BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kemampuan film untuk menampilkan realitas memberikan pemahaman
kepada khalayak tentang lingkungannya. Hal ini membuat film menjadikan media untuk memahami suatu peristiwa sejarah serta kehidupan sosial modern. Pada dasarnya film di buat untuk ditonton secara massal, hasil dari seluruh proses produksi dan distribusi adalah dikonsumsinya film masyarakat atau massa. Munculnya film ditengah masyarakat sejalan dengan posisinya sebagai media komunikasi yang memiliki fungsi - fungsi tersendiri. Film mengepresikan budaya yang berasal dari interaksi antara pembuat film dan penontonnya. Sehinggga film mampu menjadi media yang dapat memberikan kontribusi pemahaman makna atau pesan tentang pengambaran yang muncul berdasarkan dimensi - dimensi yang ada dilingkungannya. Film sebagai media komunikasi massa adalah produk yang akan diapresiasikan oleh masing-masing individu berdasarkan berfikirnya yang mungkin dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.1 Perfilman Indonesia sempat memiliki sejarah gemilang di tanah air pada tahun 80-an, dimana banyak film Indonesia yang merajai bioskop - bioskop lokal. Film – film yang sempat terkenal saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M. 1
Hilmawan Pratista. Memahami Film. Homerian Pustaka : Yogyakarta, 2008. Hal 3
1
2
Sayang. Puncak kejayaan film Indonesia pada tahun 80-an tidak berlanjut ke tahun 90-an. Pada tahun 90-an, perfilman Indonesia memasuki masa suram. Hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema – tema yang khusus orang dewasa dengan adegan menyerempet. Film Indonesia tersingkir dari bioskop – bioskop, digantikan oleh film Hollywood dan Hongkong. Terpuruknya film Indonesia di Negara sendiri berlangsung sampai awal 20, diawali millennium baru ini tampaknya baru ada gairah baru dalam industri film Indonesia. Karya – karya sineas seperti Garin Nugroho, Riri Reza, Rizal Mantovani, Jose Purnomo dan beberapa sineas lainnya seperti memberikan semangat baru pada industri film Indonesia. Kenyataan ini cukup memberi harapan, karena selain terjadi disaat bersamaan dengan bangkitnya film – film dari dunia ketiga, tak terasa bahwa industri perfilman sesungguhnya sudah seratus tahun dikenal di Indonesia. Sampai munculnya film Petualangan Sherina yang diperankan oleh Sherina Munaf. Film drama musikal karya Riri Reza dan Mira Lesmana berhasil menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Setelah film Petualangan Sherina, mulai muncul film dengan berbagai tema, film Jailangkung yang merupakan tonggak tren film horror remaja, film Ada Apa Dengan Cinta yang mengorbitkan sosok Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra, Disini Ada Setan, Tusuk Jailangkung, Biarkan Bintang Menari, Eifel I’m In Love, Arisan. Selain film komersil, perfilman Indonesia berhasil melahirkan
3
banyak
film
non
komersil
yang
berhasil
memenangkan
penghargaan
Internasional, antara lain : film Pasir Berbisik, Daun Diatas Bantal.2 Pada masa sekarang, perfilman Indonesia bahkan berkembang lebih pesat lagi, ditandai oleh banyaknya film Indonesia yang ditampilkan di bioskop Indonesia. Memang tema horror, seks dan komedi masih mendominasi film – film Indonesia pada saat ini, tetapi disamping tema tersebut, Indonesia mampu melahirkan film berkualitas Internasional seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Perempuan Berkalung Sorban, Darah Garuda, The Raid, Killers film Indonesia yang berkolaborasi dengan Jepang. Film Indonesia, perlahan tapi pasti, mulai mengembalikan kejayaan ditanah air. Majunya perfilman Indonesia memang merupakan anugerah yang luar biasa,karyanya yang tidak kalah dengan film luar, jumlah film yang banyak memberikan alternatif pilihan menonton bagi para pecinta film. Tetapi sayangnya, tidak semua film Indonesia berkualitas, banyak rumah produksi yang hanya mengejar omzet dengan mengumbar unsur seks dengan mengorbankan mutu, ataupun unsur kekerasan. Sebab itu, para penonton harus jeli dalam memilih film yang akan ditonton salah satu cara yang tepat adalah dengan membaca review film terlebih dahulu.3 Dari masa ke masa film semakin berkembang demikian pula genre. Sebuah genre biasanya di tetapkan setelah beberapa film yang mewakili genre tersebut sukses dan berkembang menjadi trend. Hampir semua genre besar 2
Ibid, hal 4 Ricky Eka. Perfilman Indonesia : Sejarah, Perkembangan dan Situs Review Film. Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 23:15 WIB. Http://www.rickyeka.com/perfilman-indonesiasejarah-perkembangan-situs-review-film.html. 3
4
mengalami pasang surut dalam perkembangannya dan tidak selalu popular sepanjang masa. Patut kita catat bahwa kebanyakan film merupakan kombinasi dari beberapa genre sekaligus. Kombinasi genre dalam sebuah film sering diistilahkan genre hibrida ( campuran ). Walaupun begitu biasanya sebuah film tatap memiliki satu atau dua genre yang dominan. Begitu banyak variasi genre, salah satunya adalah genre action thriller. Dalam film – film action thriller itu berhubungan dengan adegan pembunuhan, kekerasan, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita yang cepat. Film action thriller umumnya berisi adegan aksi kejar – mengejar, perkelahian, tembak – menembak, penusukan, berpacu dengan waktu, ledakan, serta aksi – aksi fisik lainnya.4 Erich Fromm berpendapat bahwa Sadisme merupakan salah satu sifat “kedestruktifan” dan kekejaman sebagai kecenderungan khas manusia untuk merusak dan memperoleh kekuasaan mutlak ( Agresi Jahat ). Perilaku agresif manusia itu dapat di wujudkan dalam peperangan, kejahatan dan segala perilaku destruktif dan sadistik yang ditimbulkan oleh insting bawaan yang telah terprogram secara filogenetik. Salah satu film Indonesia yang erat kaitannya dengan sadisme adalah film Killers, didalam film ini banyak sekali menampilkan adegan – adegan yang mengandung unsur sadisme yang akan saya kupas didalam penelitian saya tersebut. Menurut saya film ini khusus dewasa karena film Killers menceritakan tragedi pembunuhan yang sadis dan tidak layak ditonton oleh anak – anak . sedikit sinopsis film Killers bercerita tentang seorang eksekutif muda yang sangat 4
Hilmawan Pratista, Op.cit. Hal 11
5
kharismatik dan disukai banyak orang, bernama Nomura Shuhei (Kazuki Kitamura). Nomura ternyata menyimpan sisi gelap yang mengerikan dan menakutkan. Dia mempunyai hobby membunuh orang lalu merekamnya kedalam bentuk video. Nomura juga mengupload video – video pembunuhan tersebut agar dapat dilihat oleh semua orang demi kepuasan pribadinya. Dilain pihak Bayu Aditya (Oka Antara), seorang jurnalis Indonesia yang ambisius namun sedang di ambang kehancuran. Obsesinya untuk menguak kasus korupsi seorang politikus, Dharma (Ray Sahetapy), justru membuat rumah tangga dengan istrinya Dina (Luna Maya) dan kariernya hancur berantakan.5 Film Killers ini disutradarai oleh The Mo Brothers, The Mo Brothers adalah kesatuan dari dua teman dekat Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel. Rumah Dara (2010), merupakan film cerita pertama mereka setelah film pendek berjudul “Sendiri” (2003) dan film pendek jagal berjudul “Dara” (2007) yang menjadi segmen terakhir dari film antopologi “Takut : Faces of Fear” (2008). Mereka bertemu di Sydney , Australia, pada tahun 2002, ketika tengah menyelesaikan studi mereka di di Fakultas Seni Visual. Kimo kemudian merintis rumah produksi Merah Production di Jakarta, sementara Timo meneruskan posisinya sebagai pekerja lepas dan menyelesaikan pendidikannya di Akademi Film New York. Setelah membentuk The Mo Brothers, mereka kini menetap di Jakarta. “Dara” serta “Rumah Dara” menjadi debut kreatif mereka di ranah film horor Asia. Sebagai pengagum horor – horor klasik semacam “Psycho” dan “The Texas Chain Saw Massacre”, The Mo Brothers menggebrak tren horor Asia Timur yang 5
Jeanot Nahasan. Cerita dan Sinopsis Film Killers. Diakses pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 02:03 WIB. Http://www.jeanotnahasan.com/2014/02/cerita-dan-sinopsis-film-killers.html.
6
tergolong lembut dengan kebrutalan ala film horor Hollywood. Sukses membawa nama Indonesia di ajang penghargaan film Internasional seperti Sundance, duet Timo dan Kimo yang akrab disapa The Mo Brothers menjadi alasan kuat kenapa dua sutradara muda ini patut di perhitungkan (dan tentunya jadi icon Hard Rock FM tahun 2014 ini).6 Film Killers yang mendapatkan penghargaan Offcial Selection (“Pilihan Resmi”) dalam Festival Film Sundance 2014. Terpilihnya film Killers ini untuk di putar dalam festival film Sundance yang merupakan ide dari oleh aktor Robert Redfort pada tahun 1978 ini, adalah sebuah prestasi yang membanggakan bagi kedua pria ini. Pada tahun 2014 ini ada sekitar 12.218 film yang didaftarkan ke festival independen terbesar di Amerika, tapi cuma 185 film saja yang berhasil untuk ditayangkan salah satunya film Killers ini. Jumlah penonton film Killers Film Killers ini urutan kedua dari 10 film Indonesia tahun 2014 dengan jumlah penonton 159.211 dan urutan kedua dari 10 film Indonesia edaran 2014.7 Di dalam meneliti film killers ini peneliti juga menemukan sebuah motif yang besar dibalik pengembangan ide cerita dan penambahan banyak unsur kekerasan hingga sadisme yang begitu banyak terdapat di dalam film ini, didalam film ini tidak menonjolkan karakter yang kuat disetiap pemainnya, karena film ini sangat menegangkan dan menggelitik otak para penontonnya. Saat ini industri
6
Media Advisory. Film Indonesia. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014 pada pukul 03:03 WIB. Http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmo4c14a9d947f7e_mo-brothers. 7 Cinema 21. Data Penonton. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014 pada pukul 03:23 WIB. Http://filmindonesia.or.id/movie/viewer.
7
film terbilang sangatlah menguntungkan sehingga banyak sekali rumah produksi hanya mementingkan nilai komersilnya atau profit yang di dapat.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka
permasalahan yang muncul dan menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah ” Bagaimana Representasi Sadisme Dalam Film “Killers” ?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Representasi Sadisme
Dalam Film “Killers” yang terdapat hampir setiap adegan filmnya.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Akademis Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam
memperkaya ilmu pengetahuan di bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam perkembangan bagi penelitian – penelitian selanjutnya yang mengulas tema serupa. 1.4.2
Praktis Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan masukan
para insan perfilman seperti sutradara agar dapat membuat dan menyajikan sebuah film yang bermutu , berkualitas, mendidik, dan bermanfaat bagi masyarakat yang menyaksikannya.