BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, lazim terjadi orang berkelompok sesuai dengan suatu kesamaan. Terbentuknya kelompok-kelompok tersebut tergantung pada apa yang menjadi dasar motivasi masing-masing, sehingga secara alamiah kelompok yang satu akan dianggap berbeda dengan kelompok lainnya. Bermacam-macam kelompok tersebut bisa saja terbentuk atas dasar kesamaan minat, tujuan, kepercayaan, pandangan politik, ataupun lain sebagainya. Yang pasti, kesemuanya bertumpu pada satu kesamaan nilai yang dikandung sehingga para anggota yang tergabung saling berinteraksi membahas segala aspek mengenai nilai tersebut.
Kelompok-kelompok tersebut, yang kemudian lebih akrab disebut sebagai komunitas, awalnya terbentuk secara tatap muka. Masing-masing anggotanya mulai saling mengenal dan berinteraksi oleh karena kedekatan secara fisik, mungkin tempat tinggal mereka bertetangga satu sama lain ataupun tempat beraktivitasnya sama sehingga mereka sepakat membentuk suatu komunitas tertentu berdasar atas kesamaan tertentu, yang selanjutnya akan mengadakan pertemuan secara berkala di suatu tempat tertentu sesuai perjanjian yang telah ditentukan bersama seluruh anggota lainnya.
1
2
Pesatnya pertumbuhan komunitas baru ini dipacu oleh semakin spesifiknya kebutuhan, minat, selera dan pengalaman orang-orang modern. Kalau dulu ada komunitas para pemusik, misalnya, sekarang lebih spesifik lagi dengan munculnya komunitas baru sebagai turunannya, seperti komunitas para gitaris, bassist, drummer, dan seterusnya. Demikian pula, kalau dulu ada komunitas pecinta tanaman, kini lebih menukik lagi dengan merebaknya komunitas baru, mulai dari para pecinta bonsai hingga para penggila bunga kantong semar.
Menjelang millennium, sekitar akhir tahun 90-an, teknologi Internet mulai mewabah di dunia dan pada perkembangannya, turut berimbas pada pembentukan komunitas secara umum. Orang-orang di berbagai belahan dunia mulai getol mempergunakan Internet sebagai sarana menyebarkan dan memperoleh informasi tentang apapun di manapun, kapan saja. Pengaruhnya sangatlah signifikan sehingga dengan cepat mulai bertumbuhlah komunitas-komunitas yang terbentuk secara online dan menggunakan Internet sebagai media penghubung antaranggotanya. Interaksi yang berlangsung dari waktu ke waktu kemudian terjalinlah ikatan antaranggotanya, yang lalu dikenal sebagai Sense of Community (SoC).
SoC merupakan suatu unsur emosional yang mendasari mengapa para anggota suatu komunitas tetap berkecimpung dan berinteraksi satu sama lain. Semakin erat hubungan antaranggotanya, semakin besar keuntungan yang mungkin didapatkan. Dalam kaitannya dengan community marketing, ikatan kuat yang terjalin tersebut akan berpengaruh secara signifikan pada pemasaran suatu produk atau jasa.
3
Menelusuri penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan berbagai periset mengenai unsur sense of community yang terbentuk secara fisik, masing-masing telah membahas segala aspeknya dari pemikiran mereka masing-masing, yang kemudian menghasilkan variabel-variabel yang mempengaruhi. Namun sehubungan dengan pesatnya perkembangan Internet sehingga pemunculan komunitas pun dapat juga terbentuk secara online, yang justru malah menjadikan interaksi satu sama lain jauh lebih fleksibel dan tak berbatas, suatu kemajuan yang sama sekali belum terpikirkan sebelumnya.
Umumnya, orang bepergian dengan menggunakan jasa tour and travel. Dari waktu ke waktu, jenis-jenis paket yang ditawarkan pun semakin beragam dan sangat kompetitif. Sebagai orang yang mementingkan waktu dan kepraktisan, pilihan mengikuti tour tersebut seringkali dicetuskan. Terlebih apabila tujuan yang hendak dicapai belum pernah dijelajahi sebelumnya. Jadi meskipun harga paket sebuah tour biasanya fixed dan tak dapat dinegosiasikan lagi, tidak sedikit orang yang bersedia mencobanya berulang-ulang.
Backpacking tidak hanya merupakan cara alternative dalam melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat atau daerah tertentu secara lebih terjangkau dan leluasa, melainkan juga cara memandang dan mengungkap dunia dan segala keragamannya. Backpacking adalah, dalam segala maksud dan tujuan, merupakan suatu cara hidup.
4
Dari sekian literatur yang dipelajari, riset yang membahas mengenai sense of community secara online belumlah sebanyak riset yang membahas mengenai sense of community secara tradisional (bertatap muka / fisik). Alasan yang juga mendasari mengapa perlu diciptakan dan dikembangkannya alat ukur baru, yang nantinya akan dapat digunakan sebagai alat ukur sense of community suatu komunitas online secara general, adalah bahwa dari waktu ke waktu penelitian selalu berkembang dan dinamis. Suatu topik penelitian yang sama dapat saja diuji berulang kali oleh berbagai periset yang berbeda-beda karena masing-masing berhak mengemukakan pandangan mereka sejauh didasarkan pada literatur yang terpercaya dan valid. Oleh karena itu, penelitian yang hendak dilaksanakan ini pun bertujuan memperkaya pandangan akan berbagai elemen yang mempengaruhi sense of community secara online, dimana Internet berperan sebegitu signifikannya dalam proses penumbuhkembangan sebuah komunitas online.
Dalam kaitannya dengan topik yang hendak dibahas pada penelitian ini, Review Indeks Sense of Community pada Komunitas Online: Indobackpacker, para backpacker Indonesia selaku pihak yang dipilih sebagai komunitas percontohan merupakan perkumpulan para peminat wisata ala backpacker yang didasarkan pada persamaan minat dan ketertarikan ber-backpacking akan diobservasi, diwawancara, dan diamati secara online terkait dengan sense of community dimana mereka tergabung pada suatu mailing list, aktif dalam bertukar informasi dan pengetahuan seputar backpacking.
5
1.2. Pentingnya Community Marketing Dewasa ini, praktis di hampir semua bidang kehidupan ada komunitasnya. Mulai dari yang amat serius seperti komunitas diskusi lintas agama, atau komunitas orang tua yang mendidik secara mandiri anak-anak mereka di rumah (home schooling), hingga yang spesifik seperti komunitas pemburu masakan daerah atau penggemar anjing pudel. Fenomena tersebut semakin diniscayakan oleh cepatnya kemajuan teknologi informasi, terutama dengan kian masifnya pemanfaatan Internet dan ponsel yang kian cerdas, juga suburnya perkembangan teknologi jaringan sosial (social networking) seperti friendster, facebook dan blog. Semua ini telah mengubah sosiologi manusia modern. Bagi orang-orang tertentu – dan ini jumlahnya terus bertambah – batas-batas negara bahkan sudah tak relevan lagi. Diperkirakan, pembagian masyarakat dunia kelak tidak lagi secara tegas berdasarkan poros Utara-Selatan, melainkan berdasarkan masyarakat mana saja yang bertindak secara global dengan menggunakan teknologi, dan mana yang tidak. Ini dipicu oleh turunnya harga komputer mikromini – disertai meningkatnya kapasitas dan kenyamanan penggunaannya – yang memungkinkan setiap orang saling terhubung satu sama lain, di mana saja dan kapan saja, karena hampir segala hal bisa didigitalisasi. Dengan akses yang kian mudah ke dalam dunia pendidikan dan pasar, individu-individu akan bertindak layaknya holding company yang menginvestasikan
6
waktu mereka di berbagai kegiatan, menemukan karier yang cocok, serta memberikan akses kepada orang lain seperti kebiasaan negara memberikan visa. Orang pun dengan mudah berganti loyalitas dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Mereka bebas menentukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapai keinginannya itu. Tiap orang menentukan sendiri nilai-nilai yang cocok dengan dirinya dan menggunakan jaringan global untuk mendukungnya. Relevansi perubahan dahsyat sosiologi manusia itu bagi para pelaku bisnis amatlah besar. Dengan berpihaknya sejarah pada merebaknya kapitalisme (global ataupun lokal), semakin besar pula ketergantungan manusia pada produk – baik yang berupa barang maupun jasa. Selanjutnya, dengan makin beragamnya produk dan merek yang ditawarkan kepada konsumen, semakin besar pula derajat kebingungan konsumen menentukan pilihan. Sekali pilihan telah ditentukan, mereka harus bertanggung jawab atas pilihannya itu. Untuk mengatasi keterpencilan sekaligus rasa ingin tahu lebih detail atas pilihannya itu, mereka membentuk komunitas konsumen. Jadi, komunitas konsumen ini umumnya terbentuk karena kebutuhan untuk bertukar pengetahuan dan berbagi pengalaman mengenai produk atau merk yang sama, sehingga mereka merasa senang, nyaman, diakui, serta merasa berada dalam lingkungan atau kelompok yang sama. Sejumlah produsen yang jeli memang telah berhasil menangkap fenomena komunitas ini dan memanfaatkannya sebagai tool untuk semakin memahami konsumennya, sekaligus mendapatkan banyak masukan berharga untuk perbaikan
7
kualitas produk ataupun layanannya. Bagaimanapun, inilah jenis pasar yang paling fokus, karena itu juga bisa digarap secara efektif. Dengan menyambangi komunitas konsumen, akan lebih mudah mengembangkan program-program loyalitas, yang akhirnya diharapkan mampu meningkatkan penjualan. Bahkan, seperti yang terjadi di negara maju, ide-ide inovasi produk/jasa sering bersumber dari anggota-anggota komunitas
yang
dianggap
sebagai
mereka
yang
militan.
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan produsen adalah soal pendekatannya. Banyak jebakan justru berada di sini. Sebab, sesuai dengan namanya, komunitas sesungguhnya dibentuk sebagai tempat berkumpulnya manusia, bukan barang. Wajarlah, banyak dari komunitas yang meskipun dibentuk oleh kesamaan produk atau merek tertentu, mereka tetap bersiteguh bahwa kelompok mereka independen. Perlu
dilakukan
pendekatan
yang
lebih
menyentuh
sisi
emosional
atau
kemanusiaannya, ketimbang jurus hard sell seperti iklan dan promosi.
1.3. Pentingnya Sense of Community (SoC) Sense of Community secara positif disalurkan diantara anggota dalam sebuah grup yang kohesif, hasil dari komunikasi yang berkelanjutan dan interaksi kolaboratif yang sama-sama menguntungkan. Para anggota memerlukan sejenis struktur, namun mereka juga butuh keleluasaan untuk berinovasi, berbagi pengetahuan terbaru, dan menyelesaikan masalah bersama. Bagi kelompok yang berhasil menciptakan suatu sense of community perlu suatu kombinasi bentuk dan alat guna memfasilitasi
8
komunikasi dan sharing pengetahuan. Mereka juga perlu menciptakan ritual sendiri (rites of passage and recognition; boundary-setting, renewal; etc), rules of engagement, dan kebiasaan bertukar dan berbahasa. Respek dan pertimbangan sebaiknya lebih diutamakan ketimbang perbedaan-perbedaan yang ada. Sudah pasti, cara kelompok ini mempertahankan suatu fokus yang kohesif sementara menanggulangi perbedaan yang ada diantara para anggota merupakan inti dari pembentukan komunitas yang sejati. Para desainer program dapat membentuk sekumpulan dukungan bagi komunitas dan kelompok sosial, termasuk :
a. Perluasan kesempatan dalam berkolaborasi –tidak hanya melalui threaded discussions, namun juga dalam completion of projects dan case responses;
b. Alat komunikasi yang user-friendly;
c. Alat-alat untuk mengorganisir, mengevaluasi, dan mempublikasikan pengetahuan, tersedia bagi semua anggota group dengan harapan untuk dapat digunakan;
d. Cara yang efektif dalam mengatasi pertentangan dan menghasilkan keputusan kelompok;
e. Respek terhadap anggota individu, termasuk akomodasi yang fleksibel atas berbagai tujuan, kebutuhan pembelajaran, serta ruang untuk pertukaran secara personal.
9
Para peneliti komunitas tertarik meneliti Sense of Community sejak sekitar tahun 1960an karena
SoC dipercaya memiliki pengaruh-pengaruh yang
menguntungkan, dimana apapun tak akan berhasil tanpa adanya SoC. Dalam lingkup dunia kerja, sebagai contohnya, SoC dipercaya dapat meningkatkan kepuasan kerja dan perilaku kewarganegaraan organisasional –kesetiaan, civic virtue, altruisme, dan courtesy (Burroughs & Eby, 1998). Dalam komunitas berbasis tempat dan komunitas hobi dengan bertatap-muka, SoC mengarah pada kepuasan dan komitmen serta terkait dengan keterlibatan dalam aktivitas komunitas dan perilaku dalam mengatasi masalah (McMillan & Chavis, 1986).
1.4. Rumusan Masalah Masalah yang hendak dibahas sehubungan dengan penelitian ini adalah: a. Apakah alat untuk mengukur SoC yang telah stabil digunakan pada situasi komunitas tradisional (offline), masih relevan untuk digunakan dalam konteks online ataukah harus dilakukan modifikasi?
b. Apakah modifikasi yang telah dilakukan oleh peneliti SoC dalam konteks online (yang jumlah studinya masih terbatas), telah cukup stabil ataukah masih terdapat penyesuaian komponen yang perlu dilakukan kemudian?
1.5. Tujuan dan Manfaat Tujuan diadakannya penelitian ini:
10
1. Studi ini mencoba mengeksplor kembali komponen-komponen dalam SoC online dan kemudian membandingkannya dengan studi-studi pendahulunya
2. Menguji ulang dan mengembangkan kembali alat ukur Sense of Community Index (SCI) dalam komunitas-komunitas yang telah menggunakan Internet sebagai bagian dari media komunikasi di antara mereka 3. Mengetahui apakah komponen sense of community baru yang diteliti dalam
penelitian komunitas online ini berlaku bila diterapkan dalam komunitas backpacker online
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Di kalangan akademik, memperkaya studi penelitian yang membahas mengenai sense of community suatu komunitas secara online 2. Secara manajerial, hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai referensi dalam membantu pemilik/pengelola/moderator komunitas secara online guna mendeteksi dari waktu ke waktu apakah ada peningkatan ’sense of community’ di antara para anggotanya. Secara khusus, penelitian ini menjadi masukan bagi moderator komunitas backpacker.
1.6. Scope Komunitas yang Diteliti
11
Ruang lingkupnya adalah komunitas backpacker – yang bisa diikuti seputar website
www.indobackpacker.com
dan
mailing
list
pada
[email protected], sejak awal terbentuknya bulan September 2004 hingga saat ini (November 2008).