti Home (timeline), Friend List, Activity (notifikasi), Path (laman profil pribadi) dan setting. Path menyediakan dua template foto atau gambar, yaitu profile picture dan cover photo pada laman Home (timeline) dan profil pribadi. Akan tetapi, Path mulai booming di Indonesia pada tahun 2012 hingga kuartal terakhir tahun 2013, Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan user pengguna Path paling aktif di seluruh dunia. Seperti dilansir oleh merdeka.com, pendiri Path, Dave Morin menyatakan bahwa “Dari total 20 juta pengguna di seluruh dunia, 4 juta – nya berada di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengguna Path teraktif
nomor 1 sehari
– hari
di seluruh dunia”
(http:://www.merdeka.com/uang/ceo-path-indonesia-pengguna-path-teraktifnomor-1-di-dunia-wawancara-khusus-ceo-path-2.html diakses pada 1 April 2015 pukul 19.00). Berdasarkan data di tahun 2014, Path adalah jejaring sosial yang selalu menarik perhatian warga Indonesia. Bahkan pengguna Path di Indonesia telah mencapai 4 juta lebih. Hal ini tentu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
pengguna
Path commit to user
terbanyak
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/061556984/Path-Klaim-PalingBanyak-Pengguna-di-Indonesia diakses pada 1 April 2015 pukul 19.15). Hal serupa terjadi di tahun 2015, pendiri dan CEO Path, Dave Morin mengungkapkan bahwa “Angka anggota aktif Path di Indonesia pun ternyata yang terbesar di dunia, dengan jumlah mencapai kisaran 4 juta orang”. Para pengguna Path di Indonesia sangat aktif dan setiap harinya menyumbang sekitar setengah dari keseluruhan aktivitas di Path. Dengan kata lain, 50 persen pengguna aktif harian Path berasal dari Indonesia. Secara bulanan, Indonesia menyumbang 30 persen trafik internet Path, disusul oleh Amerika Serikat yang sama – sama menyumbang 30 persen. Negeri Paman Sam ini juga merupakan basis pengguna Path terbesar kedua di dunia setelah Indonesia. Sisanya sebanyak 40 persen datang dari negara – negara lain” (http://www.esquire.co.id/article/2015/2/1534Pengguna-Path-Terbanyak-Berasal-dari-Indonesia diakses pada 2 April 20.20 ). Bahkan pengguna Path Indonesia menjadi one of the top di dunia sejak 2012 dan secara global saat ini pengguna aktif Path mencapai 50 juta orang (http://www.koran-sindo.com/read/974299/152/unsur-privat-dan-publik-di-path1425952919 diakses pada 2 April 2015 pukul 21.00). Dikarenakan kelebihan Path yang bisa menjadi jurnal pribadi dan bersifat personal, membuat Path menjadi trend terbaru di masyarakat Indonesia terutama anak – anak muda. Masyarakat Indonesia yang mengikuti trend penggunaan Path menunjukkan berbagai aktivitas kesehariannya melalui Path. Aktivitas di Path – lah yang nantinya menunjukkan karakter dari pengguna Path, dan juga bagaimana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
seseorang menggambarkan sosok atau jati diri yang diinginkannya atau yang dikenal dengan istilah citra diri. Menurut G. Sach dalam Ardianto dan Soemirat (2012 : 171) citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap – sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok – kelompok yang berbeda. Sedangkan menurut Katz dalam Ardianto dan Soemirat (2012 : 113), citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Reynold (1973 : 595) mengkonsepsikan citra diri sebagai citra yang dibuat oleh seseorang untuk menggambarkan sosok atau jati diri yang diinginkannya. Jadi, citra diri bukan merupakan penampilan sebenarnya jati diri seseorang, tetapi merupakan sosok yang diinginkan oleh seseorang tentang dirinya. Pemilik profil di jejaring sosial secara aktif menggunakan profilnya sebagai ajang mengekspresikan diri (Gearhart & Kang, 2010 : 16). Salah satu seorang artis, Nikita Mirzani mengekspresikan dirinya dengan menggunggah foto pose seksi melalui akun Path miliknya. Melihat kejadian yang pernah dilaluinya membuat publik memberi image Nikita sebagai artis kontroversial dan berani tampil
vulgar.
(http://www.KapanLagi.com_%20Nikita%20Mirzani%20_%20[Foto]%20Pamer %20Ketiak%20&%20Dada,%20Ini%20Pose%20Seksi%20Favorit%20Nikita%20 Mirzani.html diakses pada 8 Mei 2015 pukul 19.30). Selain itu, Ben Kasyafani mantan suami Marshanda sering mencurahkan hatinya dalam Path. Dalam tangkapan layar Path miliknya, statusnya mengungkapkan isi hatinya yang sulit bertemu dan bersenda gurau dengan commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sienna, karena tidak diizinkan oleh Caca sapaan akrab Marshanda. Melihat sikap Ben seperti itu mengundang perhatian para pengguna jejaring sosial. Para pengguna Path merasa iba atas masalah yang sedang dihadapi oleh Ben, bahkan tidak
sedikit
orang
menyalahkan
atas
sikap
Marshanda
(http://boomee.co/2014/06/curahan-hati-ben-kasyafani-di-path-undang-perhatianlinimasa diakses pada 10 Mei 2015 pukul 23.33). Kesan yang diperoleh seseorang dapat terbentuk cukup dengan melakukan aktivitas dalam jejaring sosial terutama jejaring sosial Path. Bahkan Jalaludin Rakhmad dalam Elvinaro dan Soemirat (2012 : 114), mendefinisikan citra sebagai gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Media sosial memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menjadi produsen pesan tanpa melihat latar belakang budaya, usia, status sosial, bahkan gender. Tidak mengherankan jika media sosial sangat digandrungi di kalangan remaja. Dari hasil penelitian Nielsen menemukan bahwa mayoritas pengguna jejaring sosial adalah usia 18 – 34 tahun “boasts the highest concentration of active visitors among all age groups” (State of The Media: The Social Media Report, 2011). Statistik yang dirilis oleh Pew Research Center juga diperoleh bahwa pengguna jejaring adalah usia 18 – 29 tahun. Terlihat pada gambar 1.1 menerangkan bahwa pengguna jejaring sosial pada usia 18 – 29 tahun tercatat 89cd. Sebelumnya di antara Februari 2005 dan Agustus 2006, pengguna media commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial pada usia 18 – 29 tahun mengalami kenaikan yang sangat dratis dari 9% menjadi 49%. (Pew Research Center, 2014) Gambar 1.1 Data Pengguna Jejaring Sosial
(Sumber: Pew Research Center, 2014)
Masih sama dari Pew Research Center, menunjukkan hasil data dalam bentuk persentase menyatakan bahwa “persentase pengguna situs jejaring sosial pada usia 18 – 29 tahun sebesar 89% tertinggi dibandingkan pada usia 30 – 49 tahun 82%, 50 – 64 tahun 65%, dan untuk usia 65+ sebesar 49%. Terbukti bahwa pengguna jejaring sosial merupakan usia remaja yang berkisar usia 18 – 29 tahun (Pew Research Center, 2014).
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1.2 Persentase Usia Pengguna Internet
(Sumber: Pew Research Center, 2014)
Terdapat beberapa contoh penelitian sebelumnya yang terkait dengan media sosial Path, antara lain yaitu menurut penelitian dari mahasiswi Universitas Komputer Indonesia Bandung Ekky Puspika Sari yang berjudul “Perilaku Komunikasi Para Pengguna Media Sosial Path di Kalangan Mahasiswa Unikom Kota Bandung” menemukan fakta bahwa pengguna Path dapat menimbulkan adanya budaya sombong dan copy cats (budaya meniru) pengaplikasian strata sosial yang terjadi di kalangan mahasiswa Unikom pengguna gadget. Bahkan dari hasil wawancara dengan para informan, ditemukan bahwa “mereka lebih suka berinteraksi di Path daripada tatap muka”, walaupun teman – teman mereka di Path pun hampir seluruhnya adalah teman – teman dekat mereka dan yang mereka kenal, mengobrol di Path lebih menyenangkan daripada mengobrol langsung, commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat dikatakan bahwa para pengguna media sosial Path melakukan komunikasi hiperpersonal (Sari, 2013 : 9 – 12). Berdasarkan data di atas menjelaskan bahwa pengguna jejaring sosial terbanyak berusia 18 – 29 tahun. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti menilih mahasiswa terutama mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Angkatan 2014 sebagai obyek penelitian. Menurut data Pers Ilmu Komunikasi menyebutkan bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi lebih aktif dalam menggunakan media sosial. Selain itu, mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Angkatan 2014 merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Atas menuju Perguruan Tinggi yang dimana akan menampilkan citra diri baru di lingkungan barunya. Atas dasar itulah, peneliti ingin mengetahui bagaimana pencitraan diri mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Angkatan 2014 sebagai pengguna Path dalam jejaring sosial tersebut. Berpijak pada pertanyaan tersebut, maka penlis memilih judul “Media Sosial Path dan Pencitraan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Pencitraan Diri Para Pengguna Media Sosial Path di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler FISIP UNS Angkatan 2014)” sebagai judul penelitian ini.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mahasiswa Ilmu commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komunikasi Universitas Sebelas Maret Reguler Angkatan 2014 membentuk citra diri dalam Path sebagai pengguna jejaring sosial Path?”
C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas serta agar penelitian ini nantinya akan lebih terarah, maka ditetapkan suatu tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui memahami citra diri mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Angkatan 2014 yang ditunjukkan dalam aktivitas di jejaring sosial Path.
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1.
Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di kalangan mahaiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perkembangan teknologi komunikasi dan perkembangan ilmu komunikasi yang terjadi dalam dunia virtual yang mampu menggeser aturan yang selama ini terjadi di masyarakat.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Secara
Praktis,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan dan pemahaman kepada para pengguna Path tentang macam-macam cara orang membentuk citra dirinya dalam jejaring sosial Path.
E. LANDASAN TEORI 1. Komunikasi 1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2003 : 9). Sedangkan secara termologi yaitu penciptaan makna antara dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol – simbol atau tanda – tanda. Komunikasi disebut efektif bila makna yang tercipta relatif sesuai dengan yang diinginkan komunikator (Mulyana, 2010 : 49). Beberapa para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing – masing. Sebagaimana yang dikatakan oleh Berelson dan Stainer (1964) yaitu menyatakan bahwa : “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain – lain. Melalui penggunaan simbol – simbol seperti kata – kata, gambar – gambar, angka – angka dan lainnya” (Fajar, 2009 : 32). Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner yang dikutip oleh Mulyana (2010 : 68) mengatakan bahwa : “Komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan commit tosimbol user – simbol, kata – kata, gambar, sebagainya, dengan menggunakan
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi”. Sementara Susanto (1985 : 1) memaknai komunikasi sebagai kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna. Kalau di tarik pengertian secara umum dari pendapat para pakar komunikasi diatas, maka menurut McQuail & Windahl (1993 : 5) menjelaskan bahwa komunikasi tersebut berkaitan erat dengan unsur – unsur seperti : “a sender, a message, a receiver, a relationship between sender and receiver, an effect, a context in which communication occurs and a range of the things to which ‘messages’ refer. Sometimes, communication can be any or all of the following: action on another with others and reaction to other”. (Pengirim pesan, media saluran, pesan – pesan, penerima dan terjadi hubungan antara pengirim dan penerima yang menimbulkan efek tertentu, atau kaitannya dengan kegiatan komunikasi dan suatu hal dalam rangkaian penyampaian pesan – pesan. Kadang – kadang, komunikasi dapat terjadi pada seseorang atau semuanya, mulai dari yang melakukan aksi kepada lainnya, atau terjadi interaksi dan reaksi dari suatu pihak kepada pihak lainnya). Selain itu, Harold Laswell dalam karyanya “The Structure and Function of Communication in Society”, Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says Where in Which Channel to Whom with What Effect? (siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana). Jadi berdasarkan paradigma Laswell dalam Effendy (2003 : 10), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.2 Fungsi Komunikasi Menurut Effendy (2003 : 55) terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu: 1. Menyampaikan informasi (to inform) Dengan
komunikasi,
komunikator
dapat
menyampaikan
informasi kepada komunikan. Serta terjadi pertukaran informasi antara komunikator dan komunikan. 2. Mendidik (to educate) Komunikasi sebagai sarana untuk mendidik, dalam arti bagaimana secara formal maupun informal bekerja untuk memberikan atau bertukar pengetahuan. Dan kebutuhan akan pengetahuan dapat terpenuhi. Fungsi mendidik ini dapat juga ditunjukan dalam bentuk berita dengan gambar maupun artikel. 3. Menghibur (to entertaintment) Komunikasi menciptakan interaksi antara komunikator dan komunikan. Interaksi tersebut menimbulkan reaksi interaktif yang dapat
menghibur
baik
terjadi
pada
komunikator
maupun
komunikan. 4. Mempengaruhi (to influence) Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi, terdapat upaya untuk mempengaruhi komunikan melalui isi pesan yang dikirim oleh komunikator. Upaya tersebut dapat berupa pesan persuasif (mengajak) yang dapat mempengaruhi komunikan. commit to user Komunikator dapat membawa pengaruh positif atau negatif, dan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komunikan dapat menerima ataupun menolak pesan tersebut tanpa ada paksaan. Keempat tujuan komunikasi di atas, turut mengambil peranan dalam setiap proses yang terjadi. Mulai dari mengubah sikap seseorang, merubah pendapat dan pandangan seseorang, merubah perilaku, serta merubah kehidupan sosial penggunanya.
1.3 Tujuan Komunikasi Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan dari tujuan komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Effendy (2003 : 55), tujuan dari komunikasi adalah : 1. Mengubah sikap (to change the attitude) Seperti telah dikemukakan sebelumnya dalam pembahasan, fungsi komunikasi adalah mempengaruhi seseorang. Tahap selanjutnya setelah seseorang terpengaruh ia akan merubah sikapnya. Inilah salah satu tujuan komunikasi. Mengubah sikap seseorang menjadi seperti yang diharapkan oleh si pemberi informasi. 2. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan (to change the opinioni)
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah pendapat atau opini seseorang sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak tertentu. 3. Mengubah perilaku (to change the behaviour) Mengubah perilaku seseorang sesuai dengan informasi yang telah diberikan sehingga berperilaku sesuai yang diharapkan oleh si pemberi informasi. 4. Mengubah masyarakat (to change the society) Apabila dalam point di atas perilaku dititikberatkan lebih kepada individu, dalam point ini, perubahan dititikberatkan pada suatu kelompok yang bersifat lebih dari satu, bahkan lebih dari dua. Sehingga perubahan terjadi secara massal. Jadi dapat disimpulkan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku, perubahan sosial. Serta tujuan utama adalah agar semua pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan dan menghasilkan umpan balik.
2 Komunikasi Massa 2.1 Pengertian Komunikasi Massa Istilah “komunikasi massa” yang muncul pertama kali pada akhir tahun 1930-an memiliki banyak pengertian sehingga sulit bagi para ahli untuk secara sederhana mendefinisikan komunikasi massa. Menurut Gerbner (1967) mengenai komunikasi, yaitu interaksi sosial melalui pesan. Istilah massa menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara “komunikasi” commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan penerimaan pesan. Salah satu definisi awal komunikasi oleh Janowitz (1960) menyatakan bahwa komunikasi massa terdiri atas lembaga dan teknik dimana kelompok – kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk menyebarluaskan simbol – simbol kepada audiens yang tersebar luas dan bersifat heterogen. Komunikasi massa (mass comunication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan – pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan terlintas (khususnya media elektronik) (Mulyana, 2010 : 83). Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003 : 188) dalam buku Elvinaro, Lukiati dan Siti yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar, yakni : “Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)” (Elvinaro, Lukiati & Siti, 2007 : 3). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu Gerbner, yang dikutip dari bukunya (Rakhmat, 2003 : 188), komunikasi menurut Gerbner (1967) yaitu : “Mass comunication is the technologically and institusionally based production amd distribution of the most broadly shared contiuous flow of message industrial societis”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri) (Elvinaro, Lukiati & Siti, 2007 : 3). Menurut ahli komunikasi lainnya, definisi komunikasi massa menurut Meletzke yang dikutip dari bukunya (Rakhmat, 2003 : 188), yaitu: “Komunikasi massa memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang”. Dalam definisi Melezke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar diberbagi tempat (Ardianto, Lukiati & Siti, 2007 : 3 – 4).
2.2 Karakteristik Komunikasi Massa Kita sudah mengetahui bahwa definisi – definisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok, perbedaannya terdapat dalam komponen – komponen yang terlibat di dalamnya dan proses commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsungnya komunikasi tersebut (Ardianto, 2004 : 7 – 12). Berikut ini karakteristik – karakteristik komunikasi massa yaitu : 1. Komunikator terlembagakan Dalam komunikasi massa, komunikator atau sumber yang menyampaikan pesan bukanlah secara personal, namun bersifat melembaga. Lembaga penyampain pesan komunikasi massa inilah yang dinamakan media massa, seperti televisi, surat kabar, radio internet. 2. Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Dengan demikian, maka proses komunikasi massa bersifat terbuka. Hal ini dikarenakan, komunikan tersebar di berbagai tempat yang tersebar. 3. Komunikannya anonim dan heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Hal ini dikarenakan komunikasi massa menyampaikan pesan secara umum pada seluruh masyarakat, tanpa membedakan suku, ras, agama, serta memiliki beragam karakter psikologi, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, adat budaya, maupun strata sosial.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan yaitu dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 6. Komunikasi massa bersifat satu arah Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. 7. Stimulasi alat indera terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indera terbatas. Pada komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antarpersona, kelompok dan massa. Efektivitas komunikasi
seringkali
dapat
dilihat
dari
feedback
yang
disampaikan oleh komunikan. Kesimpulan yang dapat diambil dari kutipan di atas, bahwa komunikasi massa menyiarkan informasi yang menyangkut kepentingan umum karena komunikannya bersifat heterogen. Dengan demikian, proses komunikasi massa relatif lebih rumit dalam hal pencarian, pengemasan serta penyajian informasi. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berperan sebagai komunikator harus handal dan bisa bekerjasama dalam tim untuk memberikan yang terbaik pada masyarakat. Dengan demikian, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
2.3 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa secara umum menurut Effendy (1993) dalam buku Ardianto, Lukiati dan Siti (2007 : 18), mengemukakakn fungsi komunikasi massa secara umum adalah : commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (massa education). Karena media massa banyak menyajikan hal – hal yang sifatnya mendidik, salah satu cara mendidik yang disajikan media massa melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan – aturan yang berlaku kepada pemirsan atau pembaca. 3. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk atau editorial, features, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan – iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. Sedangkan
fungsi
komunikasi
massa
bagi
masyarakat
menurut
Dommunick (2001) dalam buku Elvinaro, Lukiati & Siti yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar terdiri dari : 1. Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama yaitu : a. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan
tentang
ancaman
dari
angin
topan,
meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau serangan militer. b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental) Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari. 2. Interpretation (penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian – kejadian penting. 3. Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (penyebaran nilai – nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara, fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. 5. Entertaiment (hiburan) Sulit dibantah lagi bahwa kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.4 Unsur – Unsur Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur – unsur penting dalam komunikasi massa adalah : 1. Komunikator a. Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik. b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi – solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka. c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran informasi. 2. Media Massa Media Massa merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan : a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. b. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. c. Terakhir media massa sebagai media hiburan (Bungin, 2006:85). 3.
Informasi Massa Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik bukan ditunjukkan kepada individu masing – masing.
4. Gatekeeper Merupakan penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan. 5. Khalayak Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Umpan Balik Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai sifat tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional (Bungin, 2006 : 71).
3. Teori Konstruktivisme Teori Konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komuikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia. Teori Konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2013 : 166). Teori konstruktivisme dibangun berdasarkan teori yang ada sebelumnya yaitu : “konstruksi pribadi” atau “konstruksi personal” (personal construct) oleh George Kelly yang menyatakan, bahwa orang memahami pengalamannya dengan cara
mengkelompokkan
berbagai
peristiwa
menurut
kesamaannya
dan
membedakan berbagai hal melalui perbedaannya (Kelly, 1991 : 118 – 120). Teori konstruktivisme mengakui bahwa konstruksi personal memiliki latar belakang sosial, dengan demikiancommit konstruksi personal dipelajari melalui interaksi to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan orang lain. Karenanya, kebudayaan memiliki peran signifikan dalam menentukan makna suatu peristiwa. Budaya dapat mempengaruhi bagaimana tujuan komunikasi ditentukan, bagaimaan tujuan baru harus dicapai sekaligus tipe konstruksi yang digunakan dalam skema kognitif. Walaupun teori ini mengakui efek interaksi sosial dan budaya dalam sistem kognitif, namun teori konstruktivisme lebih mengutamakan pengamatannya pada berbagai perbedaan individu melalui kompleksitas konstruksi personalnya dan juga strategi yang digunakan dalam berkomunikasi (Morrisan, 2013 : 167). Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang. paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Guba dan Lincoln, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertidak sebagai agen yang mengkonstruksikan dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan – alasan subjektif (Eriyanto, 2004 : 13). Menururt konstruktivisme
Paul
Suparno,
radikal,
ada
realisme
tiga
macam
hipotesis,
konstruktivisme konstruktivisme
yakni biasa.
Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita, dimana bentuk tersebut tidak selalu menjadi representasi dunia nyata. Kaum commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksikan suatu realitas ontologis obyektif, namun sebuah realitas dibentuk oleh pengalaman seseorang. Dengan kata lain, bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui, dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang bersifat pasif. Oleh karena itu, konstruksi terhadap suatu pengetahuan hanya dapat dilakukan oleh individu itu sendiri, sedangkan lingkungan sarana terjadinya konstruksi tersebut (Bungin, 2011 : 14). Realisme hipotesis mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktir realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas tersebut, yang kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Namun dari ketiga konstruktivisme, terdapat kesamaan di mana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Selanjutnya Piaget mengatakan, pengetahuan
akan dibangun oleh
setiap individu melalui realitas yang dilihat berdasarkan struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, yang disebut dengan skema. Dimana kontruktivisme semacam ini yang menurut Berger dan Luckmann, disebut dengan konstruksi sosial (Bungin, 2011 : 14). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
4. Internet 4.1 Pengertian Internet Internet sendiri meruapakan singkatan dari Interconnected Network, berupa sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan jaringan – jaringan di seluruh dunia. Istilah internet pada mulanya diciptakan oleh para pengembangnya karena mereka memerlukan kata yang dapat menggambarkan jaringan dari jaringan – jaringan yang saling terkoneksi yang tengah mereka buat waktu itu. Internet merupakan kumpulan orang dan komputer di dunia yang seluruhnya terhubung oleh bermil – mil kabel dan saluran telepon. “Internet (International Networking) atau Net adalah kumpulan luas dari jaringan komputer yang saling terhubung di seluruh dunia, mulai dari komputer kecil (personal computer atau PC) di rumah – rumah sampai komputer besar di perusahaan – perusahaan” (Darmawan, 2012 : 97). “Definisi yang lain adalah internet bagaikan sebuah kota elektronik yang sangat besar di mana setiap penduduk memiliki alamat (internet address) yang dapat digunakan untuk berkirim surat atau informasi. Jika penduduk itu ingin memiliki kota elektronik tersebut, cukup dengan menggunakan komputer sebagai kendaraan. Hubungannya bertumpu di atas media telekomunikasi, inilah yang disebut seagai “Global Village” atau “perkampungan sejagat” (Darmawan, 2012 : 97). Sedangkan menurut Budi Sutejo Dharma Oetomo dalam Sutejo (2002 : 52) menjelaskan bahwa : “Internet adalah sebuah jaringan komputer yang sangat besar yang terdiri dari jaringan – jaringan kecil yang saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia”. Maka dalam hal ini internet dapat dirumuskan sebagai “a large collection of computer in networks that are tied together so that many users can share their vast resources”. Tampaklah bahwa pengertian internet tidak hanya terbatas pada commit to user aspek perangkat keras berupa seperangkat komputer yang saling berhubungan
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
satu sama lain dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan, grafis, maupun suara. Dengan kemampuannya dapat dikatakan bahwa suatu jaringan komputer yang saling terkoneksi dengan jaringan komputer lainnya ke seluruh dunia (Munir, 2008 : 195).
4.2 Sejarah Internet Di era perang dingin 60 – an, pemerintah Amerika ingin mengembangkan satu sarana yang memungkinkan saluran komunikasi tetap terbuka jika terjadi serangan nuklir. Metode yang ada pada saat itu memerlukan titik – titik tertentu untuk pengiriman pesan serta pusat – pusat kendali untuk mengelolanya. Jika salah satu titik di bom, keseluruhan jaringan bisa tidak berfungsi. Maka Advanced Research Projects Agency (US Defense ARPA) datang dengan usulan jaringan komputer “kedap bom” tanpa harus ada pusat kendali. Jika bila satu bagian dari sambungan jaringan terganggu dari serangan musuh, informasi yang melalui sambungan itu secara otomats dipindahkan ke sambungan lainnya. Setelah itu internet digunakan oleh kalangan akademis (UCLA) untuk keperluan penelitian dan pengembngan teknologi. Baru pada awal 90 – an, sebagian dari jaringan ARPA tersebut berubah menjadi internet yang bisa diakses masyarakat umum sampai sekarang (https://www.academia.edu/5948580/Sejarah_Internet, diakses pada tanggal 1 April 2015 pukul 18.55.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3
Fungsi Internet
Menurut Munir (2008 : 196 – 200), setidaknya ada enam fungsi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari, yaitu: 1. Fungsi alat komunikasi Internet berfungsi sebagai alat komunikasi, karena internet dapat kita gunakan sebagai sarana komunikasi kemana saja secara cepat. Komunikasi yang dimaksud dapat berupa e-mail, atau berdiskusi melalui chatting maupun mailing list. 2. Fungsi akses informasi Seseorang dapat mengakses berbagai referensi, baik yang berupa hasil penelitian, maupun artikel hasil kajian dalam berbagai bidang. Tidak lagi harus secara fisik pergi ke perpustakaan untuk mencari berbagai referensi sebab internet merupakan perpustakaan terbesar dari perpustakaan yang ada dimanapun. 3. Fungsi pendidikan dan pembelajaran Perkembangan teknologi internet sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahi untuk berbagai kepentingan termasuk didalamnya untuk pembelajaran. Pembelajaran melalui internet dapat diberikan dalam beberapa format diantaranya adalah: a. Electronic mail (delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving feedback, using a course listserv.,i.e., electronic discussion group) commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Bulletin boards/newsgroups for discussion of special group c. Downloading of course materials or tutorials d. Interactive tutorials on the Web e. Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) system or Internet Relay Chat. 4. Fungsi Tambahan Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan Sekalipun
materi
sifatnya
pembelajaran hanya
opsional,
elektronik
atau
tidak.
peserta
didik
yang
memanfaatkan tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. 5. Fungsi pelengkap Internet berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas.
4.4
Fasilitas dalam Internet
Menurut Hariningsih (2005 : 138), ada 3 fasilitas/aplikasi utama dari TCP/IP (Transmission Control Protokol/Internet Protokol) adalah sebagai berikut: 1. Elektronik mail/e-mail messaging commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Elektonik mail atau surat elektronik adalah fasilitas yang paling sering digunakan di internet. Dengan fasilitas ini seseorang dapat membuat dan mengirimkan pesan tertulis kepada seseorang atau sekelompok orang lain yang juga terdaftar di internet. 2. Remote Login Dengan
fasilitas
ini
seseorang
dapat
mengakses
program/aplikasi di komputer lain. Misalnya seseorang peserta didik di sekolah A dapat menjalankan aplikasi komputer yang terdapat di sekolah B tanpa harus datang ke sekolah B apabila komputer di sekolah A dan B berhubungan menggunakan TCP/IP (Tansmission Control Protokol/Internet Protokol). 3. File Transfer Fasilitas ini memungkinkan terjadinya pengiriman file dari satu komputer ke komputer lain. Sebuah file dapat berisi dokumen, grafik, program komputer, bahkan video maupun suara yang terekam secara digital. Menurut Sutejo (2002 : 54 – 55), ada fasilitas dalam internet, yaitu: 1. E-Mail e-mail adalah surat yang dikirim secara elektonis melalui internet maupun jaringan komputer seperti komputer kantor, Universitas,
sekolah, dan lain – lain. Pada dasarnya, e-mail commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyediakan fungsi yang sama dengan surat pos biasa, yaitu untuk saling berkirim surat melalui internet atau jaringan. 2. Internet Relay Chat (Chatting) Aplikasi ini semacam konferensi berbasis teks yang dapat dilakukan secara real time dari berbagai tempat diseluruh dunia. Dalam chatting, komunikasi hanya dilakukan dengan menampilkan teks di layar komputer dimana setiap orang yang mengikuti group chatting dapat membaca topik dan ikut serta dalam forum itu. 3. USENET Usenet merupakan BBS (Buletin Board Service) berbasis pesan yang sangat besar yang mengizinkan setiap pemakai atau pelanggan Internet berpartisipasi. 4. Newsgroup Newsgroup merupakan sarana konferensi elektronik jarak jauh bagi para pemakai, seperti alt, gopher, alt.Internet, service, dan lain – lain. Newsgrup ini ibaratnya papan komunikasi dimana setiap orang bebas mencari informasi yang dibutuhkan dan juga memberikan informasi yang dimilikinya. Setiap orang bebas memberikan komentar terhadap suatu masalah yang ada dan komentar itu juga akan terbaca oleh sekian banyak pengguna newsgroup.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. File Transfer Protokol (FTP) FTP adalah suatu protokol yang memungkinkan pemakai berkomunikasi secara interaktif dengan komputer lain yang terhubung dalam internet itu. FTP menyediakan fasilitas untuk menyalinkan file secara elektronik dari satu komputer ke komputer lain di dalam internet. 6. Telnet Jika pemakai menghubungkan diri ke internet, maka pemakai tersebut dapat menghubungi komputer lain yang berada di dalam jaringam
tersebut.
Jadi
Telnet
memiliki
fasilitas
yang
memungkinkan pemakai terhubung ke komputer lain seolah – olah pemakai tersebut langsung men-dial komputer tersebut. 7. Bulletin Board Service (BBS) BBS
merupakan
suatu
pusat
layanan
informasi
yang
memanfaatkan jaringan telepon. Sebagai pusat layanan informasi, BBS menyediakan informasi baik di bidang pendidikan dan teknologi, bisnis, sosial maupun promosi niaga. Disamping itu, pelanggan dapat saling berdiskusi untuk memacahkan suatu masalah atau membicarakan topik tertentu dan juga diberi fasilitas untuk download atau upload berita pada pemakai lain. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Layanan Multimedia (WWW) WWW adalah aplikasi yang paling banyak digunakan dan merupakan aplikasi yang paling penting. WWW merupakan dokumen – dokumen internet yang disimpan diseluruh dunia. Dokumen web dibuat dengan menggunakan format hypertext dan hypermedia, yaitu Hypertext Markup Language (HTML). Dokumen yang dibuat dengan HTML dapat memuat teks, gambar, video, audio dan animasi. 9. Internet Telephony Internet Telephony memungkinkan pengguna untuk berbicara melalui internet ke beberapa personal komputer di seluruh dunia yang dilengkapi dengan peralatan penerima dengan biaya koneksi internet biasa. 10. Internet Fax Internet juga dapat digunakan untuk transmisi fax yang biasanya dilakukan melalui media faksimili. Aplikasi untuk mengirim fax lewat intenet tersebut mudah digunakan dan biaya pengiriman fax tersebut dihitung sebagai biaya lokal.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Social Media dalam Kajian New Media 5.1 Perbandingan Old Media dan New Media Media baru telah merombak konsep audien lama yang merupakan para pengguna pasif dari media menjadi para pengguna aktif. Keaktifan tersebut ditunjukkan dengan penggunaan media tersebut oleh audien sebagai media untuk menyampaikan pesan yang telah mereka produksi, edit, dan unggah sendiri. Konten media tradisional yang sebelumnya one to many didominasi oleh institusi media tersebut sendiri, maka kini telah dikenal user-generated contents. Artinya isi media yang dibuat dari, oleh, dan untuk user, alih-alih katakanlah pengelola website (Swasty, 2011: 41). No 1 2 3
4 5
Spesifikasi Pola komunikasi yang banyak terjadi Level/tingkatan interaktivitas Isi pesan
Old Media One to many
Sangat rendah Producergenerated content Local content Peran audien secara umum Pasif Konstruksi media secara umum Kurang bersifat partisipatif
New Media Many to many Kuat User-generated content Global content Aktif Media partisipatif
Tabel 1.1 Karakteristik old media dan new media (dalam Swasty, 2011: 42)
Temuan-temuan dalam teknologi informasi menyebabkan mobilitas informasi yang super cepat terjadi dan memberi makna baru bagi konsep interaktivitas media. Proses timbal balik terjadi, menyebabkan batasan antara komunikator dan komunikan menghilang. Antara produsen pesan dan penerima pesan berganti-ganti dengan siklus yang sangat cepat (Swasty, 2011: 42). commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
McQuail (2010) seperti dijelaskan Rahardjo dalam Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi juga menguraikan ciri-ciri utama yang menandai perbedaan antara media baru dengan media lama (konvensional) berdasarkan perspektif pengguna, yaitu: 1) Interactivity : diindikasikan oleh rasio respon atau inisiatif dari pengguna terhadap ‘tawaran’ dari sumber /pengirim (pesan). 2) Social presence (sociability) : dialami oleh pengguna, sense of personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui penggunaan sebuah medium. 3) Media richness: media (baru) dapat menjembatani adanya perbedaan kerangka referensi, mengurangi ambiguitas, memberikan isyaratisyarat, lebih peka dan lebih personal. 4) Autonomy : seorang penggunan merasa dapat mengendalikan isi dan menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber. 5) Playfullness : digunakan untuk hiburan dan kenikmatan. 6) Privacy : diasosiasikan dengan penggunaan medium dan/atau isi yang dipilih. 7) Personalization : tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik. (Rahardjo, 2011: 14-15)
5.2
Pengertian Social Media
Berdasarkan
pendapat
dari
Wilbur
Schramm
bahwa
situasi
atau
commit to user kepada evolusi dari kebutuhan perkembangan media di dunia sangat bergantung
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
antar generasi. Ada empat generasi yang telah berjalan sejauh ini, dan sekarang dunia sedang mengalami era generasi keempat yang ditandai dengan ditemukannya komputer dan jaringan internet. Media pada generasi ini berevolusi menjadi media sosial (social media), tetapi keberadaannya sangat berbeda dengan media generasi sebelumnya. Media sosial menjadikan pola komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa menjadi terpangkas (Fajar, 2011: 201-202). Media sosial menurut Utari (2011: 49) adalah sebuah media online dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, dengan mudah berbagi informasi; menciptakan content/isi yang ingin disampaikan kepada orang lain; memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya. Dalam kajian ilmu komunikasi, fenomena media sosial dilihat sebagai suatu era media baru atau yang dikenal dengan istilah new media (Flew, 2005). Dia mendefinisikannya “New medias those forms that combine the three Cs: computing and information technology (IT),communication networks; digitized media and information content” (dalam Utari, 2011: 51). Sedangkan Potter (1995), Littlejohn (2008) menyebutnya sebagai the second media yaitu “a new period in which interactive technologies and network communications, particularly the internet, would transform society”. Persamaan definitif tentang konsep new media memerlihatkan banyak kekuatan dalam suatu media baru itu adalah penguasaan teknologi (terutama internet) yang dapat membawa perubahan dalam masyarakat (dalam Utari, 2011: 51). commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media sosial sudah barang tentu tidak sama dengan interaksi tatap muka, namun media sosial memberikan bentuk-bentuk baru dalam interaksi yang membawa orang kembali ke dalam kontak pribadi dalam cara-cara yang tidak dapat dilakukan oleh media konvensional.
5.3
Karakteristik Social Media
Secara umum, karakteristik media sosial tidak terlepas oleh karakteristik new media yang merupakan wadah dimana media sosial berkembang. Terry Flew dalam Swasty (2011: 40) mengemukakan bahwa karakteristik media baru sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada di dalamnya. Secara khusus, sesuai namanya, media sosial memiliki fungsi untuk mendukung interaksi sosial penggunanya. Dalam konteks ini, media sosial bisa digunakan untuk mempertahankan/mengembangkan relasi atau interaksi sosial yang sudah ada dan bisa digunakan untuk mendapatkan teman-teman baru. Berbagai jenis media sosial mulai bermunculan dan bahkan sudah spesifik ke bidang-bidang tertentu. Hal ini terlihat dengan adanya media semacam Facebook, Twitter, Linkedln (mengkhususkan untuk bisnis dan profesional), Wayn dan CouchSurfing (travelling), Flickr (berbagi foto) dan beberapa lainnya (Luik, 2011: 113). Menurut Melissa dan Anis (2011: 146-152), media sosial memiliki karakteristik interaksi yang berbeda dengan interaksi media lain, yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
karakteristik ruang dan waktu; ragam syarat simbolis, sasaran komunikasi; dan dialogis/monologis. Karakteristik ruang dan waktu. Dalam media sosial, interaksi yang dihadirkan merupakan interaksi termediasi dan interaksi termediasi semu. Interaksi ini memiliki pembedaan konteks dan bisa dilakukan pada ruang waktu yang lebih luas. Ragam isyarat simbolis. Pada media konvensional, isyarat simbolis yang dipertukarkan dalam interaksi tatap muka banyak yang tidak tertangkap. Namun dengan kemunculan media sosial, simbol-simbol verbal yang terkadang sulit dimengerti bisa tergantikan. Dalam media sosial muncul lingo-lingo atau bahasa slang yang khusus digunakan dalam interkasi tersebut. Selain itu berkembang juga fitur emoticons atau icon wajah yang menggambarkan ekspresi tertentu. Penggunaan emoticons untuk menggantikan isyarat-isyarat non verbal yang menghilang dari interaksi melalui komputer. Sasaran komunikasi. Media sosial memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk mengontrol sasaran komunikasinya melalui settingan privacy. Pengguna dapat memilih siapa saja yang bisa melihat informasi tertentu dalam profilnya, siapa saja yang bisa mengomentari statusnya, bahkan siapa saja yang boleh melihat foto-foto yang diunggahnya. Dialogis/monologis. Secara umum, sebagaian besar aktifitas di Path bersifat dialofis karena setiap kegiatan yang dilakukan bisa dikomentari atau diberi to user monolog dengan meningkatkan emoticon love. Namun hal inicommit bisa dibuat
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
settingan privacy-nya sehingga hanya si pemilik akun yang dapat membaca statusnya.
5.4
Pengaruh Social Media
Komunikasi yang dilakukan menggunakan media sosial seperti dijelaskan Darmastuti (2011: 218-224), akan membawa pengaruh pada
pertama,
kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes). Media sosial mampu mengubah perilaku masyarakat sehubungan dengan dengan iman dan kepercayaan mereka. Media sosial juga mengubah nilai-nilai yang dianut masyarakat. Ada banyak nilai-nilai sosial yang ditanamkan budaya kita dan telah tergantikan dengan nilai-nilai sosial dari budaya lain. Media sosial juga membawa perubahan dalam hal sikap, terutama sikap dalam berkomunikasi. Kedua, pandangan dunia (world view). Hadirnya media sosial mengubah cara pandang masyarakat yang tidak lagi melihat dunia dengan kacamata yang sempit, tetapi dengan kacamata yang luas. Orientasi terhadap dunia dan sekitarnya berubah dari orientasi lokal menjadi orientasi yang global. Beragam informasi kini bisa didapatkan masyarakat bahkan sebelum kita mencari informasi itu sendiri. Ketiga, organisasi sosial (social organization). Organisasi sosial bukan lagi dipahami sebagai organisasi formal dan nyata seperti yang ada dalam kehidupan masyarakat selama ini, tetapi lebih dipahami sebagai organisasi sosial yang sifatnya maya dengan keterikatan commit yang sangat lemah. to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Keempat, tabiat manusia (human nature). Tabiat manusia adalah suatu karakter yang dimiliki manusia itu. Tabiat manusia yang dinampakkan sehari-hari tidak lepas dari latar belakang budaya yang dimilki. Namun seiring perkembangan teknologi informasi saat ini dan hadirnya media sosial yang selalu menemani setiap kegiatan manusia, tanpa disadari tabiat manusia dari yang ramah tamah, rendah hati dan sopan santun berubah menjadi blak-blakan, apa adanya, serta menjadikan diri sebagai pusat dari semua kegiatan. Kelima, orientasi kegiatan (activity orientation). Kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan media sosial memiliki orientasi yang bermacam-macam. Di satu sisi, mempermudah kegiatan yang dilakukan karena menggunakan media online dan mempercepat proses penyebaran informasi. Namun di sisi lain, orientasinya juga cenderung untuk pencitraan. Dan keenam, persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others). Persepsi tentang diri dan orang lain didasari oleh konsep diri mereka. Interaksi sosial yang dilakukan dan dibangun dengan menggunakan media sosial mempengaruhi individu ketika memahami siapa dirinya dan bagaimana orang lain memandangnya.
5.5 Jejaring Sosial Jejaring sosial seperti dijelaskan Boyd dan Ellison, “a social network can be defined as a web-based service that allows an individual to create a personal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
profile with information about themselves and their interests within a constrained system” (Boyd and Ellison, 2007: 211). Jejaring sosial mampu mengambil alih dunia online ketimbang situs-situs lainnya. Situs ini dibuat secara spesifik untuk menghubungkan individu dengan koneksi yang ada atau menyatukan orang asing berdasarkan jenis ketertarikan yang sama, termasuk pandangan politik, hobi dan lokasi (Boyd & Ellison, 2007: 210). Meskipun istilah jejaring sosial dan media sosial sering tertukar, mereka memiliki arti yang berbeda. Jejaring sosial pastilah merupakan media sosial, namun tidak semua media sosial dapat dikatakan jejaring sosial. Jejaring sosial ini menawarkan ruang yang mampu menghubungkan individu atau teman sejenis, dan dapat tersaji sebagai “mikroblog” dimana pengguna membagi informasi melalui update status, foto, film, musik dan tombol “emoticon love dan emoticon expression” media sosial mencakup dan merujuk pada media tambahan yang memiliki dua kapabilitas, sebagai blog dan majalah digital.
5.6 Path Path sebagai salah satu poduk jejaring sosial, menyajikan daftar pengguna lain yang secara individu terhubung dengan mereka dan memudahkan individu menavigasi daftar koneksi mereka dengan koneksi yang dimiliki pengguna lain. Intinya, individu yang menggunakan situs jejaring sosial mampu menciptakan profil dan menghubungkan profil mereka kepada pengguna lain untuk membentuk jaringan personal (Melcombe, 2011 : 11). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
Path merupakan pendatang baru di ranah jejaring sosial yang meraih popularitas dalam waktu relatif singkat. Jumlah anggotanya pun meningkat pesat termasuk di Indonesia. Path sejatinya adalah jejaring sosial yang bersifat personal (http://ilmuti.org/wp-content/uploads/2014/04/Dela-Putri-Lestari-PATHJEJARING-SOSIAL1.pdf diakses pada tanggal 3 Juni 2015 pukul 11.49). Menurut McCarthy (2010) dalam “A Path the world isn’t meant to see” menjelaskan bahwa Path juga sebuh aplikasi jejaring sosial pada telepon pintar yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi gambar dan juga pesan. Path menyediakan fitur – fitur untuk menciptakan profil sesuai dengan kategori seperti berikut : gambar profil, fitur belanja, fitur mengunggah foto dan video, mengunggah lokasi, musik, film, buku, mengunggah status, fitur sleep/awake, fitur emoticon. Parker (2012) dalam “Path: The ‘Future’ of Social Networking?” menerangkan keistimewaan dari Path meliputi: (1) Personal – Path sengaja dirancang khusus untuk orang terdekat dengan batas 500 teman, (2) Minimally instrusive – dengan penggunaan fitur “awake/sleep”, pemberitahuan kepada teman – teman apa yang sedang kita lakukan, (3) Exclusively mobile – media sosial Path hanya terdapat dalam smartphone, sehingga orang – orang dapat mengakses Path dimana saja dan kapan saja, (4) User centric – Path merupakan gabungan dari media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter. Profil Path atau ruang web seseorang yang mendeskripsikan diri mereka commit to user (Gearhat & Kang, 2010 : 3) adalah halaman unik dimana individu dapat “menulis
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
diri mereka menjadi seseorang” (Boyd & Ellison, 2007 : 3). Profil mencerminkan citra diri yang ingin ditunjukan seseorang pengguna kepada komunitas online-nya (Bobkowski, 2008 : 6). Update moment juga merupakan fitur terpenting dalam profil Path. Pengguna dapat meng-update moment mereka kapan saja yang menjadikannya sebagai info menarik. Pembaruan ini dapat dilihat di profil pengguna segera setelah dipasang. Siapa saja yang telah menjadi teman dapat melihat update moment yang dibagi ke pengguna lainnya yang masuk dalam jaringan. Ditambah lagi pengguna dapat mengunggah foto – foto yang ingin mereka unggah. Pengguna dapat menulis caption dalam masing – masing foto dan menandai mereka kepada pengguna Path lain yang ada dalam foto. “Menandai” (tagging) dalam konteks ini akan mengikat nama pengguna ke dalam foto, menandakan bahwa mereka berada dalam foto tersebut (Smock, 2010 : 6).
6. Pencitraan Diri 6.1
Pengertian Citra Diri
Citra merupakan serangkaian pengetahuan, pengalaman, perasaan (emosi) dan penilaian yang diorganisasikan dalam sistem kognisi manusia atau pengetahuan pribadi yang sangat diyakini kebenarannya. Rahmat dalam bukunya Ardianto berjudul “Metodologi penelitian untuk public relations”, pengertian citra adalah : “Citra adalah peta kita tentang dunia. Tanpa citra, kita akan selalu berada commit to user dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita (Rakhmat, dalam Ardianto, 2009 : 28).
Dari penjelasan di atas menurut Rakhmat sehingga dapat disimpulkan bahwa gambaran tentang sesuatu yang terekam dalam benak seseorang yang akan menentukan sikap dirinya terhadap diri sendiri dan orang lain itulah yang disebut dengan citra.
6.2 Pembentukan Citra Diri Menurut Ardianto dan Soemirat pada bukunya “Dasar – dasar Public Relations”, pembentukan citra dipengaruhi oleh empat komponen : 1. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari terhadap memberi rangsangan tersebut sehingga individu harus diberikan informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. 4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
perilaku, tetapi sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara – cara tertentu (2012:116).
6.3 Media Citra Diri Terdapat berbagai karakteristik yang menjadi konteks media baru. Gane dan Beer (2008:71) mengulas tentang salah satu karakteristik dari media baru, yakni archive atau penyimpanan (arsip). Archive dalam media baru harus dipahami dalam kerangka teknologi komunikasi yang mengubah cara dalam menghasilkan, mengakses, hingga menaruh informasi itu sendiri. Istilah ini berbeda dengan arsip yang selama ini dipahami sebagai sebuah kumpulan dokumen yang memuat informasi tertentu, disimpan di sebuah tempat, bisa lemari, ruang atau gudang, dan hanya bisa diakses oleh orang tertentu. Arsip media baru, tidak hanya terdiri dari teks semata, melainkan juga sudah bisa memuat foto, film, maupun suara. Arsip tersebut dimungkinkan untuk dirubah seseorang. Arsip yang dimakasud tidak sekedar dipandang sebagai dokumen resmi tertentu semata yang disimpan, melainkan internet dengan jaringan, distribusi informasi, dan mediasi antara manusia-mesin menjadi tempat penyimpan data, yang kebanyakan memuat citra diri. Penelitian kekinian terhadap komunikasi semestinya sudah merambah pada perkembangan teknologi komunikasi yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan fokusnya tidak hanya kepada pesan atau konten semata. Holmes (2005 : 2), melihat bahwa pada kenyataanya setiap hari individu commit userini kita hidup dalam masyarakat selalu bersentuhan dengan teknologi dantosaat
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
informasi. CITs (Communication and Information Technologies) menjadi fenomenal dan pada level tertentu merubah cara pandang individu terhadap ‘objek’ sehingga pada akhirnya membawa perubahan ‘rasa’ terhadap objek pada saat relasi itu terbangun. Hubungan secara fisik atau interface antar individu di era media baru ini tidak lagi mendominasi, melainkan telah diwakili oleh perangkat teknologi komunikasi. Bahkan dalam perkembangan dunia maya saat ini, kehadiran individu sebagai objek bisa diwakili dengan animasi (avatar) sesuai dengan keinginan individu tersebut. Di dalam internet, siapapun bisa menjadi siapa atau apa saja yang diinginkannya, itulah pencitraan dirinya secara virtual. Fase pertemanan dalam SNS (Social Networking Sites) menghadirkan citra diri yang lebih kompleks dari dunia nyata. Pencitraan diri SNS dikonsumsi oleh teman-temannya yang berasal dari berbagai konteks. Dengan demikian, akan banyak tafsir mengenai teman virtual tersebut berdasarkan konstruksi citra dirinya. Terkadang dalam kehidupan nyata non virtual, sesorang yang sangat pendiam dalam kesehariannya, tetpi tidak ketika di dunia virtual, mereka aktif bersiul dan komentar di sana-sini. Mengacu kepada Jones (1990 : 215), terdapat beberapa strategi dalam konstruksi citra diri yang diperoleh dari eksperimennya melalui Komunikasi Interpersonal. Strategi tersebut diantaranya adalah : 1. Ingratiation berupa pendapat mengenai hal positif tentang orang lain atau mengataan sedikit hal-hal negatif tentang diri sendiri, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
untuk menyatakan kesederhanaan, keakraban dan humor dengan tujuan agar ia disukai oleh orang lain. 2. Competence berupa citra diri berupa karateristik umum meliputi pengakuan tentang kemampuan, prestasi, kinerja, dan kualifikasi yang bertujuan agar dianggap terampil dan berkualitas. 3. Intimidation berupa status dengan karakteristik umum yang memuat ancaman, pernyataan kemarahan, dan kemungkinan ketidaksenangan dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan. 4. Exemplification yang meliputi komitmen ideologis atau militansi, pengorbanan diri, dan kedisiplinan diri yang bertujuan agar dianggap memiliki standar moral yang lebih tinggi. 5. Supplication yaitu konstrusi citra diri berupa status memohon bantuan dan rendah diri dengan tujuan agar diperhatikan atau tampak tidak berdaya sehingga orang lain akan datang untuk membantu. Strategi-strategi tersebut di atas digunakan oleh pengguna dalam memodifikasi citra diri SNSnya.
F. KERANGKA BERPIKIR Untuk mempermudah dalam penyelesaian ini akan dibutuhkan kerangka pikir untuk membantuk menyelesaikannya. Penelitian ini mengacu kepada proses pembentukan citra diri (Ardianto dan Soemirat, 2012 : 116) akan membahas bagaimana proses pembentukan citra diri yang dibuat oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Angkatan 2014 didalam media sosial Pathnya. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada dasarnya, setiap orang menginginkan citra yang sesuai dengan harapannya. Oleh karenanya, realitas tidak menghadirkan dirinya dalam bentuk kasar, namun disaring melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruksi sosial selalu dihubungkan dengan pengaruh sosial dalam individu. Kemudian diasumsikan bahwa realitas adalah konstruksi sosial (Ngangi, 2011 : 1 – 4). Hal ini dimaksud dengan istilah teori kontruktivisme. Dalam penjelasan Deddy N Hidayat, bahwa ontologi paradigma konstruktivis memandang realitas sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu (Hornby, 1995 : 317). Seseorang mengkonstruksikan dirinya sehingga membentuk sebuah citra diri. Path dalam penelitian ini menjadi wadah pengguna dan profil menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, penciptaan citra diri dan interaksi. Peneliti akan meneliti bagaimana mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Angkatan 2014 melakukan pencitraan diri didalam akun Pathnya ditinjau dari kelima fitur dalam Path yang terdiri dari : fitur lokasi; fitur foto; fitur lagu, film, dan buku; fitur tidur – bangun, dan fitur status. Konstruksi citra diri mereka didalam profil Path masing – masing yang kemudian akan dianalisis secara deskriptif oleh penelitian. Analisis deskriptif akan dilakukan dari segi persepsi, kognisi, motivasi dan sikap.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengguna Media Sosial Path
Persepsi
Lokasi
Foto Kognisi Musik, Lagu, Film
Media Sosial Path Motivasi
Status Sikap
Tidur Bangun
G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan termasuk dalam kategori penelitian deskriptif–kualitatif. Deskriptif berarti penulis berusaha mendeskripsikan, menggambarkan, atau melukiskan fakta-fakta secara sistematis dan akurat dan tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data secara kualitatif (Nasir, 1998: 63). Sementara penelitian deskriptif diharapkan untuk melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah: pertama, untuk mengetahui frekuensi suatu aspek fenomena sosial tertentu. Kedua, untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Tidak bermaksud menguji hipotesa, sekedar menggambarkan persoalan yang terjadi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Pawito (2007: 35) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif berfokus pada mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi. Karena hanya memberikan gambaran mengenai sebuah fenomena, maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Menurut Rakhmat (1999: 24), penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi suatu peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat suatu prediksi. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 yang aktif menggunakan Path dan melakukan tindakan pencitraan diri mereka melalui profil akun Path masing – masing. Penulis memilih lima informan yang dianggap mampu memberikan data yang valid dan dapat dipercaya. Penulis juga memilih informan dengan kota tempat tinggal yang berbeda-beda. Adapun profil Path yang akan diteliti merupakan update profil yang dilakukan informan dalam kurun waktu bulan September 2014 hingga Juni 2015. Hal ini dikarenakan pada bulan September 2014 mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 hingga Juni 2015 melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa baru. 3. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel lima mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 dengan kriteria aktif menggunakan situs jejaring sosial Path dan menjadi teman dari peneliti. Aktif disini mengacu pada aktivitas penggunaan Path (terutama update moment, location, status, dan unggah gambar) yang dilakukannya. Sumber data didapat dari wawancara kepada informan dan observasi atau pengamatan. Dari total calon informan yang telah diselidiki oleh penulis, sebanyak 106 orang jumlah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 ditandai ke dalam note berisi interview question / topic guide untuk mengetahui awal mula penciptaan dan motif mereka dalam menggunakan selama dua minggu sejak catatan ini, sebanyak delapan belas orang yang memberikan respon dan menjawab pertanyaan dalam interview question / topic guide tersebut. Para informan yang menjawab, berasal dari usia, gender dan kota tempat tinggal yang berbeda. Dari delapan belas informan tersebut, penulis mengambil lima orang secara purposive yang dianggap mengetahui dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang relevan dan mengetahui permasalahan secara mendalam. Adapun kriteria bertujuan memilih informan yang valid sebagai berikut : a. Memiliki account Path b. Setiap hari selalu menyempatkan online Path c. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 d. Minimal 450 moment dalam akun Path-nya commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data primer penelitian ini adalah hasil observasi peneliti terhadap jejaring sosial Path milik mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014. 2. Data Sekunder, adalah data yang mendukung data primer dan merupakan sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu dari wawancara, buku, karya ilmiah, arsip, serta jurnal atau dokumen resmi yang relevan dengan penelitian terkait pencitraan diri dalam media sosial.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: 1) Wawancara Teknik wawancara ini dilakukan dengan struktur yang tidak ketat atau informal guna menanyakan pendapat informan tentang situasi dan kondisi tertentu. merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Untuk memudahkan dalam mengajukan pertanyaan, maka penulis mTenggunakan daftar pertanyaan (interview guide). Dalam commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian ini, penulis mewawancarai informan-informan yang telah ditentukan
kriterianya
dengan
mengajukan
pertanyaan
yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pertanyaan yang diajukan dapat berkembang dan tidak terpaku pada daftar pertanyaan yang disiapkan penulis. Informan yang diwawancarai adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 yang menggunakan situs Path serta menjelaskan mengapa mereka melakukan pencitraan diri dalam profil media sosial. 2) Observasi Data hasil observasi dikumpulkan dengan menelaah dan mengkaji bahan penelitian yang relevan dengan topik yang diteliti. Dalam penelitian ini, data hasil observasi diambil dengan merekam segala aktivitas yang dilakukan informan dalam profil Path, baik dari segi teks maupun gambar.
6.
Teknik Analisis Data Menurut Pawito (2007 : 101), analisis data dalam penelitian komunikasi
kualiatatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) terhadap data, menafsirkan (interpretating), atau mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk – bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi – proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan – kesimpulan final. Data yang ada berasal dari hasil wawancara dengan narasumber dan pengumpulan data – data commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melalui dokumen dan sebagainya yang nantinya akan dianalisis. Data yang ada berasal dari observasi penulis dalam pengamatan sehari – hari yang dilakukannya terhadap sumber informasi. Pada penellitian ini penulis menggunakan teknik analisa data dari Miles dan Huberman yaitu interactive modle. Pada teknik analisa data ini terdiri tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Punch, 1998 : 202 – 204 dalam Pawito, 2007 : 104). Adapun gambar ataupun model dari teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah sebagai berikut :
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Penyajian Data Penarikan / pengujian kesimpulan
Bagan 1.1. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman (Pawito, 2007 : 105)
7.
Validitas Data Dalam menguji validitas data dalam penelitian, penulis menggunakan
teknik triangulasi. Penulis mengarah kepada triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data merupakan penggalian informasi tertentu melalui berbagai metode to userobservasi atau dokumen tertulis. dan sumber data, seperti melaluicommit wawancara,
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masing – masing cara dapat menghasilkan data yang berbeda sehingga dapat memberikan pandangan yang berbeda mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu dapat menciptakan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
commit to user