BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan karena adanya kebiasaan masyarakat yang menikahkan anak perempuan yang masih dibawah umur dan pergaulan remaja yang semakin bebas. Survey yang dilakukan oleh BKKBN terhadap 2.880 responden yang berusia 15-24 tahun di enam kota di Jawa Barat pada Mei 2002 menunjukkan 39,65 persen responden pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Arimurti, 2006). Sedangkan pernikahan dengan usia pengantin dibawah 16 tahun sebanyak 26,9 persen (BKKBN, 2004), dengan angka kelahiran bayi 100 orang per 1.000 perempuan (Fauzan, 2005). Kehamilan dan melahirkan diusia belasan tahun mengandung resikoresiko tertentu. Baik ibu maupun bayi keduanya berada dalam kondisi resiko tinggi. Remaja putri yang berusia antara 15 hingga 19 tahun, mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar meninggal dunia saat mereka hamil atau melahirkan, bila dibandingkan dengan perempuan berusia 20 tahunan. Sementara itu remaja yang berusia di bawah 14 tahun, mempunyai kemungkinan meninggal 5 kali lebih besar (BKKBN, 2004). Bagi remaja laki-laki masalah juga timbul karena ketidaksiapan mental dan tanggung jawab mereka sebagai ayah (Chandraningrum, 2005).
1
2
Bayi-bayi dari para remaja mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lahir dini {premature) atau lahir dalam keadaan berat badan di bawah normal, pertumbuhan janin terhambat, lahir cacat dan berpenyakitan. Umumnya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja beresiko tinggi dalam tingkat kematian yaitu meninggal dunia sebelum usia mencapai 1 tahun dengan presentase 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu pada usia di atas 20 tahun (BKKBN, 2004). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 dengan perkiraan angka kematian ibu (AKI) tingkat nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. AKI Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) tingkat nasional pada tahun 2001 menurut hasil Survei Kesehatan Nasional diperkirakan sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebesar 7,50 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan, 2005). Sebagian besar dari kematian itu seharusnya dapat dielakkan dengan kebijakan dan program baru yang dapat menolong para ibu muda untuk menangguhkan perkawinan dan atau kehamilan mereka. Adanya program wajib belajar 12 tahun, dan ditetapkannya Undang-Undang Perkawinan No. 1/1974 pasal 7 yang menyatakan bahwa syarat usia minimal menempuh perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. Seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun masih memerlukan izin orang tua untuk menikah. Setelah berusia di atas 21 tahun, ia diperbolehkan menikah tanpa izin orang tua (pasal 6
3
ayat 2 UUP No. 1/1974) (BKKBN, 2000). Masa yang paling baik untuk hamil dan melahirkan adalah pada usia 20 sampai 30 tahun (Departemen Agama, 2001). Kelompok usia ini secara fisik sudah cukup kuat, juga dari segi mental sudah cukup dewasa sehingga resiko kehamilan kecil, baik untuk ibu atau bayi yang dikandungnya. Berbagai peraturan tersebut pada dasarnya dibuat agar manusia bisa lebih siap secara jasmani dan rohani untuk membentuk keluarga, namun dengan berkembangnya usia, hormon terus berproduksi dan hasrat seksual semakin meningkat dan, sementara itu penundaan usia perkawinan merupakan alternaif yang secara normative harus dipilih. Pada saat ini tampaknya kematangan psiko-sosial merupakan syarat mutlak untuk melangsungkan perkawinan, hal tersebut dapat menghambat atau mengurangi pelaksanaan pernikahan usia remaja. Hal ini dapat dibuktikan bahwa di kota-kota besar, rata-rata usia perkawinan sudah meningkat di atas 20 tahun. Bahkan, tidak sedikit generasi muda di kota-kota besar baru menikah pada awal usia 30-an tahun (termasuk para wanita). Masalahnya menjadi semakin kompleks bagi remaja karena mereka tidak mempunyai akses terhadap berbagai bentuk pelayanan, bantuan, sarana (pendidikan seks, konsultasi, pembelian alat kontrasepsi, dan pelayanan medik) yang dapat membantu penyaluran hasrat seksual mereka, khususnya upaya mencegah dan menanggulangi masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan seksual mereka, termasuk menghindari terjadinya kehamilan pada usia remaja.
4
SMA Pembangunan yang letaknya di daerah Mranggen, yang merupakan daerah transisi atau peralihan dari desa ke kota, mempengaruhi sistem pendidikan yang diterapkan. Kebebasan yang disahkan oleh pihak sekolah kepada peserta didik dalam hal berpakaian, mendorong peserta didiknya lebih ekspresif untuk memilih dan berpenampilan mengikuti trend gaya hidup anak sekolah di kota, disamping itu berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru bahwa pernah ada kasus kehamilan diluar nikah yang dialami oleh siswa sekolah tersebut namun mengenai angka kejadiannya tidak dipublikasikan karena berkaitan dengan privasi sekolah. Melihat fenomena yang ada seperti yang disebutkan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang menggambarkan persepsi remaja tentang kehamilan dan persalinan pada usia remaja.
B. Rumusan Masalah Kehamilan dan persalinan pada usia remaja dianggap sebagai suatu situasi yang beresiko tinggi, karena remaja dianggap belum matang secara optimal baik fisiologis maupun psikologis. Namun hal ini seringkali tidak dapat dihindari karena banyak faktor eksternal yang menyebabkan tingginya angka kehamilan dan persalinan di usia remaja, seperti budaya berkaitan dengan kepercayaan dan dorongan orang tua untuk menikah di usia remaja, sosial berkaitan dengan rendahnya jenjang pendidikan remaja, dan ekonomi berkaitan dengan kemiskinan orang tua sehingga remaja tidak dapat melanjutkan sekolah dan terpaksa menikah pada usia muda untuk meringankan beban orang tua. Dengan
5
alasan di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil masalah penelitian mengenai bagaimana persepsi remaja tentang kehamilan dan melahirkan pada usia remaja.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah : Untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi remaja tentang kehamilan dan melahirkan pada usia remaja. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus pada penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi pemahaman remaja tentang kehamilan dan persalinan b. Mengidentifikasi pemahaman remaja tentang pengaruh kehamilan dan persalinan pada usia remaja. c. Mengidentifikasi pemahaman remaja tentang resiko kehamilan dan persalinan pada usia remaja.
D. Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Remaja Remaja memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kehamilan dan persalinan, serta pengaruh dan resiko kehamilan terhadap aspek fisik, emosional, sosial, dan ekonomi.
6
2. Peneliti Meningkatkan kemampuan peneliti untuk mampu mengungkap permasalahan dibalik kehamilan dan persalinan yang terjadi pada remaja serta memberi alternatif penyelesaian. 3. Perawat Perawat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan remaja, sehingga penggunaan strategi kesehatan akan lebih berhasil. 4. Ilmu pengetahuan Sebagai bahan masukan guna menambah khazanah ilmu pengetahuan yang digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
E. LINGKUP 1.Bidang Ilmu : Maternitas 2.Tempat
: SMA Pembangunan Mranggen
3.Tujuan
: Bagaimana persepsi remaja tentang kehamilan dan melahirkan pada usia remaja.