12
BAB I PENDAHULUAN
I.10.
Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam
keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, dan di tempat kerja. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memilili suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis dari aseksual menjadi seksual. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh perkembangan karakteristik seks primer dan seks sekunder. Perkembangan karakteristik seksual kemudian menyebabkan perkembangan perilaku seks seperti tertarik pada lawan jenis dan keinginan untuk melakukan hubungan seks. Perilaku seks pada remaja dapat mengarah pada problem yang serius jika perilaku tersebut diekspresikan secara tidak sehat atau tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pergaulan bebas yang akhir-akhir ini marak dikalangan pelajar, membuat dunia pendidikan semakin tercoreng, hal ini ditunjukan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2 %, karena sama-sama mau sebanyak
Universitas Sumatera Utara
13
12,9 % dan tidak terduga sebanyak 45 %. Seks bebas sendiri mencapai 22,6 % (sumber: BKKBN). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memiliki dampak positif, sedangkan disisi yang lain dampak buruk mengancam. Kemajuan IT akan membuat perubahan tingkah laku manusia dan membentuk budaya global. Media teknologi yang ngetrend saat ini sebagai penyebar informasi yang cepat adalah seperti televisi, handphone, internet dll. Budaya global tersebut secara positif memiliki muatan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan kebudayaan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi yang mempertontonkan dan memperdengarkan perilaku seksual melalui media majalah, surat kabar, tabloid, buku-buku, televisi, radio, internet, film-film, dan video. Teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dapat berkomunikasi secara interaktif mengenai hal-hal yang berorientasi seksual secara online melalui internet. Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak
Universitas Sumatera Utara
14
memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.
Universitas Sumatera Utara
15
Pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri. Diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai (secara teoritis dan objektif) menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Informasi seks yang tidak sehat pada usia remaja mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dibutuhkannya peran orangtua untuk memberikan pemahaman mengenai seksualitas. Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Komunikasi ibu dan remaja putri diharapkan dapat membantu remaja putri untuk lebih mengerti dan memahami apa sebenarnya seksualitas itu. Disinilah komunikasi antar pribadi antara ibu dan anak sangat dibutuhkan. Pada hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan sorang komunikan. Komunikasi ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan (Liliweri, 1991: 12). Komunikasi antar pribadi yang dimaskud adalah komunikasi yang berlangsung secara tatap muka dimana ada proses saling percaya satu sama lain yang dikenal dengan komunikasi diadik.
Universitas Sumatera Utara
16
Dengan adanya komunikasi antar pribadi ibu dan anak, maka kemungkinan anak dalam hal ini remaja putri dapat lebih lagi terbuka kepada ibunya untuk berbicara mengenai seksualitas begitu juga ibu lebih terbuka untuk memberikan pemahaman mengenai seksualitas kepada putrinya. Berdasarakan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti sejauh manakah komunikasih antar pribadi yang terjadi antara ibu dan pelajar remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja putri di SMU Sultan Iskandar Muda Medan. I.11.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti mengemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : ”Sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi ibu terhadap pendidikan seks pelajar remaja putri Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan?” I.12.
Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas maka diperlukan
pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang mencari hubungan dan menguji hipotesis. 2. Objek penelitian adalah pelajar remaja putri kelas X dan kelas XI di Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan. 3. Komunikasi antar pribadi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan dengan tatap muka antara pelajar remaja putri dan ibunya.
Universitas Sumatera Utara
17
4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2010, dengan lama penelitian disesuaikan dengan tingkat kebutuhan . I.13.
Tujuan dan manfaat Penelitian
I.5.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh pelajar remaja putri dan ibunya. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pendidikan seks sebagai hasil dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan ibu terhadap pelajar remaja putri. 3. Untuk memberikan jawaban terhadap hipotesa yang diajukan sekaligus hasil peneitian yang dimaksud. I.5.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah antara lain sebagai berikut: 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi antar pribadi.
2.
Menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa komunikasi FISIP USU serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti tentang komunikasi antarpribadi ibu terhadap pendidikan seks pada pelajar remaja putri.i
3.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.
Universitas Sumatera Utara
18
4.
Secara praktis data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi para orangtua khususnya para ibu maupun remaja mengenai pendidikan seks.
I.14.
Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yan memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disorot 1. Menurut Wilbur Schramn, teori merupakan sutau perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstarksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku 2. Dengan adanya kerangka teori, penulis akan memiliki landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi, Komunikasi Antar Pribadi, Model Teori S-O-R, Remaja, dam Pendidikan Seks. I.5.1. Komunikasi Komunikasi adalah hal yang wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung semenjak manusia lahir. Dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membuat tulisan, mengemukakan pikiran, dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.
1 2
Hadari Nawawi “metode penelitian sosial “Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta 1995 halaman 40 Onong Uchjana Effendy “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2003 halaman 241
Universitas Sumatera Utara
19
Dalam mendefenisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya adalah karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda dengan penggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan keilmuwan. Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan latin yakni communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Dengan demikian, komunikasi itu berlangsung atau tarjadi apabila pesan yang disampaikan oleh seseorang dapat dipahami atau tidak ada kesamaan pengertian. Menurut Rogers bersama D.Lawrance Kincaid, 1981 (Dalam Cangara 2005 :19) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Pendapat lain dari David K. Berlo dari Mecihigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat (Byrner, 1965 dalam Cangara, 2005 : 3). I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi Hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam bentuk kehidupan kita. Kita tergantung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri kita dan membantu kita dalam mengenali harapan-harapan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
20
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar pribadi membuat kehiduapan menjadi berarti. Halloran, 1980 (dalam Liliweri, 1991 : 48) mengemukakan manusia berkomunikasi dengan orang lain karena dorongan oleh beberapa faktor yakni : 1.
Perbedaan antar pribadi
2.
Pemenuhan kekurangan
3.
Perbedaaan motivasi antar manusia
4.
Pemenuhan akan harga diri
5.
Kebutuhan atas pengakuan orang lain
Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses sosial dimana orangorang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Liliweri, 1991 : 12). Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatp muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Menurut Devito, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang berlangsung. Pendapat lain dikemukan oleh Roger dalam Depari, 1988 bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Juga Tan, 1981 mengemukakan bahwa interpersonal communication (komunikasi antar pribadi) adalah komunkasi tatap muka antar dua orang atau lebih (dalam Liliweri, 1991: 12).
Universitas Sumatera Utara
21
Menurut Evert M. Rogers dalam Depari, 1988 (dalam Liliweri, 1991: 13) ada beberapa ciri-ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi yakni : 1.
Arus pesan cenderung dua arah
2.
Konteks komunikasinya dua arah
3.
Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
4.
Kemampuan tingkt selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi
5.
Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat
6.
Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.
Menurut De Vito (dalam Liliweri, 1991: 13) komunkasi antar pribadi mempunyai lima ciri sebagai berikut : 1.
2. 3.
4.
5.
Keterbukaan (Openes). Kemauan menanggapi dengan denang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi. Empati (emphaty). Merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
I.5.3. Model Teori S-O-R Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
Universitas Sumatera Utara
22
terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Pada awalnya model ini dikenal sebagai model Stimulus-OrganismRespon dimana unsur-unsur dasar ini terdiri dari: 1. Pesan atau Stimulus 2. Komunikan 3. Efek atau Respon Stimulus atau pesan adalah rangsangan atau dorongan berupa pesan, Organisme adalah manusia atau seorang penerima, Respon adalah reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan. Menurut Efendy, usur-usur teori S-O-R dapat digambaran sebagai berikut: Organisme: • • •
STIMULUS
Perhatian Pengertian Penerimaan
Respon (Perubahan sikap) Gambar 1 Teori S-O-R Gambar diatas menujukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi dari apa yag didalamya. Hoveland, Jennis, dan Kelley (1998) menyatakan bahwa dalam menelaah sikap ada 3 variabel penting, yaitu: Perhatian, Pengertian, dan Penerimaan.
Universitas Sumatera Utara
23
I.5.4. Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja dalam masa peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak, mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelek, dan peranana didalam maupun diluar lingkungan. Pernedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya. Menurut Konopa (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi, remaja awal usia 12-15 tahun, remaja madya usia 15-18 tahun, remaja akhir usia 19-22 tahun. Sementara
Salzman
mengemukakan,
bahwa
remaja
merupakan
masa
perkembangan sikap tergantung atau dependence terhadap orangtua ke arah kemandirian atau independence, minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estitika dan isu-isu moral3. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda 3
Syamsu Yusuf “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja“, Remaja Rosdakarya, Bandung 2004. Halaman 185
Universitas Sumatera Utara
24
dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. 4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
Universitas Sumatera Utara
25
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
I.5.5. Pendidikan seks Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Penyampaian materi pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilainilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Ada empat katagori nilai yang memiliki relevansi tertentu dengan perkembangan seksual dan pendidikan seks, yaitu 4 : 1.
Katagori yang pertama berhubungan dengan keluarga sebagai sumber utama identitas dan konsep diri anak-anak.
4
J. Marks Halstead dan Michael Reiss. “Sex Education. Yogyakarta. Alenia Press. 2004. Halaman 227-229
Universitas Sumatera Utara
26
2.
Katagori kedua berisi nilai-nilai yang berhubungan dengan hidup bersama dengan orang lain, nilai-nilai itu semacam loyalitas, kesetiaan, kebersanaan, rahabilitasi, komitmen, hokum dan kewajiban moral serta saling mendukung dan menjaga.
3.
Katagori ketiga berhubungan dengan dimensi emosional, hubungan dekat. Yaitu temapat dimana kebutuhan untuk membagi perasaaan anak serta keinginannya untuk mendapatkan respon yang akrab dapat terpuaskan dengan baik.
4.
Katagori keempat adalah keluarga mengenaklan anak-anak peralihan penting dan ritual-ritual perjalanan hidup, termasuk di dalamnya kelahiran, pernikahan dan kematian, dan membantu mereka mengertia atraksi seksual dan aktivitas sesual sebagai bagian dari siklus kehidupan.
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut (http://images.arikbliz.multiply.com/ pendidikanseksual.html) :
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja. 2. Mengurangi
ketakutan
dan
kecemasan
sehubungan
dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab). 3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi .
Universitas Sumatera Utara
27
4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga. 5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual. 6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya. 7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan. 8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
Universitas Sumatera Utara
28
I.15.
Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
besifat kristis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis 5. Singarimbun mengatakan Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompik atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33). Konsep yang akan dikemukakan dalam penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas adalah sejumlah gejalah atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi dan atau munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 1995: 56). Variabel bebas (X) dalam adalah penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi antara ibu dan remaja putri. 2. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau factor atau unsure yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variable bebas (Nawawi, 1995: 57). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja putri. I.16.
Model Teoritis Variabel variabel yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep dapat
dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
5
Hadari Nawawi, “Metode Penelitian Bidang Sosial”, Gajah Mada Press, Yogyakarta 1995. Halaman 33
Universitas Sumatera Utara
29
Variabel X
Variabel Y
Komunikasi Antarpribadi
Pengetahuan Pendidikan Seks Pelajar Remaja Putri.
Gambar : 2 Model Teoritis
I.17.
Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat
operasional variabel. Tabel 1 Operasional Variabel Variabel Teoritis - Variabel X Komunikasi antar pribadi
Karakteristik responden
- Variabel Y Pengetahuan Pendidikan Seks Pelajar Remaja Putri.
Variabel Operasional a. b. c. d. e.
Keterbukaan Dukungan Sikap Positif Kesamaan Frekuensi berkomunikasi
-
Usia Agama Suku Status Anak Pekerjaan orangtua Pendidikan orangtua
a. Pengetahuan seksualitas b. Pemahaman seksesualitas c. Sikap remaja tentang pendidikan seks d. Tanggungjawab remaja
Universitas Sumatera Utara
30
I.18.
Hipotesa Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori6. Karenanya hipotesis adalah pernyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak. Berdasarkan konsep dan teori sebagai mana yang telah peneliti kemukakan diatas maka peneliti akan coba mengemukakan hipotesis penelitian yakni : Ho
: Tidak terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi ibu dan remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja putri.
Ha
: Terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi ibu dan remaja putri terhadap pengetahuan pendidikan seks pelajar remaja putri.
6
Burhan Bungin. “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya” Kencana, Jakarta 2009. Halaman 75
Universitas Sumatera Utara